Showing posts with label Digugu dan Ditiru. Show all posts
Showing posts with label Digugu dan Ditiru. Show all posts

Ada Nilai Spiritual Dalam Diri Guru Yang Digugu dan Ditiru, Bukan Sekedar Mengajar dan Mendidik

Ada Nilai Spiritual Dalam Diri Guru Yang Digugu dan Ditiru, Bukan Sekedar Mengajar dan Mendidik

Blogpendidikan.net
 - Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia memerlukan pendidikan, karena pada hakikatnya pendidikan memiliki tugas untuk mencerdaskan manusia. 

Bahkan, pendidikan juga memiliki nilai luhur untuk menyelamatkan manusia dari kegelapan yang membelenggu jiwanya untuk menuju kepada pencerahan jiwa. Sehingga melalui pendidikan, manusia diharapkan mengalami transformasi kehidupan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Sayangnya mendidik manusia bukanlah suatu usaha yang mudah. Mengingat bahwa setiap manusia memiliki tingkat kecerdasan, ketangkasan, dan kemampuan yang berbeda-beda. Maka, diperlukan kesiapan dan metode belajar yang tepat dari guru agar mampu mendidik manusia yang cerdas serta berbudaya. 

Salah satu bentuk utama dari kesiapan guru adalah spiritualitasnya. Seorang guru tidak cukup hanya bermodalkan kepintarannya saja, tidak juga hanya sibuk dalam aktivitas belajar-mengajar. Lebih dari itu, hal mendasar yang perlu dimiliki oleh guru adalah spiritualitasnya. 

Sebab spiritualitas merupakan napas, jiwa, roh, kesadaran diri yang memberikan suatu kehidupan dalam diri seseorang. Spiritualitas dalam hal ini menyentuh dan bekerja pada ranah kedalaman diri sang guru. 

Baca Juga Artikel Guru Lainnya:
5 Kelebihan Wanita Yang Berprofesi Guru, Maka Bersyukurlah Jika Istrimu Seorang Guru

Bagaimana Cara Mengajar Agar Anak Betah dan Perhatian

Beginilah Rasanya Jika Pasanganmu Seorang Guru, Maka Beruntunglah Anda

Inilah Keistimewaan Guru Honorer Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Meski Gaji Tak Seberapa

Memang, Guru Yang Pintar Itu Mahal, Tetapi Guru Yang Peduli Dan Iklas Itu Jauh Lebih Mahal
Singkatnya, ia bagaikan penggerak yang memberikan semangat kepada guru dalam menghayati panggilan hidupnya sebagai pendidik. Karena itu, seorang guru yang memiliki spiritualitas yang tinggi, ia akan memahami motivasi dirinya menjadi seorang pendidik. 

Sebaliknya, guru yang tidak memiliki spiritualitas yang tinggi tidak akan memahami motivasinya menjadi seorang guru. Sang guru akan memberikan dampak buruk tidak hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga kepada siswanya.

Ia akan mudah loyo, tidak bersemangat dalam mengajar, tidak kreatif, membosankan, bahkan tidak peduli terhadap perkembangan siswanya. Karena itu guru perlu menyelidiki dan merefleksikan kembali motivasinya menjadi seorang pendidik. Melalui refleksi tersebut diharapkan guru mengenali dan menghayati kembali motivasinya sebagai seorang pendidik.

Bagaimana cara mengenali guru yang memiliki spiritualitas yang tinggi? 
  1. Seorang guru akan memiliki kesadaran bahwa mendidik adalah panggilan hidupnya. 
  2. Mendidik merupakan panggilan dari Tuhan. 
  3. Guru memiliki kesadaran yang mendalam akan kebutuhan dan perkembangan bangsa dan negaranya. 
  4. Guru memiliki sentuhan yang mendalam kepada subjek didiknya. 
  5. Guru memiliki kepekaan dan terpukau pada situasi anak-anak yang terlantar. 
  6. Guru memiliki semangat melayani, membantu, dan berbagi.
Guru tersebut akan menyadari bahwa tugas mendidik adalah mendidik siswa, bukan terutama mengajarkan bahan pelajaran. Artinya, guru sejati adalah dia yang menyadari bahwa dirinya bukanlah guru mata pelajaran.

Lebih dari itu, ia adalah guru dari siswa-siswanya. Jadi, titik utamanya tidak lagi berpusat pada mengajarkan bahan pelajaran semata, sebab guru seperti itu hanya memikirkan dirinya sendiri. Ia hanya tahu mengajarkan sejumlah materi tanpa peduli dengan keadaan dan perkembangan siswanya.

Hal itu mengindikasikan bahwa pendidikan pada dasarnya bersifat menyeluruh dan tidak hanya berpusat pada satu titik kebutuhan semata. Sifat menyeluruh tersebut sudah sepatutnya terealisasikan dalam setiap proses pembelajaran yang hendak dijalankan oleh seorang guru.

Tepatlah kiranya perkataan Ki Hadjar Dewantara bahwa dalam mendidik manusia perlu menekankan proses “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani."

" Guru " Digugu dan Ditiru

" Guru : Digugu dan Ditiru "

BlogPendidikan.net
- Zaman terus berkembang begitu pesatnya seolah menggenggam dunia, bahkan bisa saja pekerjaan yang dilakukan manusia akan tergantikan dengan teknologi. Masih ingat dengan kalimat ini "Profesi guru akan tergantikan oleh teknologi" kalimat ini sempat mencuat dimasa pandemi ini, dan menjadi perbincangan dikalangan guru dan organisasi keguruan. Memang profesi guru tidak akan bisa tergantikan oleh teknologi dan tidak ada robot secangih apapun yang bisa mengajar layaknya guru.

Tentang Guru

Guru merupakan pekerjaan tertua. Lebih dulu dibandingkan arsitek yang baru ada setelah manusia tidak lagi tinggal di gua. Atau, lebih juga dari insiyur metalurgi yang baru muncul pada masa manusia mengenal logam dan pengolahannya. Pekerjaan guru ada sejak manusia mampu berpikir dan mengenal ilmu pengetahuan.

Sepanjang sejarah dalam kehidupan manusia, guru selalu ada di tengah masyarakat. Ia mengajarkan berbagai ilmu dan pengetahuan untuk mempermudah manusia menjalankan kehidupannya. Dalam lintasan sejarah Indonesia pekerjaan guru ternyata berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Mulai dari zaman kerajaan Hindu-Budha, kesultanan Islam hingga masa Reformasi.


Ada banyak indikator untuk menempatkan guru sebagai sosok yang layak digugu dan ditiru. Tergantung cara pandang kita tentang guru. Namun, setidaknya kita dapat melihat guru dari dua indikator, yaitu kompetensi dan sikap. Seharusnya, guru dapat digugu karena kompetensinya. Guru dapat ditiru karena sikapnya.

Pada kenyataan ini, siapapun yang menjalankan profesi sebagai guru harus memiliki kepekaan terhadap berbagai realitas dan dinamika kehidupan. Guru tidak hanya dituntut agar mampu melakukan transformasi ilmu dan pengetahuan kepada siswa semata. Tapi guru juga harus memiliki tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk membangun karakter dan kemampuan literasi siswa.

Guru semakin memiliki peran sentral karena dianggap sebagai ujung tombak pencapaian tujuan pendidikan Nasional. Tujuan ini menjadi isyarat bahwa guru merupakan garda terdepan yang menentukan kualitas pendidikan nasional, tentu dengan segala masalah dan realitas yang dihadapinya.

Guru Digugu dan Ditiru

Kompetensi Seorang Guru

Sala satu hal yang menjadikan guru itu digugu adalah kompetensi. Guru yang memiliki kompetensi dalam memahami problematika pembelajaran. Bahwa belajar bukanlah proses untuk menjadikan siswa sebagai “ahli atau ilmuan” pada disiplin ilmu tertentu. Belajar adalah proses agar siswa dapat menemukan potensi dan jati dirinya terhadap disiplin ilmu. Dengan belajar, siswa seharusnya mendapat ruang yang lebh besar untuk menambah “pengalaman”. Siswa lebih membutuhkan ‘pengalaman” dalam belajar, bukan “pengetahuan”.


Dalam konteks inilah, guru harus memiliki kompetensi yang cukup dalam proses pembelajaran. Dukungan kompetensi guru yang memadai pada akhirnya akan meniadakan problematika pembelajaran yang bertumpu pada kurikulum dan garis besar program pengajaran. Kompetensi guru adalah titik sentral proses pembelajaran saat ini. Kompotensi guru harus berpijak pada kemampuan guru dalam mengajarkan materi pelajaran secara menarik, inovatif, dan kreatif yang mampu membangkitkan kegairahansiswa dalam belajar. Maka dengan kompetensi yang dimiliki guru layak untuk digugu.

Sikap Seorang Guru

Point yang lebih penting menjadikan guru itu ditiru adah dari sikapnya. Sekalipun sibuk mengurus sertifikasi atau kesejahteraan, guru harus memiliki sikap bangga dan patriotrik terhadap prefesi yang dipilihnya. Sikap guru yang terlalu biasa, kurang positif terhadap mata pelajaran tidak pantas terlihat pada diri siswa. Bangga mengajar mata pelajaran yang menjadi spesialisasinya adalah sikap guru yang utama. Sikap bangga inilah yang akan menjadikan guru lebih bergairah dalam mengajar sehingga dapat memberi nilai tambah, di samping proses pembelajarn menjadi menarik. Ketahuilah, sikap guru adalah keteladanan siswa terhadap mata pelajaran yang diikutinya.

Upaya membenahi sikap guru dalam mengajar menjadi sangat penting. Sikap guru merupakan cerminan kualitas dan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. 


Ada beberapa hal yang sangat penting bagi guru untuk membenahi sikap dalam mengajar adalah:
 
1. memiliki orientasi pembelajaran yang bersifat praktis, bukan teoretik, 
2. kegiatan belajar yang harus bertumpu pada siswa dalam memperoleh pengalaman, 
3. berorientasi pada kompetensi siswa yang sesuai dengan kompetensi guru, 
4. kemampuan menyederhanakan materi pelajaran, 
5. melibatkan aspek kreativitas dalam kegiatan belajar, 
6. menerapkan sistem evaluasi belajar yang dapat diukur siswa, dan 
7. memiliki metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Jika demikian, guru pantas ‘ditiru” apabila memiliki sikap dalam pembelajaran yang dapat diteladani.

Dua point diatas adalah menjadi tolak ukur mengapa guru harus digugu dan ditiru. Ulasan atau penjelasan pada tulisan ini adalah hasil pemikiran dan realita yang terjadi selama ini. Diluar sana masih banyak tulisan dan penjelasan mengenai Guru digugu dan ditiru.

Rujukan :

Kompasian.com Tautan : https://www.kompasiana.com/syarif1970/58371177367b61b00b97c979/menjadikan-guru-lebih-digugu-dan-ditiru-selamat-hari-guru?page=all#sectionall