Showing posts with label Kesalahan Guru Saat Mengajar. Show all posts
Showing posts with label Kesalahan Guru Saat Mengajar. Show all posts

Hindari 7 Hal Ini Yang Menjadi Kesalahan Guru Saat Mengajar

Hindari 7 Hal Ini Yang Menjadi Kekeliruan Guru Dalam Mengajar

BlogPendidikan.net
- Hampir satu jam pelajaran seorang guru menghabiskan waktunya untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswanya. Tentu saja materi yang ia sampaikan adalah materi yang telah ia persiapkan pada malam harinya. 

Sebagian besar siswa sama sekali tidak merasa tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikannya. Karena mereka merasa bahwa apa yang disampaikan sang guru sama persis dengan apa yang ada didalam buku yang telah mereka pelajari dirumah.

Siswa merasa guru tidak mampu mengajar, karena ia hanya menyampaikan informasi yang sebetulnya sudah merasa mereka kuasai. Oleh sebab itu, ketika bel berbunyi tanda pelajaran berakhir, baik guru maupun siswa seakan-akan keluar dari mimpi buruk yang menegangkan. 
Siswapun bersorak kegirangan menyambut bunyi bel, sementara guru keluar dari kelas dengan langkah gotal karena kecapaian.

Maka Hindari 7 Hal Ini Yang Menjadi Kekeliruan Guru Dalam Mengajar:

1. Tidak Ada Persiapan Ketika Mengajar

Adakah diantara teman-teman pendidik yang merasa melatih dengan baik diruang belajar walaupun tanpa persiapan sama sekali? Tentu tidak. Seharusnya, teman-teman pendidik tidak jarang kali mempersiapkan segala urusan sebelum mengajar, mulai dari RPP (Rencana Persiapan Pengajaran),perlengkapan atau media pembelajaran., hingga bahan-bahan penilaian materi. Teman-teman pendidik mesti tidak jarang kali ingat bahwa melatih tampa persiapan adalah tindakan yang bisa merugikan pertumbuhan siswa.

Tentu solusinya ialah buatlah persiapan yang matang sebelum teman-teman pendidik melatih di kelas. Seorang guru dalam merancang pembelajaran pun harus semakin terampil dalam mengelola ruang belajar sesuai dengan ciri khas peserta didik untuk menjangkau akhir dari destinasi materi yang diajarkan. Ingatlah bahwa dalam proses pembelajaran, tidak terdapat pembelajaran yang sukses tanpa persiapan yang benar.

2. Guru tidak berusaha untuk mengetahui kemampuan awal siswa

Seorang yang profesional dalam bidangnya, sebelum ia melakukan tindakan akan didahului dengan langkah diagnosis, sehingga langkah ini merupakan bagian dari langkah profesionalnya. Kemudian bagaimana dengan guru seperti cerita di atas.
Tampaknya ia tidak melakukan langkah diagnosis  tentang keadaan siswa, sehingga tidak mengetahui apakah siswa sudah membaca buku yang ia baca.

Jangan-jangan siswa lebih paham dari gurunya tentang materi pelajaran yang akan diajarkan, karena selain siswa membaca buku yang menjadi rujukan guru, siswa pun membaca buku lain yang relevan.

3. Memaksa Peserta Didik Harus Bisa Memahami Materi yang Kita Ajarkan

Sejujurnya, pengarang pernah mengeluh laksana itu. Penulis pernah beranggapan egosentris terhadap peserta didik yang tidak paham pelajaran yang diajarkan. Dan ketika itu, rasanya jengkel sekali. Rasa kejengkelan tersebut dapat berimbas untuk peserta didik lainnya lho. Target pelajaran menjadi tidak tercapai sebab keegoisan guru untuk menciptakan satu atau dua peserta didik itu harus paham pelajaran yang diajarkan. Tentu ini kekeliruan paling fundamental tetapi tidak cukup disadari oleh kita. Adakah diantara teman-teman pendidik merasakan hal yang sama dengan penulis?

4. Guru tidak pernah mengajak siswa berpikir

Dalam pembelajaran, bukan hanya menyampaikan materi pelajaran akan tetapi melatih kemampuan siswa untuk berpikir, menggunakan struktur kognitifnya secara penuh dan terarah. Materi pelajaran mestinya digunakan sebagai alat untuk melatih kemampuan berpikir bukan tujuan. 

Mengajar yang hanya menyampaikan informasi akan membuat siswa kehilangan motivasi dan konsentrasinya. 
Mengajar adalah mengajak siswa berpikir, sehingga melalui kemampuan berpikir akan terbentuk siswa yang cerdas dan mampu memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya.

5. Guru tidak berusaha memperoleh umpan balik

Proses pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Oleh sebab itu, apa yang dilakukan oleh seorang guru seharusnya mengarah pada pencapaian tujuan. Apa bedanya seorang guru dengan seorang penjual obat?  

Ya, perbedaannya terletak pada tujuan yang ingin dicapai. Walau keduanya sama-sama bicara , tapi bicaranya penjual obat berbeda dengan bicaranya guru. 

Apa yang keluar dari mulut penjual obat, tidak lebih dari keinginannya untuk menarik perhatian orang, sedangkan apa yang keluar dari mulut seorang guru selalu diarahkan untuk mencapai tujuan belajar yakni perubahan tingkah laku..

6. Guru menganggap bahwa ia adalah orang yang paling mampu dan menguasai pelajaran

Dewasa ini berkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi setiap orang bisa memperoleh pengetahuan lewat berbagai media. Dengan demikian kalau sekarang ini ada guru yang menganggap dirinya paling pintar, paling menguasai sesuatu, itu sangat keliru.
Di era informasi seperti sekarang ini seharusnya telah terjadi perubahan peranan guru. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar, akan tetapi lebih berperan sebagai pengelola pembelajaran . dalam posisi semacam ini bisa terjadi guru dan siswa saling membelajarkan.

7. Tidak Peka dengan Perilaku Peserta Didik yang Membanggakan Ketika Sedang Belajar

Dalam pembelajaran di kelas, teman-teman pendidik berhadapan dengan sebanyak peserta didik yang semuanya hendak diperhatikan. Mereka senang andai mendapat pujian dari guru dan merasa kecewa andai kurang diperhatikan. Betul? Namun, sayangnya banyak sekali diantara anda sering melalaikan perkembangan jati diri peserta didik, serta lupa menyerahkan pujian untuk mereka yang melakukan baik dan tidak menciptakan masalah saat sedang belajar di kelas.

Biasanya guru lebih sering menyerahkan perhatian untuk peserta didik saat ribut, istirahat di kelas, ataupun tidak menyimak pelajaran. Kondisi tersebut tidak jarang kali menemukan tanggapan yang salah dari peserta didik. Mereka berpikir bahwa guna mendapatkan perhatian dari guru, maka peserta didik mesti melakukan salah, burbuat gaduh, menggangu atau mengerjakan tindakan tidak disiplin lainnya.

Kita butuh sekali belajar untuk menciduk perilaku positif yang ditunjukkan oleh semua peserta didik, kemudian segera memberi hadiah atas perilaku itu dengan pujian dan perhatian. Kedengarannya urusan ini sederhana. tetapi membutuhkan upaya betul-betul untuk tetap menggali dan memberi hadiah atas perilaku-perilaku positif peserta didik, baik secara kumpulan maupun individual.

Disisi lain, teman-teman pendidik pun harus menyimak perilaku-perilaku peserta didik yang negatif dan mengeliminasi perilaku-perilaku tersebut supaya tidak terulang kembali. Teman-teman pendidik dapat mencontohkan sekian banyak  perilaku peserta negatif, misalnya melewati ceritera dan ilustrasi, serta menyerahkan pujian untuk mereka sebab tidak mengerjakan perilaku negatif tersebut. Kita pun usahakan memutuskan rules yang jelas dalam proses pembelajaran. Agar suasana ruang belajar menjadi kondusif dan peserta didik ikut belajar guna disiplin, komitmen, dan bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran di kelas.

Demikian artikel ini tentang 7 hal yang harus dihindari, yang menjadi kekeliruan guru dalam mengajar, semoga bermanfaat.

Ikuti dan baca artikel lainnya BlogPendidikan.net di GOOGLE NEWS

8 Kesalahan Yang Dilakukan Guru Saat Mengajar Tanpa Disadari

8 Kesalahan Yang Dilakukan Guru Saat Mengajar Tanpa Disadari

BlogPendidikan.net
- Sejatinya, kegagalan teman-teman pendidik dalam melatih di kelas diakibatkan karena kekeliruan mendasar yang tidak disadari, bahkan masih tidak sedikit diantara anda yang memandang urusan yang telah dilaksanakan adalah sesuatu yang biasa. 

Padahal sekecil apapun kekeliruan yang dilaksanakan oleh teman-teman pendidik, terutama dalam pembelajaran, akan dominan  negatif terhadap pertumbuhan peserta didik. Setuju?

Teman-teman pendidik mesti dapat mengendalikan diri dan mengetahui kondisi supaya terhindar dari kesalahan-kesalahan saat mengajar di kelas. 

Kita hanyalah insan biasa, yang tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan ketika sedang di depan peserta didik. Namun, bukan berarti kekeliruan teman-teman pendidik mesti tidak dipedulikan dan tidak terdapat jalan keluarnya.


Setiap guru pasti mempunyai potensi untuk sukses menjalankan tugasnya sebagai agen pembelajaran yang handal. Keberhasilan guru ini secara nyata dapat disaksikan dari keberhasilan peserta didik saat mengikuti proses dan menjangkau tujuan pembelajaran.

Berikut, 8 kesalahan yang dilakukan guru saat mengajar tanpa disadari, yang menyebabkan kegagalan peserta didik menjangkau tujuan pembelajaran secara optimal:

1. Tidak Ada Persiapan Ketika Mengajar

Adakah diantara teman-teman pendidik yang merasa melatih dengan baik diruang belajar walaupun tanpa persiapan sama sekali? Tentu tidak. Seharusnya, teman-teman pendidik tidak jarang kali mempersiapkan segala urusan sebelum mengajar, mulai dari RPP (Rencana Persiapan Pengajaran), perlengkapan atau media pembelajaran., hingga bahan-bahan penilaian materi. Teman-teman pendidik mesti tidak jarang kali ingat bahwa melatih tanpa persiapan adalah tindakan yang bisa merugikan pertumbuhan siswa.

Tentu solusinya ialah buatlah persiapan yang matang sebelum teman-teman pendidik melatih di kelas. Seorang guru dalam merancang pembelajaran pun harus semakin terampil dalam mengelola ruang belajar sesuai dengan ciri khas peserta didik untuk menjangkau akhir dari destinasi materi yang diajarkan. Ingatlah bahwa dalam proses pembelajaran, tidak terdapat pembelajaran yang sukses tanpa persiapan yang benar.


Tipsnya, teman-teman pendidik bisa merancang pekerjaan pembelajaran borongan secara weekly saat teman-teman sedang tidak melatih (hari minggu). Semoga tidak merepotkan ya! Nah, caranya ialah membuat perancangan yang paling mudah, yaitu menciptakan RPP melulu satu halaman saja. RPP satu halaman saja semacam RPP guna diri anda sendiri yang terdiri dari destinasi pembelajaran, apersepsi, rancangan evaluasi, media yang digunakan, alur pembelajaran, dan ilham yang dibagikan. RPP satu halaman sangatlah simple dan semoga saja sangat menolong teman-teman pendidik mempersiapkan diri sebelum melatih di kelas.

Yuk, jadikan pekerjaan perancangan secara weekly sebagai sebuah sistem yang andai tidak digarap akan paling mengganggu komponen lainnya dari borongan sistem pembelajaran. Penulis telah mencobanya, dan perancangan pembelajaran secara weekly sangat menolong sekali lho. Semoga teman-teman pendidik tidak jarang kali istiqomah ya!

2. Mamaksa Peserta Didik Harus Bisa Memahami Materi yang Kita Ajarkan

Sejujurnya, pengarang pernah mengeluh laksana itu. Penulis pernah beranggapan egosentris terhadap peserta didik yang tidak paham pelajaran yang diajarkan. Dan ketika itu, rasanya jengkel sekali. Rasa kejengkelan tersebut dapat berimbas untuk peserta didik lainnya lho. Target pelajaran menjadi tidak tercapai sebab keegoisan guru untuk menciptakan satu atau dua peserta didik itu harus paham pelajaran yang diajarkan. Tentu ini kekeliruan paling fundamental tetapi tidak cukup disadari oleh kita. Adakah diantara teman-teman pendidik merasakan hal yang sama dengan penulis?


Diantara teman-teman pendidik barangkali pernah memaksa peserta didikguna benar-benar paham dengan pelajaran yang anda ajarkan, padahal kenangan peserta didik tidak terlampau besar guna menampung seluruh materi pelajaran. Dan sejujurnya, anda pun mempunyai keterbatasan dalam menguasai latihan yang anda ajarkan. Nah, bagaimana barangkali kita memaksa peserta didik guna menguasai masing-masing mata pelajaran? Perlu teman-teman pendidik ketahui, tentu masing-masing peserta didik mempunyai perbedaan ciri khas tentang gaya belajarnya. Nah, anda tidak dapat memaksa gaya melatih guru mesti acceptable untuk peserta didik.

Ingatlah bahwa masing-masing peserta didik memiliki kemahiran yang berbeda-beda dalam menguasai pelajaran. Bagi itu, teman-teman pendidik paling perlu menyerahkan motivasi dan ilham kepada semua peserta didik guna memperdalam latihan yang dikuasai dan disukai. Jika anda memaksa,bisa jadi besar keterampilan peserta didik melulu berada di tengah-tengah tanpa kemahiran pasti. Amanah anda sebagai pendidik ialah mendidik mereka guna menjadi seseorang yang berguna untuk bangsa dan negara.

3. Merasa Diri Paling Pandai Saat di Kelas

Kalau boleh jujur, adakah diantara teman-teman pendidik yang pernah merasa sangat pandai saat mengajar di kelas? Atau, adakah diantara teman-teman pendidik yang memandang peserta didik ialah sebuah “tong kosong” yang mesti dipenuhi dengan sesuatu yang paling penting?

Terutama peserta didik di kota-kota besar, pasti mereka dengan paling mudah merasakan internet dan berlangganan koran atau majalah. Tak bisa dipungkiri media pembelajaran ketika ini sangatlah luas dan up to date. Jika teman-teman pendidik tidak meng-upgrade diri terus menerus, bukan tidak mungkin andai peserta didik anda lebih pandai daripada gurunya. Dan bahkan kita dapat belajar dari peserta didik sekalipun, atau saling membelajarkan.

Namun apa yang terjadi andai peserta didik bertanya mengenai sesuatu urusan yang belum anda ketahui? Maka akui sajalah bahwa anda belum memahami jawaban yang ditanyakan. Tapi teman-teman pendidik mesti berjanji untuk menggali tahunya, dan menyatakan kembali di pertemuan selanjutnya. Kuncinya ialah seorang guru juga harus tidak jarang kali belajar sebab kita yang diamanahkan untuk menolong peserta didik membuka gerbang inspirasinya.


Nah, untuk menanggulangi hal ini, teman-teman pendidik mesti menjadi pembelajar yang terus menyesuaikan ilmu pengetahuan dipunyai dengan pertumbuhan yang terjadi di masyarakat. Dengan kata lain, bahwa guru mesti menjadi pembelajar sepanjang hayat. Tipsnya ialah kita dapat menyusun jadwal teratur berapa kitab yang mesti dibaca dalam satu hari atau satu minggu untuk meningkatkan wawasan kita. Di samping itu, kitapun harus sering mengerjakan penelitian atau mencatat sebuah artikel supaya kita dapat lebih tidak sedikit mengamati dan menganalisa kejadian-kejadian di sekitar, serta rajin menggali solusi dari setiap persoalan yang ada. Yuk, jadi pendidik hebat!

4. Tidak Peka dengan Perilaku Peserta Didik yang Membanggakan Ketika Sedang Belajar

Dalam pembelajaran di kelas, teman-teman pendidik berhadapan dengan sebanyak peserta didik yang semuanya hendak diperhatikan. Mereka senang andai mendapat pujian dari guru dan merasa kecewa andai kurang diperhatikan. Betul? Namun, sayangnya banyak sekali diantara anda sering melalaikan perkembangan jati diri peserta didik, serta lupa menyerahkan pujian untuk mereka yang melakukan baik dan tidak menciptakan masalah saat sedang belajar di kelas.

Biasanya guru lebih sering menyerahkan perhatian untuk peserta didik saat ribut, istirahat di kelas, ataupun tidak menyimak pelajaran. Kondisi tersebut tidak jarang kali menemukan tanggapan yang salah dari peserta didik. Mereka berpikir bahwa guna mendapatkan perhatian dari guru, maka peserta didik mesti melakukan salah, burbuat gaduh, menganggu atau mengerjakan tindakan tidak disiplin lainnya.

Kita butuh sekali belajar untuk menciduk perilaku positif yang ditunjukan oleh semua peserta didik, kemudian segera memberi hadiah atas perilaku itu dengan pujian dan perhatian. Kedengarannya urusan ini sederhana. tetapi membutuhkan upaya betul-betul untuk tetap menggali dan memberi hadiah atas perilaku-perilaku positif peserta didik, baik secara kumpulan maupun individual.

Disisi lain, teman-teman pendidik pun harus menyimak perilaku-perilaku peserta didik yang negatif dan mengeliminasi perilaku-perilaku tersebut supaya tidak terulang kembali. Teman-teman pendidik dapat mencontohkan sekian banyak  perilaku peserta negatif, misalnya melewati ceritera dan ilustrasi, serta menyerahkan pujian untuk mereka sebab tidak mengerjakan perilaku negatif tersebut. Kita pun usahakan memutuskan rules yang jelas dalam proses pembelajaran. Agar suasana ruang belajar menjadi kondusif dan peserta didik ikut belajar guna disiplin, komitmen, dan bertanggung jawab terhadap proses pembejaran di kelas.

5. Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik

Setiap peserta didik mempunyai perbedaan yang unik, mereka mempunyai kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan,menciptakan peserta didik bertolak belakang dalam aktifitas, kreatifitas, intlegensi, dan kompetensinya. Dalam urusan ini, teman-teman pendidik pun harus mengetahui ciri-ciri peserta didik yang mesti dikembangkan dan yang mesti ditunjukkan kembali.

Dalam proses pembelajaran, barangkali teman-teman pendidik pernah melalaikan perbedaan peserta didiknya di kelas. Hal ini bisa diterlihat dari pemakaian metode pembelajaran yang tidak cukup bervariasi. Anak didik yang anda hadapi, setiap mempunyai tingkat keterampilan dan kompetensi yang bertolak belakang dalam menyerap pelajaran. Oleh karena itu, pemakaian metode pembelajaran yang bervariasi sangatlah dianjurkan.

Aspek-aspek peserta didik yang peru dicerna teman-teman pendidik antara lain, kemampuan, potensi, minat, kebiasaan, hobi, sikap, kepribadian, hasil belajar, daftar kesehatan, latar belakang sekolah dan kegiatannya disekolah. Informasi itu dapat dieroleh dan dipelajari dari laporan atau daftar sekolah, informasi dari peserta didik beda (teman dekat), observasi langsung dalam kondisi kelas, dan dalam sekian banyak  kegiatan beda di luar kelas, serta informasi dari peserta didik tersebut sendiri melewati wawancara, percakapan, dan autobiografi.

Di samping itu, teman-teman pendidik dapat berangjangsana ke lokasi tinggal peserta didik yang sedang memerlukan perhatian terutama untuk peserta didik yang bermasalah di sekolah, mungkin perlu diterapkan sampai-sampai terjalin komunikasi terbuka, dan kita dapat memahami ciri khas peserta didik tersebut. Penulis pernah melakukan sejumlah kunjungan ke lokasi tinggal peserta didik, dan hasilnya ialah sangat mengolah persepsi yang sekitar ini belum terpecahkan, di samping itu ilham sangat tersingkap luas guna mengatasi sekian banyak  problem kependidikan di sekolah.

6. Memperlakukan Peserta Didik Secara Tidak Adil

Pembelajaran yang baik dan efektif ialah yang dapat memberi fasilitas belajar secara adil dan merata (tidak diskriminatif), sampai-sampai peserta didik bisa mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan keharusan guru dan hak peserta didik guna memperolehnya.

Dalam praktiknya, mungkin tidak sedikit diantara teman-teman pendidik yang tidak adil, sampai-sampai merugikan pertumbuhan peserta didik, dan ini merupakan kekeliruan yang tidak jarang kita lakukan, khususnya dalam evaluasi peserta didik sekitar proses pembelajaran. Oleh sebab itu, dalam menyerahkan penilaian mesti dilaksanakan secara adil, dan benar-benar adalah cermin dari perilaku peserta didik.

Ketidakadilan dalam proses pembelajaran akan menimbulkan persaingan yang tidak sehat pada peserta didik. Disisi lain, beberapa peserta didik mungkin energik dalam belajarnya, namun disisi beda pula terdapat peserta didik yang merasa tersisihkan. Perhatian meyeluruh dan sarat rasa cinta pada masing-masing peserta didik mesti tidak jarang kali ditumbuh kembangkan pada diri seorang guru untuk menanggulangi ketidakadilan tersebut.

7. Tidak Sadar Memberikan Contoh Tindakan Kurang Tepat Pada Peserta Didik

Teman-teman pendidik merupakan misal dan panutan untuk peserta didik. Tanpa disadari, perbuatan guru ialah doktrin yang melekat pada peserta didik. Perlu teman-teman pendidik ketahui, peserta didik ialah penyontoh sangat andal. Mereka dapat menyontoh gaya guru mengucapkan materi dan bagaimana alur pikir guru dalam mengetahui materi.

Untuk itu, tidak boleh pernah mengerjakan tindakan yang tidak cukup tepat pada peserta didik, seperti menerbitkan kata keras dan kotor, menghina peserta didik di depan kelas, memerintah pada sesuatu yang tidak dilaksanakan oleh anda sendiri, tidak jarang terlambat masuk ke kelas, merokok, dan lain-lainnya. Wibawa anda sebagai seorang guru bakal hilang dimata peserta didik. Dan urusan tersebut lumayan menyulitkan kita saat mengajar di dalam kelas.

“Yang sangat hebat untuk seorang guru ialah mendidik, dan rekreasi yang sangat indah ialah mengajar. Ketika menyaksikan murid-murid yang menjengkelkan dan melelahkan, terkadang hati teruji kesabarannya, tetapi hadirkanlah cerminan bahwa diantara satu dari mereka besok akan unik tangan kita mengarah ke surga”. –kh. Maimun zubair

Ingatlah bahwa anda sebagai guru bakal diminta pertanggungjawaban di akhirat. Di dunia gaji memang tidak seberapa, tidak boleh kotori deviden akhirat dengan menodai profesi mulia ini. Niatkan menjadi guru sebagai ibadah. Jadikan kegiatan guru sebagai ladang amal yang bakal dipanen hasilnya besok di akhirat. Selamat berusaha wahai semua pahlawan ilmu! Semoga dari tanganmu bakal lahir generasi tangguh, berilmu, dan berakhlak yang dapat memimpin bangsa dan negara ini.

8. Mengambil Jalan Pintas Dalam Pembelajaran

Tugas guru sangat utama ialah mengajar, dalam pengertian mengatur lingkungan supaya terjadi pekerjaan belajar pada peserta didik. Berbagaipermasalahan menunjukan bahwa diatara semua guru tidak sedikit yang merasa dirinya telah dapat melatih dengan baik, meskipun tidak bisa menunjukan dalil yang mendasari asumsi itu.

Asumsi keliru tersebut biasanya menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehinga tidak sedikit guru yang suka memungut jalan pintas dalam pembelajaran, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

Agar tidak tergiur untuk memungut jalan pintas dalam pembelajaran, guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai sebuah system, yang andai salah satu komponennya terganggu, maka bakal mengganggu semua system tersebut. Sebagai contoh, guru mesti selalu menciptakan dan menyaksikan persiapan masing-masing mau melakukan pekerjaan pembelajaran., serta merevisi cocok dengan keperluan peserta didik, dan pertumbuhan zamannya.

Harus selalu dikenang mengajar tampa persiapan adalah jalan pintas, dan perbuatan yang berbahaya, yang bisa merugikan pertumbuhan peserta didik, dan menakut-nakuti kenyamanan guru.

Ikuti dan baca artikel lainnya BlogPendidikan.net di GOOGLE NEWS