Showing posts with label Belajar Tatap Muka. Show all posts
Showing posts with label Belajar Tatap Muka. Show all posts

Kemendikbud: Sekolah Kembali Diizinkan Tatap Muka 100 Persen

Kemendikbud: Sekolah Kembali Diizinkan Tatap Muka 100 Persen

BlogPendidikan.net
- Dikutip dari kompas.com, Kementerian Pendidikan, Kebudyaaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengizinkan sekolah untuk menerapkan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen. Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek. 

Aturan mengenai ketentuan sekolah yang diizinkan untuk menerapkan PTM 100 persen sendiri sesuai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri (Menteri Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri dalam Negeri tentang Panduan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 serta diskresinya.

SKB Empat Menteri terbaru yang terbit akhir tahun 2021 masih valid. Yang memenuhi syarat dimungkinkan (PTM 100 persen), SKB sudah mengatur," kata Jumeri. 

Pada SKB Empat Menteri yang dikeluarkan pada 21 Desember 2021 disebutkan, sekolah yang diizinkan untuk menerapkan PTM 100 persen adalah sekolah yang berada pada wilayah PPKM level 1 atau PPKM level 2. 

Namun demikian, ketentuan tersebut diubah melalui Surat Edaran Mendikbud Ristek Nomor 2 Tahun 2022 tentang Diskresi Pelaksanaan SKB Empat Menteri yang ditekan oleh Mendikbud Ristek Nadiem Makarim pada 2 Februari 2022. 

Kebijakan diskresi dibuat dengan mempertimbangkan situasi peningkatan kasus penularan Covid-19 saat varian Omicron mulai menyebar pada awal Februari lalu. “Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas dapat dilaksanakan dengan jumlah peserta didik 50 persen dari kapasitas ruang kelas pada satuan pendidikan yang berada di daerah dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2,” tulis Nadiem dalam surat edaran. 

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendikbud-ristek, Suharti menjelaskan, terdapat penekanan pada kata 'dapat' di dalam ketentuan pada diskresi tersebut. Di mana daerah PPKM level 2 tetap bisa melakukan PTM 100 persen bila kondisi Covid-19 terkendali. "Penekanan ada pada kata 'dapat'. Artinya, bagi daerah PPKM level 2 yang siap melaksanakan PTM terbatas sesuai SKB Empat Menteri dan tingkat penyebaran Covid-19-nya terkendali, sekolah-sekolah pada daerah tersebut tetap dapat melaksanakan PTM terbatas dengan kapasitas siswa 100 persen," ujar Suharti. 

Syarat sekolah diizinkan untuk menerapkan PTM 100 persen adalah sebagai berikut:
  • Berada pada wilayah PPKM level 1 dan level 2 
  • Capaian vaksinasi dosis kedua pada pendidik dan tenaga kependidikan di atas 80 persen 
  • Capaian vaksinasi dosis kedua pada warga masyarakat lansia di atas 50 persen 
  • Pembelajaran dilakukan setiap hari belajar dengan lama belajar paling banyak enam jam pelajaran per hari.
Sumber: kompas.com

Lakukan Strategi Ini Agar Siswa Nyaman dan Betah Saat Belajar di Kelas

Lakukan Strategi Ini Agar Siswa Nyaman dan Betah Saat Belajar di Kelas

BlogPendidikan.net
- Pada dasarnya, kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan megelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan sebagai upaya menggiatkan siswa mencapai tujuan pembelajaran seperti melalui proses menelaah kebutuhan siswa, menyusun rencana pembelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa dan menilai kemajuan siswa.

Kegiatan mengelola kelas dimaksudkan sebagai proses menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan pembelajaran terasa nyaman dan siswa betah serta fokus menerima pelajaran.


Banyak guru mengajar terkadang tidak memahami tentang manajemen dalam kegiatan belajar mengajar dikelas dalam minsdsetnya hanya berkutat pada cara yang tepat untuk menyampaikan materi sebagai tanggung jawab moral dalam mencerdaskan siswanya.

Perilaku ini terus mengakar turun temurun sehingga menyebabkan pola pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang tersistem sedemikian rupa tanpa ada keinginan untuk mengubah dan berusaha untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan konsep dasar manajemen pengelolaan kelas untuk terciptanya kelas yang nyaman, kondusif, efektif dan efisien karena proses pendidikan yang dilaksanakan disekolah, didominasi oleh kegiatan belajar mengajar (90 % dari seluruh waktu yang ada disekolah ada pada proses pembelajaran).


Apa yang harus dilakukan guru agar siswa merasa nyaman dan betah saat menerima pelajaran? Berikut strategi yang harus dilakukan guru :

1. Mulailah pelajaran tepat waktu

2. Mulailah salam dan tersenyum

3. Tentukan metode dan model pambelajaran yang aktif

4. Tentukan media pembelajaran yang selaras dengan materi

5. Tentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

6. Menata tempat duduk yang tepat dengan cara menyelaraskan antar format dan tujuan pembelajaran, misalnya untuk pembelajaran dengan menggunakqn model diskusi, bangku siswa di bentuk setengah lingkaran, atau model U.

7. Membuat suasana kelas menjadi aktif

8. Sesekali selipkan bahasa-bahasa lelucon yang berhubungan dengan materi

9. Meminimalisir gangguan dari luar kelas

10. Menetapkan aturan dan prosedur dengan jelas dan dapat dilaksanakan dengan konsisten

11. Peralihan yang mulus antarsegmen pembelajaran

12. Menegur siswa yang berbicara pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

13. Pemberian pekerjaan rumah

14. Mempertahankan momentum selama pelajaran

15. Downtime, kelebihan waktu yang dimiliki oleh siswa pada saat melakukan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar.

16. Mengakhiri pelajaran dengan membangkitkan kembali motivasi siswa.

Demikian beberapa hal yang harus dilakukan guru agar proses pembelajaran terasa nyaman dan siswa betah duduk di kelas menerima materi pelajaran.

Contoh Jadwal dan Pedoman Pembelajaran Tatap Muka Terbatas 2 Kali Seminggu Untuk SD

Contoh Jadwal dan Pedoman Pembelajaran Tatap Muka Terbatas 2 Kali Seminggu Untuk SD

BlogPendidikan.net
- Dalam SKB 4 Menteri yang telah diterbitkan pemerinta mewajibkan seluruh tenaga pendidik dan kependidikan harus sudah di vaksin secara lengkap dalam mempersiapkan sistem pembelajaran tatap muka (PTM) pada juli mendatang.

Sebagai upaya menerjemahkan keputusan bersama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Menteri Kesehatan (Menkes), Menteri Agama (Menag), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) terkait rencana pembelajaran tatap muka (PTM) yang akan dilakukan di tahun ajaran baru pada bulan Juli 2021, Kemendikbud Ristek dan Kemenag meluncurkan Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka.

Direktorat Sekolah Dasar baru-baru ini telah menerbitkan pedoman pembelajaran tatap muka terbatas dalam 2 kali pertemuan seminggu. Dalam pedoman terdebut dijelaskan contoh Jadwal dan contoh pembelajaran tatap muka dan PJJ dalam 2 kali pertemuan seminggu.

Untuk lebih jelasnya silahkan Bapak/Ibu lihap pada akhir tulisan ini Contoh Jadwal dan Pedoman Pembelajaran Tatap Muka Terbatas 2 Kali Seminggu Untuk SD >>> LIHAT DISINI

Revisi SKB 4 Menteri Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Dimasa Pandemi COVID-19

Revisi SKB 4 Menteri Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Dimasa Pandemi COVID-19

BlogPendidikan.net
- Revisi SKB 4 Menteri NOMOR 01/KB/2020, NOMOR 516 TAHUN 2020, NOMOR HK.03.01/Menkes/363/2020, NOMOR 440-882 TAHUN 2020 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Dimasa Pandemi COVID-19 :



Revisi SKB 4 Menteri Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Dimasa Pandemi COVID-19 >>> LIHAT DISINI

Kemendikbud Ristek Ingatkan Ada Varian Baru Covid-19 Sekolah Jangan Asal Buka

Kemendikbud Ristek Ingatkan Ada Varian Baru Covid-19 Sekolah Jangan Asal Buka

BlogPendidikan.net
- Sebulan lagi proses pembelajaran tatap muka terbatas akan digelar yakni pada juli 2021, dengan melonjaknya kasus Covid-19 dibebrapa daerah. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud-Ristek) Nadiem Makarim mengatakan, ada kemungkinan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang rencananya dimulai pada Juli 2021 ditunda di sejumlah daerah.

Varian baru Covid-19 yang dikenal dengan Delta berasal dari India disebut tengah mewabah di Indonesia. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) meminta sekolah tak serta merta bisa membuka pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas lantaran adanya ancaman varian baru tersebut.

Sekretaris Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Ristek, Nunuk Suryani mengatakan, untuk mengantisipasi varian baru itu, sekolah wajib untuk berkoordinasi dengan beberapa pihak sebelum menggelar PTM terbatas.

"Jadi ada izin yang diperlukan dari panduan itu sebelum sekolah membuka. Jadi rekomendasi pihak terkait tetap dibutuhkan jika akan membuka PTM terbatas. Termasuk apakah di situ sedang dalam kondisi apa," ujarnya dalam sebuah acara, Selasa (15/6).

Menurutnya, PTM terbatas tidak dilaksanakan secara serampangan. Pihak sekolah mesti memenuhi sejumlah kriteria yang disebut daftar periksa.

"Jadi ada SOP yang harus diikuti terkait dengan membuka PTM terbatas," ujarnya.

Pembukaan sekolah, kata Nunik mesti juga mempertimbangkan masukan dari sejumlah pihak tersebut, termasuk Satgas Covid-19 daerah.

"Jadi ada koordinasi panitia, dinas pendidikan yang akan memberikan perimbangan termasuk Satgas Covid. Apakah dibolehkan sekolah tersebut di lingkungan di mana itu boleh membuka itu ada," pungkas Nunik.

Sumber: Liputan6.com

Kasus Covid-19 Melonjak Signifikan, DPR Minta Sekolah Tatap Muka Ditunda 2-3 bulan

Kasus Covid-19 Melonjak Signifikan, DPR Minta Sekolah Tatap Muka Ditunda 2-3 bulan

BlogPendidikan.net
- Kasus Covid-19 Melonjak Signifikan, DPR Minta Sekolah Tatap Muka Ditunda 2-3 bulan. Lonjakan kasus Covid-19 pascalibur lebaran menjadi perhatian DPR RI. Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad meminta pemerintah menunda rencana sekolah tatap muka mengingat risiko penularan akibat lonjakan kasus.

"Ada beberapa hal yang perlu dievaluasi oleh pemerintah, mungkin ditunda sedikit. Antara lain mungkin soal kehadiran dalam anak sekolah," ujar Dasco pada wartawan.

Politikus Gerindra itu menyatakan agar pemerintah menunda pembukaan sekolah tatap muka untuk 2-3 bulan sampai lonjakan kasus teratasi.

"Waktu itu kan dibuat rencana sebelum ada lonjakan tinggi di beberapa daerah. Nah mungkin ini agak ditunda 2 bulan atau 3 bulan pelaksanaannya sambil menunggu situasi Covid yang mudah-mudahan lonjakannya bisa diatasi," katanya.


Selain itu, ia meminta pemerintah terutama Satgas menerapkan sanksi tegas bagi pelanggar protokol kesehatan. Ia menyatakan pemerintah membuat kebijakan dengan sanksi yang menyesuaikan kasus daerah masing-masing.

"Kita minta pemerintah buat kebijakan-kebijakan dalam sanksi disesuaikan dengan daerah dan kondisi masing-masing. Saya lihat juga aparat penegak hukum, Kapolri sudah keliling di provinsi-provinsi yang lonjakan Covid-nya tinggi, dan juga sudah memberikan arahan kepada kepolisian setempat untuk melakukan langkah-langkah yang dianggap perlu," tandasnya.

Ketua Harian DPP Partai Gerindra itu mengatakan, pemerintah perlu melihat kembali kebijakan terkait PTM terbatas yang akan berjalan Juli mendatang. Sebab, menurut Dasco, kebijakan pembukaan sekolah itu dibuat sebelum adanya lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah daerah. 

"Perlu ada rencana yang dievaluasi oleh pemerintah mungkin ditunda sedikit antara lain soal kehadiran anak di sekolah. Nah, itu kan dibuat (kebijakan) waktu itu sebelum ada lonjakan tinggi di beberapa daerah," kata dia. 

Sumber: Liputan6.com dan Kompas.com

Yakin Banyak Materi Yang Akan Tertinggal Jika Belajar di Sekolah 2 Hari dan 2 Jam

Yakin Banyak Materi Yang Akan Tertinggal Jika Belajar di Sekolah 2 Hari dan 2 Jam

BlogPendidikan.net
- Yakin Banyak Materi Yang Akan Tertinggal Jika Belajar di Sekolah 2 Hari dan 2 Jam.

Keinginan Presiden Joko Widodo agar kegiatan belajar di sekolah diminimalisir menjadi dua jam per hari dan dilakukan dua hari seminggu di masa pandemi Covid-19 dinilai tidak akan efektif bagi pembelajaran. Sekolah pun mengkhawatirkan akan banyak materi yang tertinggal akibat keterbatasan waktu.

Kepala SMA Negeri 3 Kabupaten Seluma, Bengkulu, Nihan mengatakan sejak Januari 2021, sekolahnya menerapkan kebijakan belajar tatap muka 4 jam sehari secara selang-seling. Ketika tanggal ganjil, siswa dengan absen ganjil masuk dan siswa absen genap belajar di rumah.

Karena kendala sulit sinyal, sekolah tempat Nihan bekerja tidak bisa menerapkan pembelajaran campuran antara online atau dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring). Akibatnya, pembelajaran dilakukan sepenuhnya luring dengan tatap muka atau pemberian tugas.

Dengan jadwal masuk 4 jam per hari selama 2-3 kali seminggu saja, Nihan mengaku banyak materi pembelajaran yang harus terpangkas. Ia ragu pembelajaran bisa dilakukan dengan baik.

"Keterbatasan waktu itu membuat materi jadi enggak kekejar. Sekarang saja sudah ada bahasan-bahasan yang mau tidak mau harus ditinggalkan," kata Nihan kepada CNNIndonesia.com.

Ia berharap pemerintah bisa memberikan keleluasaan waktu belajar yang lebih besar. Menurutnya, kebijakan tersebut memungkinkan selama sekolah bisa memastikan protokol kesehatan dilakukan dengan ketat. Pengalaman serupa juga dialami guru SMA Negeri 1 Teupah Selatan, Kabupaten Simeulue, Aceh, Soha.

Sekolah tempat Soha mengajar sudah sempat membuka pembelajaran tatap muka (PTM) sepenuhnya sejak September hingga pertengahan Mei. Namun kini pembelajaran dilakukan secara kombinasi, antara tatap muka dan via online karena peningkatan kasus Covid-19.

Soha menjelaskan kegiatan belajar tatap muka dilakukan hanya beberapa kali seminggu dan dengan waktu yang singkat. Karena keterbatasan waktu, PTM akhirnya hanya digunakan guru untuk memberikan soal secara fisik kepada siswa.

"Pembelajaran pasti masih bertumpu pada pemberian tugas. Kalau penjelasan hanya via WA atau telegram. Kalau tatap muka karena dibatasi, jadi kita enggak mau sembrono. Kita jaga-jaga untuk kesehatan," tuturnya kepada CNNIndonesia.com.

Ia mengaku dengan sistem belajar seperti ini, interaksi tatap muka guru dan siswa untuk menyampaikan materi masih minim karena dibatasi waktu. Pada akhirnya, interaksi hanya sebatas lewat pesan singkat.

Soha sendiri memahami pembatasan waktu tatap muka dibutuhkan untuk meminimalisir bahaya virus sembari menekan ketertinggalan materi. Namun menurutnya kebijakan itu tak akan efektif penerapannya bagi pembelajaran.

"Tapi kita sebagai guru kan mengikuti kebijakan yang dilakukan pemerintah. Otomatis kita sesuaikan dengan strategi yang dilakukan guru," kata dia.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Presiden Joko Widodo meminta pembukaan sekolah dilakukan dengan hati-hati. Ia mengatakan Jokowi meminta PTM dijalankan maksimal dua jam setiap hari dan digelar dua hari per minggu.

"Terutama guru-guru ini harus sudah divaksinasi sebelum tatap muka terbatas yang tadi kami sampaikan dilaksanakan," kata Budi, Senin (7/6). Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi setelah vaksinasi guru dan tenaga kependidikan rampung. Ia menyebut tak ada tawar-menawar yang bisa dilakukan untuk pendidikan.

Berikut Beberapa Sekolah Yang Menjadi Klaster Covid-19, Nadiem Ngotot Belajar Tatap Muka Juli

Berikut Beberapa Sekolah Yang Menjadi Claster Covid-19, Nadiem Ngotot Belajar Tatap Muka Juli

BlogPendidikan.net
- Mendikbud-ristek, Nadiem Makarim tetap bersikeras akan menggelar kegiatan belajar-mengajar tatap muka di semua sekolah mulai bulan Juli 2021. Padahal di sejumlah daerah saat uji coba pembelajaran tatap muka terdapat temuan siswa dan tenaga pendidik yang terinfeksi Covid-19. Namun Nadiem tetap berkeras.

Sekolah tatap muka harus segera digelar secara menyeluruh pada Juli mendatang. Hal ini mengacu pada tempat-tempat lain seperti pusat perbelanjaan dan perkantoran yang sudah dibuka kembali. Terlebih masa depan Indonesia sangat bergantung pada sumber daya manusia.


“Tidak ada tawar-menawar untuk pendidikan, terlepas dari situasi yang kita hadapi,” ujar Nadiem Makarim. Sekolah tatap muka terbatas yang sudah dilakukan di beberapa daerah bahkan sempat menimbulkan klaster baru Covid-19.

Usai uji coba  sekolah tatap muka, SMA Negeri 4 Pekalongan, Jawa Tengah, ditutup karena 37 tenaga pendidik terkonfirmasi positif Covid-19. Hal ini berawal dari seorang guru yang sakit tetapi tetap berangkat ke sekolah. Setelah dites usap, guru itu dinyatakan positif Covid-19.

Di Cimahi, Jawa Barat, kegiatan pelaksanaan pembelajaran tatap muka ditunda setelah ada 11 orang yang dinyatakan positif Covid-19. Ke-11 orang ini terdiri dari 5 siswa Sekolah Dasar, 3 siswa Sekolah Menengah Pertama, dan 3 orang guru.


Di Sumatera Utara, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi belum mengizinkan sekolah tatap muka di buka karena pandemi Covid-19 di Sumut belum dapat dikendalikan. Sekolah tatap muka dikhawatirkan menimbulkan klaster Covid-19 baru dan siswa bisa menjadi korban.

Sekolah tatap muka di Sumut baru akan digelar jika angka penularan Covid-19 sudah turun. Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo menyatakan pembukaan sekolah tatap muka pada bulan Juli atau sekitar 1,5 bulan usai libur lebaran bukan langkah tepat.

Meski harus diakui konsekuensi pendidikan jarak jauh mengakibatkan timbulnya risiko learning loss atau hilangnya minat belajar pada siswa karena kurangnya interaksi pembelajaran langsung dengan guru.

Di Kabupaten Lebak, Banten, Dinas Pendidikan mencatat sedikitnya 415 SMP putus sekolah selama pandemi karena ragam alasan yakni bekerja karena kesulitan ekonomi, menikah, hingga malas sekolah.


Selain itu sebanyak 3.869 siswa diketahui tidak aktif mengikuti pembelajaran secara daring karena keterbatasan gawai dan akses internet hingga malas belajar.  

Namun harus diingat, walau ada pembatasan di sekolah, anak masih mungkin tertular Covid-19 bila ada mobilitas dan interaksi dengan orang lain. Positivity rate atau tingkat penularan di Indonesia yang masih tinggi membuat pembukaan sekolah tatap masih belum aman.

Target Nadiem Belajar Tatap Muka Serentak Juli Masih Sulit, Karena Vaksinasi Guru Masih Lambat

Target Nadiem Belajar Tatap Muka Serentak Juli Masih Sulit, Karena Vaksinasi Guru Masih Lambat

BlogPendidikan.net
- Target Nadiem Belajar Tatap Muka Serentak Juli Masih Sulit, Karena Vaksinasi Guru Masih Lambat.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim berencana membuka sekolah tatap muka terbatas pada Juli mendatang. Namun, Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) menilai hal tersebut sulit dilakukan karena proses vaksinasi para guru masih lambat.

Menurut Koordinator Nasional P2G Satriwan Salim pada dasarnya pihaknya paham akan ancaman learning loss pada para peserta didik. Namun, bila sekolah dipaksa untuk dibuka serentak Juli nanti ada risiko kasus COVID-19 meningkat sehingga mengancam keselamatan peserta didik, guru, hingga keluarganya.


"Tentu opsi memaksa membuka sekolah akan mengancam nyawa, keselamatan, dan masa depan siswa termasuk guru dan keluarganya," ungkap dia.

Lebih lanjut, Satriawan mengungkapkan bahwa vaksinasi guru dan tenaga pendidik merupakan salah satu indikator yang penting dalam proses sekolah tatap muka. Hanya saja, hingga awal Juni baru sekitar 1 juta guru yang divaksin dari total target sebanyak 5 juta guru.

"Kami dari awal mendapatkan laporan dari jaringan P2G daerah, vaksinasi guru tendik memang lambat di daerah-daerah. Kami meminta kementerian terkait gercep, apalagi kita baru impor vaksin dari luar," imbuh guru SMA ini.

Untuk itu, Kabid Advokasi P2H Iman Z Haeri meminta agar pemerintah, khususnya Kemendikbudristek konsisten melaksanakan vaksinasi pada guru dan tenaga pendidik. Dengan begitu, pembelajaran tatap muka bisa dilaksanakan sesuai target, yakni Juli mendatang.


Untuk mendukung proses sekolah tatap muka, kata Iman, sekolah harus memenuhi Daftar Periksa Kesiapan Sekolah Tatap Muka yang diisi secara online. Hingga 4 Juni 2021, daftar tersebut baru diisi 54,36% sekolah. Padahal, daftar tersebut memastikan sekolah memiliki ketersediaan sarana sanitasi dan kebersihan; ketersediaan fasilitas kesehatan; pemetaan warga satuan pendidikan, misalnya yang memiliki comorbid.

"Padahal melalui dashboard tersebut, pemerintah dapat memantau bagaimana kesiapan sekolah untuk melakukan pembelajaran tatap muka ditinjau dari aspek kesiapan prokes di satuan pendidikan. Perlu diketahui jumlah sekolah secara nasional adalah 535.782 sekolah," kata Iman.

Untuk itu, P2G menuliskan beberapa rekomendasi. 

Pertama adalah meminta Kemendikbud, Kemenag, Kemenkes, dan Pemda melakukan pemetaan terhadap guru yang belum divaksinasi, baik tahap 1 maupun tahap 2.

Kedua, menyarankan agar Pemda (Dinas Pendidikan dan Kesehatan) melakukan pengecekan assesment daftar periksa kepada sekolah yang telah mengisi online. Melalui asesmen dan observasi, kesiapan sekolah lebih terdata dengan valid.

Sedangkan, bagi sekolah yang belum siap dari segi fasilitas sarana-prasarana pendukung prokes, maka kepala sekolah perlu dibantu oleh Pengawas dan Dinas Pendidikan untuk memenuhi fasilitas pendukung prokes dengan biaya pengadaannya dari Dana BOS.

Ketiga, P2G mendesak Kemendikbudristek, Kemenag, dan Pemda memberikan pelatihan 'blended learning; untuk guru, agar kompetensi guru di bidang pedagogik digital terbangun.

Keempat, P2G sangat berharap desakan Nadiem agar sekolah harus dibuka Juli 2021 tanpa tawar-menawar, hanya berlaku bagi sekolah yang vaksinasi gurunya rampung dan sudah diberikan asesmen kelayakan oleh Pemda untuk memulai PTM. Sedangkan bagi sekolah yang belum, maka opsi perpanjang PJJ adalah yang terbaik.

Kelima, pemetaan terkait kota/kabupaten yang masih zona merah atau oranye, ditambah lagi dengan jumlah peningkatan kasus COVID-19 atau positivity rate masih tinggi. Misalnya, seperti di Jakarta, opsi PJJ masih yang terbaik.

Oleh karenanya, P2G meminta Kemendikbud, Kemenag, dan Pemda benar-benar melakukan koordinasi dan pemetaan. Sedangkan kebijakan sekolah tatap muka Juli mendatang dinilai belum bisa dilakukan serentak.

"Maka, P2G memandang kebijakan sekolah dimulai tatap muka Juli 2021 nanti, tidak dapat dilakukan secara serentak seluruhnya di 514 kota/kab dan 34 provinsi, dengan jumlah 435 ribu sekolah. Ada daerah yang sudah dapat melakukan PTM, tapi ada juga yang masih PJJ," tutup Satriwan.

Nadiem: Segera Buka Sekolah Tatap Muka Jika Guru dan Tenaga Kependidikan Sudah Divaksin

Nadiem: Segera Buka Sekolah Tatap Muka Jika Guru dan Tenaga Kependidikan Sudah Divaksin

BlogPendidikan.net
- Nadiem: Segera Buka Sekolah Tatap Muka Jika Guru dan Tenaga Kependidikan Sudah Divaksin.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim menyerukan opsi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas untuk segera dilaksanakan. Opsi tersebut tentu harus diikuti dengan sejumlah protokol ketat demi menghindari penularan COVID-19.

"Sejauh laporan yang saya terima, sudah banyak pemerintah daerah dan satuan pendidikan yang mulai melaksanakan PTM terbatas dengan protokol kesehatan ketat. 

Antara lain jumlah peserta didik 50 persen dari total kapasitas, memakai masker, menjaga jarak aman , dan tidak ada aktivitas di kantin, dan lain-lain," jelas Nadiem dalam Peluncuran Seri Webinar Guru Belajar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas secara virtual.


Dalam sambutannya, Nadiem mengatakan opsi PTM terbatas dapat segera dimulai apabila mayoritas tenaga pendidik telah divaksinasi.

"Dan saya mau mengimbau kepada seluruh satuan pendidikan, jika Ibu Bapak guru, dan tenaga pendidik sudah divaksinasi, mohon segera memulai PTM terbatas, memberikan opsi PTM terbatas," tambahnya.

Untuk mempermudah kegiatan pembelajaran, sebelumnya Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Pemerintah mengeluarkan Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 telah dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Kesehatan, dan Menteri Agama mengenai panduan penyelenggaraan pada akhir Maret lalu.


Saat ini, beberapa daerah telat menetapkan waktu opsi pelaksanaan PTM Terbatas. Salah satunya seperti di Jawa Barat dan DIY yang akan memberikan opsi tersebut pada tahun ajaran baru Juli mendatang.

Tegas Nadiem : Sekolah Tatap Muka Dimulai Juli

Tegas Nadiem : Sekolah Tatap Muka Dimulai Juli

BlogPendidikan.net
- Mendikbud Ristek Nadiem Makarim berkeras membuka sekolah dengan skema tatap muka terbatas pada Juli tahun ini. Kebijakan tersebut diambil di saat kasus Covid-19 justru sedang melonjak pascalibur lebaran.

Nadiem menyatakan tidak ada tawar menawar demi pendidikan. Nadiem beralasan masa depan Indonesia sangat bergantung pada sumber daya manusia.

"Tidak ada tawar-menawar untuk pendidikan, terlepas dari situasi yang kita hadapi," kata Nadiem dalam acara yang disiarkan YouTube Kemendikbud RI.

Meski mengaku memahami kekhawatiran orang tua, namun mantan Bos Gojek itu menyebut penundaan membuka sekolah bisa berdampak panjang. 


Pembukaan sekolah Juli nanti, kata dia, juga berdasarkan pertimbangan usai dirinya membaca dan mendengar langsung keluhan para pelajar di media sosial.

"Kami upayakan pendidik dan tenaga kependidikan jadi prioritas penerima vaksinasi Covid-19," ujarnya.

Sejalan dengan titah Nadiem, Kemendikbud Ristek menerbitkan panduan pendidikan tatap muka (PTM). Panduan ini, diperuntukkan bagi sekolah tingkat PAUD, dasar, dan menengah. Nadiem berharap para pendidik bisa mempelajari dan menggunakan panduan ini saat membuka sekolah pada Juli mendatang.

Sebelumnya, pemerintah telah mewajibkan semua sekolah dibuka dan melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Hal ini dilakukan setelah vaksinasi terhadap guru dan tenaga kependidikan selesai dilakukan. Adapun vaksinasi ini, kata Nadiem, paling lama selesai pada Agustus mendatang.


Saat ini, menurutnya, baru terdapat 30 persen sekolah yang membuka pembelajaran tatap muka. Padahal, pemerintah telah mendorong berulangkali agar sekolah dibuka.

Meski demikian, sekolah yang hendak melakukan PTM harus memenuhi sejumlah syarat, seperti mendapatkan izin dan pemerintah daerah setempat dan memenuhi daftar periksa Kemendikbud Ristek. Hal itu meliputi sejumlah fasilitas pencegahan penularan Covid-19, seperti tempat mencuci tangan, disenfektan, dan toilet yang bersih.

Sementara itu diketahui sebanyak 10.931 sekolah tidak memiliki sarana cuci tangan, 38.595 sekolah tidak punya desinfektan, 11.801 sekolah tidak memiliki toilet bersih. Meski mendorong agar PTM segera dilakukan, pemerintah tidak menyediakan anggaran khusus untuk pemenuhan sarana ini. Pemerintah meminta agar sekolah menggunakan dana BOS untuk melakukan PTM terbatas.

Nadiem: Sekolah Harus Dibuka, Tidak Ada Tawar-menawar Lagi

Nadiem: Sekolah Harus Dibuka, Tidak Ada Tawar-menawar Lagi

BlogPendidikan.net
- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mendorong sekolah untuk segera melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Baginya, hal tersebut sangat penting dan tak ada kompromi.

Nadiem pada dasarnya mengaku paham akan kekhawatiran orang tua akan kesehatan dan keselamatan anak-anaknya. Namun, risiko pembelajaran jarak jauh (PJJ), yakni learning loss akan menghantui para generasi bangsa.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengatakan sekolah harus segera dibuka, Menurutnya, tak ada tawar-menawar yang bisa dilakukan demi pendidikan.

"Tentu bapak ibu sudah pahami masa depan Indonesia sangat bergantung pada sumber daya manusia. Sehingga tidak ada tawar-menawar untuk pendidikan, terlepas dari situasi yang kita hadapi," kata Nadiem dalam acara yang disiarkan Youtube Kemendikbud RI.

Nadiem mengaku memahami kekhawatiran guru, tenaga kependidikan, dan orang tua terkait pembukaan sekolah di tengah pandemi Covid-19. Namun, ia mengatakan penundaan pembukaan sekolah bisa berdampak panjang.

Sampai hari ini, Nadiem menyatakan kerap mendengar dan membaca langsung keluhan anak-anak di media sosial atas keinginan segera masuk sekolah.

Menurutnya, kondisi tersebut menandakan masih banyak sekolah yang belum dibuka meski sudah didorong pemerintah pusat.

"Dengan semua pertimbangan itu, kami upayakan pendidik dan tenaga kependidikan jadi prioritas penerima vaksinasi Covid-19," ujarnya.

Sebelumnya, Nadiem melaporkan baru 30 persen sekolah yang membuka opsi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Ia pun mendorong sekolah dibuka setelah vaksinasi guru dan tenaga kependidikan.

Panduan PTM terbatas di PAUD, pendidikan dasar dan menengah yang dikeluarkan Kemendikbudristek menegaskan sekolah yang sudah rampung vaksinasi harus melakukan PTM terbatas paling lambat Tahun Ajaran 2021/2022.

Jika sekolah belum dapat memenuhi ketentuan tersebut, pembelajaran di satuan pendidikan masih diperbolehkan mengikuti SKB 4 Menteri yang diterbitkan pada 30 Maret 2021 terkait Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.

Belajar Tatap Muka Harus Segera Dimulai, Guru Yang Belum Divaksin Covid-19 Tidak Boleh Mengajar

Belajar Tatap Muka Harus Segera Dimulai, Guru Yang Belum Divaksin Covid-19 Tidak Boleh Mengajar

BlogPendidikan.net
- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menyatakan tak harus menunggu Juli untuk bisa memulai sekolah tatap muka. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen Pauddasmen), Jumeri mengatakan opsi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas tidak perlu menunggu tahun ajaran baru. 

“Kalau semua guru sudah divaksinasi, segera buka opsi PTM terbatas. Ini tidak ada kapannya. Begitu bapak ibu guru sebagian besar atau seluruhnya sudah divaksinasi, segera buka opsi tatap muka terbatas," paparnya seperti dirangkum dari laman Kemendikbud Ristek. Namun, bagi guru yang komorbiditas, punya halangan kesehatan, maka dipersilakan untuk mengajar di rumah dulu.


"Tidak mengajar di sekolah dulu, karena berisiko. Bagi guru yang sehat dan layak divaksinasi tetapi menolak, kita serahkan ke pemda untuk mengambil tindakan. Karena guru di bawah kewenangan pemerintah daerah, bukan Kemendikbudristek,” ujar Jumeri.

Orangtua berhak menentukan anak ke sekolah atau tetap PJJ 

Jumeri juga mengatakan meski sekolah sudah memulai pembelajaran tatap muka, orangtua memiliki hak untuk menentukan apakah anak boleh belajar ke sekolah atau tetap belajar daring dari rumah. "Membuka opsi tatap muka ini wajib. Tetapi, apakah siswanya berangkat sekolah atau tidak, diserahkan ke orang tua, mau memilih yang mana. 

Sekolah tetap harus menerapkan protokol kesehatan ketat sesuai aturan pemerintah,” jelas Jumeri. Orangtua yang belum mantap anaknya berangkat ke sekolah, tegas Jumeri, dipersilakan untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh. Bagi sekolah yang sudah tatap muka pun, jumlah peserta didik yang hadir maksimal setengahnya dan tetap protokol kesehatan yang ketat.


Terkait kesiapan pembelajaran tatap muka terbatas, pemerintah telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri. Jumeri mengingatkan tatap muka terbatas di semua sekolah diperbolehkan hanya jika sekolah sudah memiliki persiapan sesuai dengan ketentuan. 

“Jika semua guru sudah divaksinasi dua tahap, maka pemerintah daerah dan kantor wilayah Kementerian Agama di kabupaten/ kota dan provinsi bisa mewajibkan sekolah membuka opsi pembelajaran tatap muka terbatas. Dua hal yang harus dilaksanakan sekolah adalah membuka opsi tatap muka terbatas dengan tetap membuka opsi pembelajaran jarak jauh,” paparnya. 

Ia juga menegaskan bahwa sekolah-sekolah yang menerima peserta didik baru, wajib mengisi blangko kesiapan melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka terbatas. “Selain itu, sekolah juga wajib menyiapkan satuan tugas (satgas) penanganan Covid-19 di sekolah, dan menyiapkan infrastruktur seperti ruang isolasi dan alat-alat sanitasi seperti air, alat pengukur suhu tubuh, dan memastikan kebersihan sekolah, serta menyiapkan prosedur operasional standar (POS) jika terjadi sesuatu. 

Keberangkatan peserta didik ke sekolah, berapa persen siswa harus masuk dan berapa yang di rumah, juga harus diatur dan digilir,” katanya.

Bila ada penularan Covid-19, sekolah dihentikan 

Pemerintah daerah (pemda) juga memiliki tugas penting untuk memastikan seluruh sekolah mengisi daftar kesiapan dan memeriksa kesiapan infrastruktur sekolah. Selain itu, ungkap Jumeri, pemda juga wajib mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan PTM terbatas di daerahnya supaya tetap berjalan dengan baik. 


“Jika ada penularan di sekolah, pemda wajib bertindak menyelamatkan dan mengamankan situasi. Termasuk menghentikan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Untuk kepala sekolah, wajib lapor ke Gugus Covid-19 setempat dan membantu gugus melacak asal mula penyebarannya. 

Kepala sekolah wajib mengamankan sekolahnya dan menghentikan sementara (kegiatan di sekolah),” tutur Jumeri. Warga sekolah yang tertular Covid-19 pun harus dipastikan dirawat di fasilitas kesehatan sesuai prosedur atau diisolasi mandiri sesuai ketentuan. Jumeri juga berpesan kepada para peserta didik untuk terus belajar dalam situasi apapun. 

“Tidak boleh berhenti belajar dan terus ikuti petunjuk para guru. Untuk Bapak dan Ibu guru, saya harap lakukanlah inovasi pembelajaran. Anak-anak perlu disajikan materi dan metode baru,” imbaunya.

Ia juga berharap para kepala sekolah dapat memfasilitasi para guru untuk terus berprestasi. Ia mengakui banyak orang tua kesulitan mengajar putra-putrinya di rumah. “Dengan orang tua terpaksa jadi guru di rumah, harapannya menimbulkan kesadaran baru tentang pentingnya peran guru dan pentingnya orang tua belajar tentang anak-anaknya. 

Ini meningkatkan kepedulian orang tua pada anak-anaknya sekaligus meningkatkan penghargaan pada peran guru, karena ternyata mengajar tidak mudah,” ujarnya. Sumber: kompas.com

Banyak Diprotes Siswa, Nadiem: Anak-anak Kita Tidak Sabar Lagi Belajar Tatap Muka

Banyak Diprotes Siswa, Nadiem: Anak-anak Kita Tidak Sabar Lagi Belajar Tatap Muka

BlogPendidikan.net
- Banyak Diprotes Siswa, Nadiem: Anak-anak Kita Tidak Sabar Lagi Belajar Tatap Muka.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim kembali mengimbau untuk segera mulai pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas bagi sekolah tertentu. Sekolah yang dimaksud adalah sekolah dengan tenaga pendidik yang sudah divaksin.

"Sekali lagi, saya ingin mengimbau seluruh satuan pendidikan. Jika Ibu dan Bapak guru serta tenaga pendidikan sudah divaksinasi, mohon segera memulai dan memberikan opsi PTM terbatas," pesan Nadiem dalam Peluncuran Seri Webinar Guru Belajar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas melalui kanal resmi Youtube Ditjen GTK Kemdikbud RI Jumat (28/5/2021).

Dalam sambutannya di acara peluncuran seri webinar guru belajar tersebut, Nadiem mengaku menerima banyak keluhan dari para pelajar. Menurutnya, para siswa maupun mahasiswa sudah merindukan suasana di lingkungan berlajarnya masing-masing.

Mendikbudristek RI Nadiem Makarim juga menyebut pembelajaran tatap muka sudah sangat dinanti-nanti oleh para pelajar.

"Sampai hari ini saya masih sering cukup mendengar keluhan para pelajar yang ingin kembali bersekolah. Hal itu menunjukkan anak-anak kita tidak sabar lagi untuk belajar tatap muka," katanya.

Selain mengimbau sekolah untuk segera memulai pembelajaran tatap muka, Nadiem juga turut mengapresiasi untuk beberapa satuan pendidikan dan pemerintah daerah (Pemda) yang telah berhasil memulai pelaksanaan PTM terbatas di masa transisi.

"Saya apresiasi langkah cepat (pada) Pemda dan satuan pendidikan untuk pelaksanaan PTM terbatas pada masa transisi ini," ujar Nadiem. Perlu diketahui, evaluasi uji coba sekolah tatap muka tahap I di DKI Jakarta pada April kemarin menunjukkan bahwa selama pelaksanaan tidak ada kasus infeksi COVID-19 di sekolah.

Kasubag Humas Dinas Pendidikan Pemprov DKI Jakarta Taga Radja menyebutkan uji coba sekolah tatap muka tahap I dilakukan oleh 83 sekolah. Dan dari keseluruhan sekolah, tidak ada laporan terkait kasus COVID-19.

Ndiem Makarim: Mal dan Semua Tempat Kerja Sudah Dibuka di tengah Pandemi, Sekolah Juga Harus Dibuka

Ndiem Makarim: Mal dan Semua Tempat Kerja Sudah Dibuka di tengah Pandemi, Sekolah Juga Harus Dibuka

BlogPendidikan.net
- Ndiem Makarim: Mal dan Semua Tempat Kerja Sudah Dibuka di tengah Pandemi, Sekolah Juga Harus Dibuka.

Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim mengatakan seluruh sekolah harus menerapkan belajar tatap muka terbatas. Dia mengatakan tempat-tempat seperti mall hingga kantor sudah dibuka di tengah pandemi Corona.

"Kenyataanya adalah mal, sinema dan semua tempat kerja sudah dibuka untuk tatap muka. Jadi sudah saatnya sekolah-sekolah kita melakukan tatap muka terbatas," ujar Nadiem dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR RI, Senin (31/5/2021).

Nadiem menyebut sebenarnya sekolah-sekolah sudah diperbolehkan melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas sejak Januari 2021. Namun, kata Nadiem, orang tua diberikan kebebasan untuk menentukan apakah anaknya sekolah secara langsung atau virtual.

"Sekadar mengingatkan bahwa sejak bulan Januari semua sekolah dan daerah itu sudah diperkenankan kalau mereka siap laksanakan tatap muka terbatas. Bahkan sebelum vaksinasi pun sudah diperbolehkan. Tetapi pada saat sudah selesai divaksinasi itu, kewajiban sekolah untuk opsi tatap muka terbatas," jelasnya.

"Walaupun sekolahnya wajib beri opsi tidak wajib kirim anak ke sekolah. Hak orang tua yang belum yakin atau belum merasa anaknya bisa jaga protokol atau punya kecemasan lain, jadi itu bebas orang tua bisa memilih apakah anaknya mau tatap muka, terbatas, atau jarak jauh," sambung Nadiem.

Nadiem juga mengklaim 28 persen pendidik di Indonesia sudah menerima vaksin COVID-19. Dia menyebut angka itu termasuk besar.

"Pada saat ini, ini angka yang menurut saya cukup luar biasa. Bahwa walaupun dengan situasi dunia, dengan masalah pasokan vaksin yang sering terhambat, dengan faktor-faktor di luar kontrol kita, kita masih berhasil vaksinasi 28 persen dari 5,6 juta pendidik dan tenaga pendidik di Indonesia dalam waktu lumayan singkat dengan begitu banyaknya supply shock international dengan vaksin," katanya.

Nadiem kemudian merinci beberapa daerah yang tenaga pendidiknya sudah disuntik vaksin. Di antaranya DKI Jakarta yang mencapai 80 persen, Yogyakarta mencapai 75 persen, Jawa Barat dan Jawa Timur masing-masing 35 persen.

Sebelumnya, Nadiem mengaku menerima banyak keluhan dari para pelajar. Menurutnya, para siswa maupun mahasiswa sudah merindukan suasana di lingkungan berlajarnya masing-masing.

"Sampai hari ini saya masih sering cukup mendengar keluhan para pelajar yang ingin kembali bersekolah. Hal itu menunjukkan anak-anak kita tidak sabar lagi untuk belajar tatap muka," kata Nadiem dalam Peluncuran Seri Webinar Guru Belajar Pembelajaran Tatap Muka Terbatas melalui kanal resmi YouTube Ditjen GTK Kemdikbud RI, Jumat (28/5).

Ernes P: Guru Lebih Baik Dirumahkan, Daripada Dimakamkan

Ernes P: Guru Lebih Baik Dirumahkan, Daripada Dimakamkan

BlogPendidikan.net
- Ernest Prakasa ikut berduka cita atas berita meninggalnya guru di salah satu SMA. Ia turut mengkritik Pemerintah Indonesia terkait penanganan pandemi virus corona. Melalui akun Twitternya, Ernest membagikan sebuah berita tentang 3 guru wafat setelah positif Covid-19. Ketiganya merupakan guru SMAN 1 Gondang Sragen.

Ernest hanya bisa berharap pemerintah segera sadar dan mengambil kebijakan yang benar. Menurutnya, lebih baik guru dan siswa dirumahkan selama pandemi daripada memaksa pembukaan sekolah tatap muka.

Ernest menilai sekolah tatap muka di tengah pandemi virus corona sangat berbahaya. Bahkan, hal itu berpotensi membahayakan keselamatan murid dan guru.

"Turut berdukacita, semoga pemerintah segera tersadarkan," cuit Ernest di akun Twitter miliknya seperti dikutip dari BeritaHits.Id.

"Siswa dan guru yang dirumahkan lebih baik daripada siswa dan guru yang dimakamkan. 3 Guru Wafat Positif Corona, SMAN 1 Gondang Sragen Lockdown," tutupnya.

Kritikan tajam Ernest itu langsung banjir komentar dari warganet. Sebagian warganet mendukung pernyataan Ernest agar sekolah tetap dilakukan secara online, sedangkan yang lainnya setuju jika sekolah dibuka kembali secara tatap muka.

"Kemarin ada polling dari IG nya direktorat SMA dan kebanyakan pada setuju kalau sekolah dibuka kembali. Apa mereka nggak mikir bahayanya kek gimana ya kalau dalam waktu dekat sekolah dibuka. Padahal kasus-kasus kaya di artikel ini tuh udah banyak," kata warganet.

"Pendapat aja ya, sekolah online tapi muridnya malah pada ke mall, main sana sini mbak, jadinya mereka itu menganggap sekolah online kek libur. Nah kalau offline kasus masih banyak, kalau online malah pada main ke mall mall. Semoga ada solusi terbaik," timpal yang lain.

"Setuju banget ka! Pagi ini nganter ibu ke sekolah buat ngajar tatap muka lagi setelah setahun. Guru-guru terutama ibu belum vaksin padahal guru-guru di sekolah lain udah dan rasanya campur aduk. Cuma bisa doain aja biar lancar," komen warganet.

"Semoga ada jalan terbaik di pendidikan saat ini, dan gak ada korban korban sedih sekali membaca berita yang seperti ini," ungkap warganet lainnya.

"Offline masih belum efektif, pembelajaran online juga tidak efektif. Risiko yang lebih kecil itu pembelajaran online, tapi buruknya siswa nggak bisa bersosialisasi secara fisik. Syukurnya perkembangan gawai udah pesat," tambah warganet.