Showing posts with label Ki Hadjar Dewantara. Show all posts
Showing posts with label Ki Hadjar Dewantara. Show all posts

9 Tokoh-tokoh Pahlawan Pejuang Pendidikan Nasional

9 Tokoh-tokoh Pahlawan Pejuang Pendidikan Nasional

BlogPendidikan.net
- Ada 9 tokoh-tokoh pendidikan yang berperan pada zaman dulu, dan sampai saat ini jasa mereka memperjuangkan pendidikan di zaman dahulu masih terus dikenang. Mereka adalah pahlawan pendidikan Indonesia. Ada pula tokoh-tokoh pendidikan yang masih dikenal di saat sekarang ini.

Berikut 9 Tokoh Pahlawan Pejuang Pendidikan Nasional:

1. Ki Hadjar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soejaningrat atau yang dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara, lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889, wafat pada April 26, 1959 di Yogyakarta. Ia di kenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Ajarannya pun dipakai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai jargon, yaitu tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberi dorongan, di tengah menciptakan membangkitkan semangat, di depan memberi contoh).

Dia mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa (National Onderwijs Institur Taman Siswa) pada 3 Juli 1922. Pendidikan di Taman Siswa bertujuan menanamkan rasa kebangsaan mencintai tanah air untuk berjuang memperoleh kemerdekaan. Tokoh sederhana ini juga dianugerahi gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Gadjah Mada. Sepeninggal Ki Hajar Dewantara pada 26 April 1959, Ia diberikan gelar Pahlawan Nasional oleh Pemerintahan waktu itu.

2. Kartini

Raden Ajeng Kartini atau biasa disebut Raden Ayu (R.A.) lahir pada 21 April 1879 dan wafat pada 17 September 1904. Kartini adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia dan beliau juga dikenal sebagai Pelopor Kebangkitan Perempuan Pribumi. Surat-suratnya yang dibukukan dengan tajuk “Habis Gelap Terbitlah Terang” memuat cita-cita dan pemikiran-pemikirannya dalam memperjuangkan hak perempuan di Indonesia
Tepat pada tanggal 1 Februari 1912, terbentuklah Yayasan Kartini, yang akhirnya diresmikan pada 22 Februari di tahun yang sama. Deventer, yang adalah pembaca setia buku kumpulan surat-surat Kartini, terpilih menjadi ketua yayasan. Segera setelah diserahi posisi ketua Yayasan Kartini, Deventer mengajak istrinya kembali ke Hindia Belanda untuk mendirikan sekolah. Persinggahan kedua mereka kala itu berhasil mendirikan Sekolah Kartini di Semarang pada 1913.

3. KH. Ahmad Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Pada bidang pendidikan, Dahlan mengubah sistem pendidikan pesantren pada masa itu. Ia mendirikan sekolah-sekolah agama yang juga mengajarkan pelajaran umum dan juga bahasa belanda. Bahkan ada Sekolah Muhammadiyah seperti H.I.S met de Qur’an. Ia memasukan pelajaran agama di sekolah umum pula. Ahmad Dahlan terus mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Selain sekolah semasa hidupnya Ia juga mendirikan masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik, dan juga rumah yatim piatu.

4. Dewi Sartika

Dewi Sartika adalah pahlawan wanita asal Bumi Parahyangan. Beliau lahir pada 4 Desember 1884 di Cicalengka, Jawa Barat. Selain Kartini, Dewi Sartika adalah tokoh pahlawan wanita yang memperjuangkan hak wanita, khususnya di bidang pendidikan.

Komitmen Dewi Sartika dibuktikan dengan mendirikan Sekolah Istri pada 1904. Sekolah ini diperuntukkan bagi wanita-wanita yang ingin mengenyam pendidikan. Sekolah Istri mengajarkan para wanita berbagai hal, seperti menjahit, merenda, menyulam, memasak, mengasuh bayi, dan juga agama.

5. K. H. Hasyim Asy’ari

Satu lagi tokoh pahlawan muslim yang berjuang di jalur pendidikan. Hasyim Asy’ari adalah ulama dan pahlawan nasional yang lahir pada 14 Februari 1871. Hasyim Asy’ari pemrakarsa dari berdirinya salah satu organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama (NU).
Beliau cukup peduli dengan pendidikan, terutama pendidikan umat muslim. Sepulangnya menimba ilmu di Makkah pada 1899, Beliau pun mendirikan pesantren Tebu Ireng yang menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Pulau Jawa pada abad ke-20.

6. Mohammad Syafei 

Lahir tahun 1893 di Ketapang (Kalimantan Barat) dan diadopsi oleh Ibrahim Marah Sutan dan Andung Chalijah Syafei kemudian pindah dengan keluarga barunya ke Sumatera Barat dan menetap di Bukit Tinggi.  Pada waktu beiau menuntut ilmu di Negeri Belanda, dia bergabung dengan “Perhimpunan Indonesia” dengan jabatan sebagai ketua seksi pendidikan. 

Sekembalinya dari Belanda, ia mendirikan sekolah bernama Indonesische Nederlandsche School (INS) di Kayu Tanam pada 31 Oktober 1926. INS ini merupakan sekolah yang didasarkan atas  aktivitas dengan tujuan melahirkan  dan memupuk semangat bekerja dan percaya kepada diri sendiri. Untuk tujuan ini, ia mengusulkan konsep sekolah kerja atau sekolah masyarakat. 
Setelah Indonesia merdeka, ia diangkat sebagai ketua Badan Penyelidik Persiapan Kemerdekaan untuk Sumatera. Selanjutnya, pada masa Kabiner Syahril II , ia menjabat  Menteri Pengajaran (12 Maret 1946-2 Oktober 1946). Tahun 1968, atas jasa-jasanya di bidang pendidikan, IKIP Padang memberikan gelar Dr. HC.

7. Seto Mulyadi

Seto Mulyadi atau biasa dipanggil Kak Seto di lahir di Klaten, 28 Agustus 1951. Kak Seto pertama kali memulai karier sebagai guru sejak 4 April 1970. Kala itu, Kak Seto diangkat menjadi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan mendampingi Pak Kasur di PAUD Kebun Kanak-kanan Situ Lembang di Jakarta Pusat. Pada tahun 2007, Kak Seto mendirikan sekolah alternatif bernama Home schooling Kak Seto atau HSKS yang merupakan lembaga pendidikan alternatif sebagai salah satu solusi pendidikan bagi anak-anak Indonesia.

Selain itu kiprahnya di dunia pendidikan dan perlindungan hak anak membuat Kak Seto makin diakui di tingkat nasional dan internasional lewat berbagai penghargaan yang diterimanya, di antaranya dari Sekjen PBB Javier Perez berupa penghargaan “Peace Messenger Award”, New York, pada 1987, dan Orang Muda Berkarya tingkat Dunia, di Amsterdam pada 1987.

8. Saur Marlina Manurung

Saur Marlina Manurung, lahir di (lahir 21 Februari 1972), adalah seorang aktivis sosial dan antropolog Indonesia. Dia merupakan perintis dan pelaku pendidikan alternatif bagi masyarakat adat di Indonesia. Perempuan bernama lengkap Saur Marlina Manurung ini merintis pendidikan alternatif bagi komunitas adat, khususnya suku Anak Dalam atau Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD), Jambi.
Ia berupaya untuk memberdayakan dan mengajarkan anak di daerah terpencil. Seperti menulis, membaca hingga menghitung, agar mampu beradaptasi dengan kehidupan di masa mendatang.

9. Rohana Kudus

Rohana Kudus ditetapkan Presiden Joko Widodo sebagai pahlawan nasional pada 2019 silam. Wanita yang lahir pada 20 Desember 1884 di Agam, Sumatra Barat ini adalah seorang pers wanita yang peduli dengan dunia pendidikan bagi wanita.

Rohana Kudus menunjukkan kepeduliannya dengan mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang pada 1911. Sekolah keterampilan khusus ini diperuntukkan bagi perempuan. Mereka diajarkan baca-tulis, mengelola keuangan, pendidikan agama, budi pekerti, dan bahasa Belanda.

Itu dia 9 Tokoh Pahlawan pejuang Pendidikan di Indonesia, semoga bermanfaat dan memberikan referensi Anda tentang tokoh-tokoh pendidikan nasional.

Rujukan:
itjen.kemdikbud.go.id : 5 Tokoh Penting dalam Pendidikan Indonesia
ditsmp.kemdikbud.go.id : 5 Pahlawan Nasional Turut Memperjuangkan Pendidikan di Nusantara