Showing posts with label Model Pembelajaran. Show all posts
Showing posts with label Model Pembelajaran. Show all posts

Model Pembelajaran Yang Tepat Digunakan Pada Kurikulum Merdeka

Model Pembelajaran Yang Tepat Digunakan Pada Kurikulum Merdeka

BlogPendidikan.net
- Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang memberikan keleluasaan kepada sekolah dan guru untuk memilih metode dan model pembelajaran yang paling sesuai dengan kebutuhan siswa.

Model pembelajaran yang paling tepat untuk digunakan dalam Kurikulum Merdeka adalah metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. 

Guru dapat memilih berbagai model pembelajaran yang berbeda-beda untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan lebih bermakna bagi siswa.

Berikut adalah beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam Kurikulum Merdeka:

1. Model Project-based learning (PBL).

Adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam menyelesaikan proyek yang kompleks. 

Proyek ini dapat dirancang untuk mengasah berbagai keterampilan dan pengetahuan siswa, seperti keterampilan berpikir kritis, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan bekerja sama, dan keterampilan komunikasi.

2. Model Problem-based learning (PBL).

Adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah nyata. Masalah ini dapat berasal dari kehidupan sehari-hari, dari buku teks, atau dari sumber lainnya. 
PBL dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan memecahkan masalah, dan keterampilan kreatif.

3. Model Discovery learning.

Adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam menemukan informasi sendiri. Siswa dapat menemukan informasi ini melalui berbagai sumber, seperti buku, artikel, internet, atau orang-orang yang ahli di bidangnya. 

Discovery learning dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan belajar mandiri, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan memecahkan masalah.

4. Model Inquiry-based learning.

Adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya sendiri. Siswa dapat mengajukan pertanyaan tentang berbagai hal, seperti tentang lingkungan sekitar, tentang sejarah, tentang sains, atau tentang apa pun yang mereka minati. 
Inquiry-based learning dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, keterampilan memecahkan masalah, dan keterampilan kreatif.

5. Model Active learning. 

Adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa dapat melakukan berbagai kegiatan, seperti berdiskusi, presentasi, bermain peran, dan eksperimen. 

Active learning dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran lebih baik dan untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan di abad ke-21.

Ikuti dan baca artikel lainnya BlogPendidikan.net di GOOGLE NEWS

11 Jenis Istilah Dalam Pembelajaran Yang Sering Salah Pemahaman

11 Jenis Istilah Dalam Pembelajaran Yang Sering Salah Pemahaman

BlogPendidikan.net
- Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali guru merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) teori pembelajaran; (2) pendekatan pembelajaran; (3) strategi pembelajaran; (4) metode pembelajaran; (5) teknik pembelajaran; (6) taktik pembelajaran; (7) tips atau trik pembelajaran; (8) keywords pembelajaran; (9) password atau klik pembelajaran; (10) prosedur pembelajaran; dan (11) model pembelajaran.

Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasan tentang penggunaan istilah tersebut.

Ada 11 Jenis Istilah Dalam Pembelajaran Yang Sering Salah Pemahaman atau salah mengartikan, adalah sebagai berikut:

1. Teori Pembelajaran

Teori pembelajaran adalah seperangkat prinsip/kaidah tentang fenomena belajar dan mengajar yang telah diuji kebenarannya oleh banyak pihak yang dapat digunakan untuk memformulasikan dan meramalkan kegiatan pembelajaran di tempat dan waktu yang berbeda. 
Beberapa teori pembelajaran yang terkenal adalah teori pembelajaran behaviorisme, teori pembelajaran kognitivisme, teori pembelajaran konstruktivisme, dan lain-lain. 

2. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang pendidik terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. 

Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat beberapa jenis pendekatan, antara lain: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student centered approach); (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach); (3) pendekatan ekonomi pendidikan yang memandang anak sekolah sebagai investasi masa depan sehingga kegiatan pembelajaran harus dirancang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja yang dapat mengembalikan investasi yang dibutuhkan selama sekolah baik kepada diri peserta didik, keluarga maupun kepada negara; (4) pendekatan agama memandang pendidikan dan pembelajaran sebagai bagian dari nilai ibadah sehingga nilai-nilai agama sangat mempengaruhi terhadap seluruh proses pendidikan dan pembelajaran

3. Strategi Pembelajaran

Strategi adalah ilmu dan kiat dalam memanfaatkan segala sumber yang
dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. 

4. Metode Pembelajaran

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.
Metode adalah a way in achieving something. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. 
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. 

5. Teknik Pembelajaran

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya
pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara
spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah peserta didik yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah peserta didiknya terbatas. 

Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang peserta didiknya tergolong aktif dengan kelas yang peserta didiknya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. 

6. Taktik Pembelajaran

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. 

Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. 

Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembeilajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus seni (teaching is science and art).

7. Tips atau Trik Pembelajaran

Tips atau trik adalah kiat-kiat khusus yang bersifat unik untuk dapat diterapkan secara khusus dan tepat guna untuk mencapai suatu sasaran. Tip atau trik
pembelajaran adalah kiat-kiat khusus yang bersifat unik untuk dapat diterapkan
secara khusus dan tepat dalam kegiatan belajar dan mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif. 
Contoh tips atau trik ini antara lain tips guru pada saat menghadapi peserta didik sedang mengantuk di kelas; tips guru untuk mengetahui peserta didik yang jujur atau yang nyontek pada saat menjawab soal-soal ujian; tips guru untuk membangkitkan setiap kelompok siswa dalam pembelajaran melalui metode diskusi, dan lain-lain. 

8. Keywords Pembelajaran

Keywords adalah kata-kata kunci yang memiliki makna dan hubungan yang
amat penting terkait dengan tema, topik, dan judul yang sedang dibahas dalam
kegiatan pembelajaran. Maka judul atau pokok bahasan harus ditulis di papan tulis sejak awal guru membuka pelajaran. Karena dengan ditulisnya pokok bahasan di papan tulis maka perhatian siswa akan tercurahkan kepada kata-kata kunci yang terkait dengan topik pembelajaran tersebut.

9. Password atau Klik Pembelajaran

Password atau kilk pembelajaran adalah satu tindakan dan atau satu ungkapan yang sangat menarik, unik, dan tepat sasaran sebagai kunci pembuka untuk membangkitkan gairah pembelajaran sehingga sejak awal hingga akhir kegiatan belajar mengajar nampak menarik, menantang, dialogis, dan penuh bermakna bagi peserta didik. Kalau keywords terkait dengan kata-kata kunci dalam tema dan pokok bahasan, maka password atau klik terkait dengan upaya guru untuk
membangkitkan semangat dan keunikan situasi dalam pembelajaran.

Contoh password ini adalah ungkapan guru: belajar adalah ibadah, berprestasi adalah indah, belajar adalah investasi; belajar adalah bagian dari perjuangan hidup, dan sebagainya.
Password dapat dibuat oleh guru sendiri dan atau mencari kata-kata mutiara atau ungkapan orang-orang terkenal yang sesuai dengan tema yang disampaikan. Hal ini dapat kita lihat pada buku-buku yang ditulis orang Barat umumnya pada setiap bab ada kata-kata mutiara atau ungkapan orang-orang terkenal yang terkait dengan tema dalam bab tersebut. 

10. Prosedur Pembelajaran

Prosedur adalah urut-urutan mengerjakan sesuatu, misalnya prosedur masak nasi, prosedur membuat KTP, prosedur mengajukan pinjaman ke bank, dan lain-lain. Prosedur pembelajaran adalah urutan-urutan pembelajaran mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi hingga feedback/umpan balik untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Prosedur umumnya disusun melalui bagan yang menunjukkan langkah-langkah atau urutan-urutan dari awal hingga akhir kegiatan pembelajaran. 

11. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa

10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa

BlogPendidikan.net
- Adanya model pembelajaran kolaborasi tentu mempermudah seorang guru
 dalam menyampaikan materi dan membentuk suasana belajar yang mumpuni, guru berperan sebagai fasilitator dan evaluasi, selebihnya siswalah yang menentukan arah kerja sama dan diskusi dalam satu kelas.

Misalnya dalam kegiatan itu, pendidik menyediakan fasilitas seperti spidol dengan satu kertas manila yang dibagikan satu per kelompok yang diharapkan mampu membuat siswa dalam satu regu itu bisa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Dengan timbulnya rasa saling kerja sama tentunya pribadi siswa tidak akan menganggap jika dalam satu kelompok itu dirinya hanya sendiri.
Oleh sebab itu saat terjadinya kolaboratif, semua peserta didik akan aktif dan lebih mudah dalam menangkap pembelajaran lantaran sumber belajar tidak hanya satu sumber, melainkan terdapat banyak pemikiran yang bisa menjadi penambah wawasan siswa. Mereka akan saling berkomunikasi dengan bertukar pikiran secara alami.

Kesimpulannya, dalam model pembelajaran kolaboratif, peserta didik akan melatih keaktifan dalam belajar dengan saling memberikan tanggapan satu sama lain tanpa adanya persaingan. 

Terdapat banyak sekali macam pembelajaran kolaboratif ini yang sudah dikembangkan para ahli dan praktisi pendidikan/seseorang yang telah berpengalaman dalam pendidikan. Namun hanya ada sepuluh macam pembelajaran yang mendapatkan perhatian.

Berikut 10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa:

1. Learning Together

Pembentukan kelompok-kelompok di kelas beranggotakan siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian pada hasil kerja kelompok.

2. Teams-Games-Tournament (TGT)

Setelah belajar bersama kelompok sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan jumlah nilai yang diperoleh kelompok.
3. Group Investigation (GI)

Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian berserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya.

4. Academic-Constructive Controversy (ACC)

Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi komflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan kesehatan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

5. Jigsaw Proscedure (JP)

Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor perkelompok.
6. Student Team Achievement Divisions (STAD)

Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota bagi setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.

7. Complex instruction (CI)

Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.

8. Team accelerated instruction (TAI)

Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun, jika seorang siswa belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
9. Cooperative learning structures (CLS)

Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa (berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila  jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran.

10. Cooperative integrated reading and composition (CIRC)

Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis, dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.

Demikian tulisan tentang 10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa, semoga bermanfaat.

Rujukan: Jurnal: Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa. Institut Agama Islam Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

68 Model Pembelajaran Kooperatif Beserta Kelebihan dan Kekurangannya

68 Model Pembelajaran Kooperatif Beserta Kelebihan dan Kekurangannya

BlogPendidikan.net
- Pembelajaran Kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang 
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. 

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). 

Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal.

Keberhasilan proses model pembelajaran ditentukan banyak faktor diantaranya guru. Guru terkait erat dengan kemampuan dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberi keefektivitasan kepada siswa. 

Siswa merupakan sasaran dari proses pembelajaran sehingga memiliki motivasi dalam belajar, berpikir kritis, serta hasil belajar yang lebih baik.

Berikut ini 68 Model Pembelajaran Kooperatif Beserta Kelebihan dan Kekurangannya antara lain:

1. Pembelajaran Langsung (Direct Learning)

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi latihan mandiri, dan evaluasi.

2. Problem Solving

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma).

3. Problem posing

Bentuk lain dari problem posing adalah memecahkan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami.

4. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif nyaman dan menyenangkan.

5. Realistic Mathematics Education (RME)

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika).

6. Problem Terbuka (OE, Open Ended)

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi.

7. Probing-Prompting

Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

8. Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning)

Bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif).

9. Certainly of Response Index (CRI)

CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya.

10. Double Loop Problem Solving (DLPS)

DLPS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah.

11. Diskursus Multy Reprecentacy (DMR)

DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, pengurangan, dan pemanfaatan berbagai presentasi dengan seting kelas dan kerja kelompok.

12. Cooperative, Integrated, Reading, and Composition (CIRC)

CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif kelompok.

13. Inside Outside Circle (IOC)

IOC adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

14. Tari Bambu

Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa utuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangannya yang berbeda secara teratur.

15. Artikulasi

Artikulasi adalah model pembelajaran dengan sintaks: penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.

16. Debate

Debat adalah model pembelajaran dengan sintaks: siswa dibagi menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok.

17. Role Playing

Model pembelajaran ini adalah guru menyiapkan skenario pembelajaran, menunjuk berapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakukan skenario yang telah dipelajarinya.

18. Talking Stick

Model pembelajaran ini merupakan sebuah model yang mana pengaplikasiannya menggunakan tongkat dalam kegiatannya, kemudian guru mangambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat menjawab pertanyaan dari guru. Demikian seterusnya sampai semua siswa mendapat giliran.

19. Reciprocal Learning

Weinstein dan Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri.

20. SAVI

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan  dari: Somatic bermakna gerakan tubuh (hand-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, berpresentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat , dan menanggapi.

21. Team Games Tournament (TGT)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama  dalam bentuk kerja individual dan diskusi.

22. Vasualization, Auditory, Kinestetic (VAK)

Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya.

23. Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)

Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.

24. Two Stay- Two Stray (TS-TS)

Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompokan untuk menerima dua orang dari kelompok lain.

25. Conneeting, Organizing, Reflecing, Extending (CORE)

Sintaknya adalah:
(C) Koneksi informasi lama-baru dan antar konsep.
(O) Organiasi ide untuk memahami materi.
(R) Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali.
(E) Mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.

26. Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)

Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama dan cermat.

27. Survey Question, Read, Reflect, Recitet, Review (SQ4R)

SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan context actual yang releven.

28. Meaningful Intrucational Design (MID)

Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektivitas dengan cara membuat kerangka kerja aktivitas secara konseptual kognitif konstruktivis.

29. KUASAI

Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini.
1. Kerangka pikir untuk sukses.
2. Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar.
3. Ambil pemaknaan (mengetahui, memahami, menggunakan, memaknai).
4. Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya.
5. Ajukan pengujian pemahaman dan
6. Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar

30. Team Assisted Individualy (TAI)

Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah bantuan individual dalam kelompok (Bidak) dengan karakteristik bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru.

31. Student Team Achievementt Division (STAD)

STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks; pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar LKS modul secara kolaboratif, sajian presentasi kelompok sehingga terjadi  diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward/ penghargaan.

32. Number Head Together (NHT)

NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama).

33. Jigsaw

Model pembelajaran ini termaksud pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok.

34. Think Pair Share (TPS)

Model pembelajara ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks, guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

35. Group Investigation (GI)

Model koperatif tipe GI dengan sintaks : pengarahan buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu.

36. Means-Ends Analysis (MEA)

Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas, pilih strategi solusi.

37. Cretive Problem Solving (CPS)

Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

38. Think Talk Write (TTW)

Pembelajaran ini di mulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil  bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi.

39. Make A Match

Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapatkan nilai- reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan evaluasi dan refleksi.

40. Scramble

Sintaknya adalah buatlah kartu soal sesuai materi bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.

41. Pair Checks

Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

42. Explicit Instruction

Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan prosedural, membimbing pelatihan penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan evaluasi, dan refleksi.

43. Course Review Horayss

Langkah-langkahnya informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarangan dan dimasukkan kedalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

44. Demonstration

Pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

45. Snowball Throwing

Sintaknya adalah informasi materi secara umum membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi.

46. Student Facilitator and Explaining

Langkah-langkahnya adalah informasi kompotensi, sajian materi, siswa mengembangkan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.

47. Quantum Teaching

Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkesta-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhan minat dengan AMBAK (Apa Manfaat Bagiku), alami dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi komunikasi, ulangi dengan tanya jawab latihan rangkuman,  dan rayakan dengan reward dengan senyum tawa ramah sejuk nilai dan harapan.

48. Model Superitem

Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat bertahap dari simple ke kompleks, berupa pemecahan masalah. Sintaknya adalah ilustrasi konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan soal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.

49. Model Hybrid

Model hybrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif inkuisi solusi workshop, virtual workshop menggunakan computer internet.

50. Treffinger

Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengatahuan siap. Sintaknya keterbukaan urutan ide pengetahuan, penggunaan ide kreatif konflik internal skill, proses rasa pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan minat kelompok kerjasama, kebebasan terbuka, dan reward.

51. Picture and Picture

Sajian informasi kompotensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematis, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

52. Cooperative Script

Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

53. Improve

Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Endrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa  latihan dan bertanya, balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.

54. Generatif

Basis generatif adalah konstruktivisme dengan sintaks orintasi motivasi, pengungkapan ide konsep awal, tantangan dan restrukturisasi sajian konsep, aplikasi, rangkuman, evaluasi dan refleksi.

55. Concept Sentence

Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tiap kelompok membuat kalimat berdasarkan kata kunci, presentasi.

56. Time Token

Model ini di gunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa di beri kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon di kembalikan.

57. Take and Give

Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa-bahan belajar dan nama yang di beri, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa di suruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi.

58. Model Pembelajaran Menyimak

Menyimak adalah proses mendengar dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses menyimak sudah termasuk mendengar, sebaliknya mendengar belum tentu menyimak. Di dalam bahasa Inggris terdapat istilah “listening comprehension” untuk menyimak dan “to hear” untuk mendengar.

59. Model pembelajaran keterampilan berbicara

Ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh pengajar sebelum mengajarkan bahasa kedua dengan model pembelajaran keterampilan berbicara

A. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resipokal;
B. Berbicara adalah proses komunikasi individu;
F. Ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya
G. Ketepatan sasaran pembicaraan

60. Model LAPS-Heuristik

Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangka solusi masalah. LAPS (Logan Avenue Problem Solving) dengan kata tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks pemahaman masalah, rencana, solusi dan pengecekan.

61. Model Circuit Learning

Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengurang, sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan fokus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya peta konsep bahasa khusus, tanya jawab dan refleksi.

62. Model Complete Sentence

Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintaks sisapkan blanko isian berupa paragraph yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kalimatnya belum  lengkap, siswa berkelompok melengkapi dan presentasi.

63. Mind Mapping

Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi  dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.

64. Examples Non Examples

Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai LCD, dengan petunjuk guru  siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi. Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD. Langkah-langkah:

A. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
B. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD.
C. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk  memperhatikan/menganalisa gambar.
D. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
E. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
F. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
G. Kesimpulan

65. Kepala Bernomor Struktur

Modifikasi dari Number Heads. Langkah-langkah:

A. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor,
B. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai.  Misalnya: siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
C. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
D. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
E. Kesimpulan.

66. Problem Based Introduction (PBI)

Pembelajaran Berdasarkan Masalah.  Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi.  Kondisi  yang  tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.

Langkah-Langkah:

A. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
B. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
C. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
D. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka  berbagi tugas dengan temannya.
E. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

67. Bertukar Pasangan

Langkah-langkah:

A. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
B. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
C. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
D. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
E. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

68. Tebak Kata

Langkah-langkah :

A. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
B. Guru menyuruh peserta didik berdiri berpasangan di depan kelas
C. Seorang peserta didik diberi kartu yang berukuran 10 x 10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang peserta didik yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5 x 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian  ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga. Peserta didik yang membawa kartu 10 x 10 cm membacakan katakata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10 x 10 cm. Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan tsb.
D. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan, peserta didik boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
E. Dan seterusnya.

Selengkapnya 68 Model Pembelajaran Kooperatif Beserta Kelebihan dan Kekurangannya >>> UNDUH

Rujukan: Buku Model Pembelajaran Inovatif Abad 21, Samudra Biru.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

Mengenal Model Pembelajaran HOTS Beserta Kelebihan dan Kekurangannya

Mengenal Model Pembelajaran HOTS Beserta Kelebihan dan Kekurangannya

BlogPendidikan.net
- Model Pembelajaran Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah keterampilan berfikir tingkat tinggi yang menuntut pemikiran secara kritis, kreatif, analitis, terhadap informasi dan data dalam memecahkan permasalahan. 

Berfikir tingkat tinggi merupakan jenis pemikiran yang mencoba mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan yang ada terkait isu-isu yang tidak didefinisikan dengan jelas dan tidak memiliki jawaban yang pasti.

Strategi pembelajaran yang efektif akan membantu siswa menuju keterampilan berfikir tingkat tinggi. Langkah-langkah pembelajaran yang bisa memicu siswa berfikir tingkat tinggi diantaranya: 1) menuliskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari ini (Pembelajaran Emosional), 2) melakukan Brain Gym disela pembelajaran (Pembelajaran Fisik), 3) mengarahkan kegunaaan konsep dalam kehidupan sehari-hari (Pembelajaran Emosional), 4) mendiskusikan permasalahn dalam LKS (Pembelajaran Kognitif, Pembelajaran Sosial, pembelajaran Fisik), dan 5) introspeksi pembelajaran (Pembelajaran Reflektif ).

Berikut Model Pembelajaran HOTS, Langkah-langkah Beserta Kelebihan dan Kekurangannya.

1. Model Pembelajaran Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning)

Model pembelajaran discovery/inquiry learning meru-pakan salah satu model yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran discovery/inquiry learning adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Langkah-langkah model pembelajaran discovery/inquiry learning
  • Membina suasana yang responsif diantara siswa.
  • Mengemukakan permasalahan untuk diinkuiri (ditemukan) melalui cerita, film, gambar dan sebagainya. Kemudian mengajukan pertanyaan kearah mencari, merumuskan, dan memperjelas permasalahan dari cerita dan gambar.
  • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah tersebut.
  • Merumuskan hipotesis/perkiraan yang merupakan jawaban dari pernyataan tersebut. Perkiraan jawaban ini akan terlihat setidaknya setelah pengumpulan data dan pembuktian atas data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. Guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.
  • Menguji hipotesis, guru mengajukan pertanyaan yang bersifat meminta data untuk pembuktian hipotesis.
  • Pengambilan kesimpulan dilakukan guru dan siswa
Kelebihan model pembelajaran discovery/inquiry learning
  1. Merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dengan strategi ini dianggap lebih bermakna.
  2. Dapar memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
  3. Merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
  4. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Kekurangan model pembelajaran discovery/inquiry learning
  1. Pembelajaran dengan discovery/inquiry learning memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi. Bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif.
  2. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya.
  3. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator dan pembimbing siswa dalam belajar.
  4. Karena dilakukan secara kelompok, kemungkinan ada anggota yang kurang aktif.
  5. Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda misalkan SD.
  6. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik.
  7. Untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak akan sangat merepotkan guru.
  8. Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika pembelajaran ini diterapakan pada situasi kelas yang kurang mendukung.
  9. Pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL)

Kehidupan identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi dan demokratis.

Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning
  • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
  • Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll).
  • Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.
  • Guru membantu siswa dalam merencanakan serta  menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya.
  • Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning
  1. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.
  2. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.
  3. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.
  4. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
  5. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara dan observasi.
  6. Siswa memiliki kemampuan menilai kemampuan belajarnya sendiri.
  7. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dan kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
  8. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.
Kekurangan model pembelajaran Problem Based Learning
  1. PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi.  PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.
  2. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning/ PJBL)

Project Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

Project Based Learning merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisis situasi dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PJBL)
  • Masalah sudah ada dan materi diberikan.
  • Siswa diberi masalah sebagai pemecahan/diskusi, kerja kelompok.
  • Masalah tidak dicari (sebagaimana pada Problem Based Learning dari kehidupan mereka sehari-hari)
  • Siswa ditugaskan mengevaluasi (evaluating) dan bukan grapping seperti pada problem based learning
  • Siswa memberikan kesimpulan dari jawaban yang diberikan sebagai hasil akhir.
  • Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai kepada kesimpulan.
Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PJBL)
  1. Dapat membuat peserta didik lebih menghayati kehidupan sehari-hari.
  2. Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
  3. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kretaif.
  4. Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
  5. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
  6. Berpikir dan bertindak kreatif.
  7. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
  8. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
  9. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
  10. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah ysng dihadapi dengan tepat.
  11. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khusunya dunia kerja.
Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PJBL)
  1. Memerlukan cukup banyak waktu.
  2. Melibatkan lebih banyak orang.
  3. Dapat mengubah kebiasaan siswa belajar dengan  mendengarkan dan menerima informasi dari guru.
  4. Dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah.
  5. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
  6. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajarn yang lain.
  7. Kesulitan yang mungkin dihadapi.
Rujukan: Buku Model Pembelajaran Inovatif Abad 21, Samudra Biru.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.