Showing posts with label Model Pembelajaran Abad 21. Show all posts
Showing posts with label Model Pembelajaran Abad 21. Show all posts

68 Model Pembelajaran Kooperatif Beserta Kelebihan dan Kekurangannya

68 Model Pembelajaran Kooperatif Beserta Kelebihan dan Kekurangannya

BlogPendidikan.net
- Pembelajaran Kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang 
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. 

Model pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). 

Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal.

Keberhasilan proses model pembelajaran ditentukan banyak faktor diantaranya guru. Guru terkait erat dengan kemampuan dalam memilih model pembelajaran yang dapat memberi keefektivitasan kepada siswa. 

Siswa merupakan sasaran dari proses pembelajaran sehingga memiliki motivasi dalam belajar, berpikir kritis, serta hasil belajar yang lebih baik.

Berikut ini 68 Model Pembelajaran Kooperatif Beserta Kelebihan dan Kekurangannya antara lain:

1. Pembelajaran Langsung (Direct Learning)

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada keterampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi latihan mandiri, dan evaluasi.

2. Problem Solving

Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma).

3. Problem posing

Bentuk lain dari problem posing adalah memecahkan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami.

4. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif nyaman dan menyenangkan.

5. Realistic Mathematics Education (RME)

Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di belanda dengan pola guided reinvention dalam mengkontruksi konsep aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika).

6. Problem Terbuka (OE, Open Ended)

Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi.

7. Probing-Prompting

Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

8. Pembelajaran Bersiklus (Cycle Learning)

Bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif).

9. Certainly of Response Index (CRI)

CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilkinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya.

10. Double Loop Problem Solving (DLPS)

DLPS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah.

11. Diskursus Multy Reprecentacy (DMR)

DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, pengurangan, dan pemanfaatan berbagai presentasi dengan seting kelas dan kerja kelompok.

12. Cooperative, Integrated, Reading, and Composition (CIRC)

CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif kelompok.

13. Inside Outside Circle (IOC)

IOC adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

14. Tari Bambu

Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa utuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangannya yang berbeda secara teratur.

15. Artikulasi

Artikulasi adalah model pembelajaran dengan sintaks: penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan.

16. Debate

Debat adalah model pembelajaran dengan sintaks: siswa dibagi menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok.

17. Role Playing

Model pembelajaran ini adalah guru menyiapkan skenario pembelajaran, menunjuk berapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian kompetensi, menunjuk siswa untuk melakukan skenario yang telah dipelajarinya.

18. Talking Stick

Model pembelajaran ini merupakan sebuah model yang mana pengaplikasiannya menggunakan tongkat dalam kegiatannya, kemudian guru mangambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat menjawab pertanyaan dari guru. Demikian seterusnya sampai semua siswa mendapat giliran.

19. Reciprocal Learning

Weinstein dan Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri.

20. SAVI

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan  dari: Somatic bermakna gerakan tubuh (hand-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, berpresentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat , dan menanggapi.

21. Team Games Tournament (TGT)

Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama  dalam bentuk kerja individual dan diskusi.

22. Vasualization, Auditory, Kinestetic (VAK)

Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya.

23. Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)

Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.

24. Two Stay- Two Stray (TS-TS)

Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompokan untuk menerima dua orang dari kelompok lain.

25. Conneeting, Organizing, Reflecing, Extending (CORE)

Sintaknya adalah:
(C) Koneksi informasi lama-baru dan antar konsep.
(O) Organiasi ide untuk memahami materi.
(R) Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali.
(E) Mengembangkan, memperluas, menggunakan, dan menemukan.

26. Survey, Question, Read, Recite, Review (SQ3R)

Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama dan cermat.

27. Survey Question, Read, Reflect, Recitet, Review (SQ4R)

SQ4R adalah pengembangan dari SQ3R dengan menambahkan unsur reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan membayangkan context actual yang releven.

28. Meaningful Intrucational Design (MID)

Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektivitas dengan cara membuat kerangka kerja aktivitas secara konseptual kognitif konstruktivis.

29. KUASAI

Pembelajaran akan efektif dengan melibatkan enam tahap berikut ini.
1. Kerangka pikir untuk sukses.
2. Uraikan fakta sesuai dengan gaya belajar.
3. Ambil pemaknaan (mengetahui, memahami, menggunakan, memaknai).
4. Sertakan ingatan dan hafalkan kata kunci serta koneksinya.
5. Ajukan pengujian pemahaman dan
6. Introspeksi melalui refleksi diri tentang gaya belajar

30. Team Assisted Individualy (TAI)

Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah bantuan individual dalam kelompok (Bidak) dengan karakteristik bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru.

31. Student Team Achievementt Division (STAD)

STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks; pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar LKS modul secara kolaboratif, sajian presentasi kelompok sehingga terjadi  diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward/ penghargaan.

32. Number Head Together (NHT)

NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama).

33. Jigsaw

Model pembelajaran ini termaksud pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok.

34. Think Pair Share (TPS)

Model pembelajara ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks, guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.

35. Group Investigation (GI)

Model koperatif tipe GI dengan sintaks : pengarahan buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok menginvestigasi proyek tertentu.

36. Means-Ends Analysis (MEA)

Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadi koneksivitas, pilih strategi solusi.

37. Cretive Problem Solving (CPS)

Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

38. Think Talk Write (TTW)

Pembelajaran ini di mulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil  bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi.

39. Make A Match

Guru menyiapkan kartu yang berisi persoalan permasalahan dan kartu yang berisi jawabannya, setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya, setiap siswa mencari kartu jawaban yang cocok dengan persoalannya siswa yang benar mendapatkan nilai- reward, kartu dikumpul lagi dan dikocok, untuk babak berikutnya pembelajaran seperti babak pertama, penyimpulan evaluasi dan refleksi.

40. Scramble

Sintaknya adalah buatlah kartu soal sesuai materi bahan ajar, buat kartu jawaban dengan diacak nomornya, sajikan materi, membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban, siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.

41. Pair Checks

Siswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

42. Explicit Instruction

Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah demi langkah bertahap. Sintaknya adalah sajian informasi kompetensi, mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan prosedural, membimbing pelatihan penerapan, mengecek pemahaman dan balikan, penyimpulan evaluasi, dan refleksi.

43. Course Review Horayss

Langkah-langkahnya informasi kompetensi, sajian materi, tanya jawab untuk pemantapan, siswa atau kelompok menuliskan nomor sembarangan dan dimasukkan kedalam kotak, guru membacakan soal yang nomornya dipilih acak, siswa yang punya nomor sama dengan nomor soal yang dibacakan guru berhak menjawab jika jawaban benar diberi skor dan siswa menyambutnya dengan yel hore atau yang lainnya, pemberian reward, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

44. Demonstration

Pembelajaran ini khusus untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen. Langkahnya adalah informasi kompetensi, sajian gambaran umum materi bahan ajar, membagi tugas pembahasan materi untuk tiap kelompok, menunjuk siswa atau kelompok untuk mendemonstrasikan bagiannya, dikusi kelas, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

45. Snowball Throwing

Sintaknya adalah informasi materi secara umum membentuk kelompok, pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, bekerja kelompok, tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada kelompok lain, kelompok lain menjawab secara bergantian, penyimpulan, refleksi dan evaluasi.

46. Student Facilitator and Explaining

Langkah-langkahnya adalah informasi kompotensi, sajian materi, siswa mengembangkan lagi ke siswa lainnya, kesimpulan dan evaluasi, refleksi.

47. Quantum Teaching

Memandang pelaksanaan pembelajaran seperti permainan musik orkesta-simfoni. Guru harus menciptakan suasana kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif, dan saling menghargai. Prinsip quantum adalah semua berbicara bermakna, semua mempunyai tujuan, konsep harus dialami, tiap usaha siswa diberi reward. Strategi quantum adalah tumbuhan minat dengan AMBAK (Apa Manfaat Bagiku), alami dengan dunia realitas siswa, namai-buat generalisasi sampai konsep, demonstrasikan melalui presentasi komunikasi, ulangi dengan tanya jawab latihan rangkuman,  dan rayakan dengan reward dengan senyum tawa ramah sejuk nilai dan harapan.

48. Model Superitem

Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat bertahap dari simple ke kompleks, berupa pemecahan masalah. Sintaknya adalah ilustrasi konsep konkret dan gunakan analogi, berikan latihan soal bertingkat, berikan soal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi koneksi informasi, integrasi, dan hipotesis.

49. Model Hybrid

Model hybrid adalah gabungan dari beberapa metode yang berkenaan dengan cara siswa mengadopsi konsep. Sintaknya adalah pembelajaran ekspositori, koperatif inkuisi solusi workshop, virtual workshop menggunakan computer internet.

50. Treffinger

Pembelajaran kreatif dengan basis kematangan dan pengatahuan siap. Sintaknya keterbukaan urutan ide pengetahuan, penggunaan ide kreatif konflik internal skill, proses rasa pikir kreatif dalam pemecahan masalah secara mandiri melalui pemanasan minat kelompok kerjasama, kebebasan terbuka, dan reward.

51. Picture and Picture

Sajian informasi kompotensi, sajian materi, perlihatkan gambar kegiatan berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan gambar sehingga sistematis, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

52. Cooperative Script

Buat kelompok berpasangan sebangku, bagikan wacana materi bahan ajar, siswa mempelajari wacana dan membuat rangkuman, sajian hasil diskusi oleh salah seorang dan yang lain menanggapi, bertukar peran, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

53. Improve

Improve singkatan dari Introducing new concept, Metakognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulty, Obtaining mastery, Verivication, Endrichment. Sintaknya adalah sajian pertanyaan untuk mengantarkan konsep, siswa  latihan dan bertanya, balikan-perbaikan-pengayaan-interaksi.

54. Generatif

Basis generatif adalah konstruktivisme dengan sintaks orintasi motivasi, pengungkapan ide konsep awal, tantangan dan restrukturisasi sajian konsep, aplikasi, rangkuman, evaluasi dan refleksi.

55. Concept Sentence

Prosedurnya adalah penyampaian kompetensi, sajian materi, membentuk kelompok heterogen, guru menyiapkan kata kunci sesuai materi bahan ajar, tiap kelompok membuat kalimat berdasarkan kata kunci, presentasi.

56. Time Token

Model ini di gunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap siswa di beri kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara (pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah selesai kupon di kembalikan.

57. Take and Give

Model pembelajaran menerima dan memberi adalah dengan sintaks, siapkan kartu dengan yang berisi nama siswa-bahan belajar dan nama yang di beri, informasikan kompetensi, sajian materi, pada tahap pemantapan tiap siswa di suruh berdiri dan mencari teman dan saling informasi tentang materi atau pendalaman perluasannya kepada siswa lain kemudian mencatatnya pada kartu, dan seterusnya dengan siswa lain secara bergantian, evaluasi dan refleksi.

58. Model Pembelajaran Menyimak

Menyimak adalah proses mendengar dengan pemahaman dan perhatian terhadap makna dan pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses menyimak sudah termasuk mendengar, sebaliknya mendengar belum tentu menyimak. Di dalam bahasa Inggris terdapat istilah “listening comprehension” untuk menyimak dan “to hear” untuk mendengar.

59. Model pembelajaran keterampilan berbicara

Ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh pengajar sebelum mengajarkan bahasa kedua dengan model pembelajaran keterampilan berbicara

A. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resipokal;
B. Berbicara adalah proses komunikasi individu;
F. Ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya
G. Ketepatan sasaran pembicaraan

60. Model LAPS-Heuristik

Heuristik adalah rangkaian pertanyaan yang bersifat tuntunan dalam rangka solusi masalah. LAPS (Logan Avenue Problem Solving) dengan kata tanya apa masalahnya, adakah alternative, apakah bermanfaat, apakah solusinya, dan bagaimana sebaiknya mengerjakannya. Sintaks pemahaman masalah, rencana, solusi dan pengecekan.

61. Model Circuit Learning

Pembelajaran ini adalah dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengurang, sintaknya adalah kondisikan situasi belajar kondusif dan fokus, siswa membuat catatan kreatif sesuai dengan pola pikirnya peta konsep bahasa khusus, tanya jawab dan refleksi.

62. Model Complete Sentence

Pembelajaran dengan model melengkapi kalimat adalah dengan sintaks sisapkan blanko isian berupa paragraph yang kalimatnya belum lengkap, sampaikan kompetensi, siswa ditugaskan membaca wacana, guru membentuk kelompok, LKS dibagikan berupa paragraph yang kalimatnya belum  lengkap, siswa berkelompok melengkapi dan presentasi.

63. Mind Mapping

Pembelajaran ini sangat cocok untuk mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi  dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi.

64. Examples Non Examples

Persiapkan gambar, diagram, atau tabel sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajikan gambar ditempel atau pakai LCD, dengan petunjuk guru  siswa mencermati sajian, diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, valuasi dan refleksi. Examples Non Examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus / gambar yang relevan dengan KD. Langkah-langkah:

A. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
B. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD.
C. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk  memperhatikan/menganalisa gambar.
D. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.
E. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
F. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
G. Kesimpulan

65. Kepala Bernomor Struktur

Modifikasi dari Number Heads. Langkah-langkah:

A. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor,
B. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai.  Misalnya: siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.
C. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
D. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
E. Kesimpulan.

66. Problem Based Introduction (PBI)

Pembelajaran Berdasarkan Masalah.  Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi.  Kondisi  yang  tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.

Langkah-Langkah:

A. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
B. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
C. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
D. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka  berbagi tugas dengan temannya.
E. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

67. Bertukar Pasangan

Langkah-langkah:

A. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
B. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
C. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
D. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
E. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

68. Tebak Kata

Langkah-langkah :

A. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
B. Guru menyuruh peserta didik berdiri berpasangan di depan kelas
C. Seorang peserta didik diberi kartu yang berukuran 10 x 10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang peserta didik yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5 x 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian  ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga. Peserta didik yang membawa kartu 10 x 10 cm membacakan katakata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10 x 10 cm. Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan tsb.
D. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan, peserta didik boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
E. Dan seterusnya.

Selengkapnya 68 Model Pembelajaran Kooperatif Beserta Kelebihan dan Kekurangannya >>> UNDUH

Rujukan: Buku Model Pembelajaran Inovatif Abad 21, Samudra Biru.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

Mengenal 4 Pilar Pendidikan dalam Pembelajaran Abad 21

Mengenal 4 Pilar Pendidikan dalam Pembelajaran Abad 21

BlogPendidikan.net
- Berbagai organisasi mencoba merumuskan berbagai macam kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi abad ke-21. Namun, satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa mendidik generasi muda di abad ke-21 tidak bisa hanya dilakukan melalui satu pendekatan saja.

Pilar pendidikan adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang akan diberikan kepada anak didik yang bertujuan pada pendewasaan anak dalam rangka pelaksanaan pendidikan untuk masa sekarang dan masa depan yang didasarkan pada pengalaman belajar anak. 
Yang berarti keberhasilan pendidikan diukur dari hasil empat pilar pengalaman belajar anak dan direkomendasikan oleh UNESCO agar tercipta pembelajaran yang berkualitas yang bermuara pada penciptaan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 

Keempat pilar tersebut mensyaratkan bahwa pembelajaran merupakan bagian dari konsep membangun ilmu pengetahuan, meningkatkan keterampilan melakukan kegiatan meningkatkan kecerdasan sosial yang mendukung konsep bahwa belajar itu merupakan proses interaksi sosial dan pembelajaran adalah upaya untuk menjadikan siswa sebagai dirinya sendiri, menjadi manusia yang berilmu dan bermartabat.
Berikut ini akan dipaparkan bagaimana mengenal dan menerapkan 4 pilar pendidikan dalam proses pembelajaran abad 21:

1. Learning to Know

Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan
memanfaatkan materi pengetahuan. Penguasaan materi merupakan salah satu hal penting bagi siswa di abad ke-21. Siswa juga harus memiliki kemauan untuk belajar sepanjang hayat. 

Hal ini berarti siswa harus secara berkesinambungan menilai kemampuan diri tentang apa yang telah diketahui dan terus merasa perlu memperkuat pemahaman untuk kesuksesan kehidupannya kelak. Siswa harus siap untuk selalu belajar ketika menghadapi situasi baru yang memerlukan keterampilan baru.
Pembelajaran di abad ke-21 hendaknya lebih menekankan pada tema pembelajaran interdisipliner. Empat tema khusus yang relevan dengan kehidupan modern adalah: 1) kesadaran global; 2) literasi finansial, ekonomi, bisnis, dan kewirausahaan; 3) literasi kewarganegaraan; dan 4) literasi kesehatan.
Tema-tema ini perlu dibelajarkan di sekolah untuk mempersiapkan siswa menghadapi kehidupan dan dunia kerja di masa mendatang dengan lebih baik.

2. Learning to Do

Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya. Siswa maupun orang dewasa sama-sama memerlukan pengetahuan akademik dan terapan, dapat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan, kreatif dan adaptif, serta mampu mentrasformasikan semua aspek tersebut ke dalam keterampilan yang
berharga. 

Keterampilan dan kompetensi Learning to Do yang harus dimiliki antara lain:
  1. Keterampilan berpikir kritis
  2. Kemampuan menyelesaikan masalah
  3. Komunikasi dan kolaborasi
  4. Kreativitas dan inovasi
  5. Literasi informasi, media, dan teknologi
  6. Literasi informasi, komunikasi, dan teknologi (ICT)
3. Learning to Be

Keterampilan akademik dan kognitif memang keterampilan yang penting bagi seorang siswa, namun bukan merupakan satu-satunya keterampilan yang diperlukan siswa untuk menjadi sukses. 

Siswa yang memiliki kompetensi kognitif yang fundamental merupakan pribadi yang berkualitas dan beridentitas. Siswa seperti ini mampu menanggapi kegagalan serta konflik dan krisis, serta siap menghadapi dan mengatasi masalah sulit di abad ke-21. 
Secara khusus, generasi muda harus mampu bekerja dan belajar bersama dengan beragam kelompok dalam berbagai jenis pekerjaan dan lingkungan sosial, dan mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.

Keterampilan dan Kompetensi Learning to Be yang harus dimiliki antara lain:
  1. Keterampilan sosial dan lintas budaya
  2. Tanggung jawab pribadi, pengaturan diri, dan inisiatif
  3. Keterampilan berpikir logis
  4. Keterampilan metakognitif
  5. Kemampuan berpikir berwirausaha
  6. Belajar untuk belajar dan kebiasaan belajar sepanjang hayat
4. Learning to Live Together

Berbagai bukti menunjukkan bahwa siswa yang bekerja secara kooperatif dapat mencapai level kemampuan yang lebih tinggi jika ditinjau dari hasil pemikiran dan kemampuan untuk menyimpan informasi dalam jangka waktu yang panjang dari pada siswa yang bekerja secara individu. 

Belajar bersama akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, senantiasa memantau strategi dan pencapaian belajar mereka dan menjadi pemikir kritis.

Keterampilan dan Kompetensi Learning to Live Together yang harus dimiliki antara lain:
  1. Menghargai keanekaragaman
  2. Teamwork dan interconnectedness
  3. Civic dan digital citizenship
  4. Kompetensi global
  5. Kompetensi antar budaya

10 Model Pembelajaran Abad 21 Yang Cocok Digunakan di Kelas

10 Model Pembelajaran Abad 21 Yang Cocok Digunakan di Kelas

BlogPendidikan.net
- Pada abad 21 terjadi perubahan strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru dari cara yang tradisional kini mengarah pada pendekatan digital yang dirasa lebih relevan dalam memenuhi kebutuhan siswa. 

Akan tetapi proses transisi dari lingkungan kelas yang menerapkan cara tradisional ke cara digital sangat bervariasi tergantung pada cara guru dan sekolah yang bersangkutan dalam merespon dan menyikapinya.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran di abad 21 semua tergantung dari cara guru dan model pembelajaran apa yang akan ia gunakan pada pembelajarannya nanti. Model pembelajaran abad 21 tentunya lebih mengutamakan kepada teknologi informasi, maka itu guru harus dituntut untuk bisa menguasai perkembangan teknologi khususnya di bidang pendidikan.

Berikut ini ada 10 Model Pembelajaran Abad 21 Yang Cocok Digunakan di Kelas:

1. Presentation (Presentasi)

Pada kegiatan presentasi, guru atau siswa menyebarkan informasi yang diperoleh melalui sumber informasi berupa guru, siswa, buku teks, internet, audio, video, dan lain sebagainya. Presentasi interaktif melibatkan pertanyaan dan komentar diantara guru dan siswa sebagai anggota keseluruhan kelas atau dalam kelompok kecil. 

Bentuk integrasi metode presentasi dapat dilihat melalui sejumlah sumber daya teknologi yang digunakan dapat meningkatkan kualitas penyajian informasi. Sebagai contoh siswa dapat menggunakan aplikasi microsoft power point untuk menampilakn hasil rangkuman hasil tulisan taks dan menyajikan video maupun gambar sekaligus dalam satu tampilan presentasi.

2. Demontrastion (Demonstrasi)

Pada metode demonstrasi, siswa mempelajari pandangan dari suatu keterampilan atau prosedur yang harus dipelajari. Demonstrasi dapat diterapkan pada seluruh anggota kelas, kelompok kecil, atau individu yang membutuhkan sedikit penjelasan tambahan tentang bagaimana melakukan suatu tugas. 

Tujuan demonstrasi bagi siswa adalah untuk meniru kinerja fisik, seperti menggunakan alat ukur angin digital, atau untuk mengadopsi sikap yang dicontohkan guru sebagai bentuk keteladanan. 

Demonstrasi mengijinkan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan selama pembelajaran aktif berlangsung. Bentuk integrasi metode demonstrasi dapat ditingkatkan melalui penggunaan peralatan teknologi seperti kamera digital. Kamera video digital dapat digunakan untuk merekam demonstrasi selama atau sebelum kelas berlangsung.

3. Drill and Practice (Latihan terus menerus dan Praktik)

Peserta didik menyelesaikan latihan latihan untuk menyegarkan atau meningkatkan kapasitas isi pengetahuan dan keterampilan. Strategi penggunaan drill and practice ini mengasumsikan bahwa siswa telah menerima beberapa instruksi tentang konsep, prinsip, atau prosedur tertentu dari guru sebelumnya.  

Agar efektif latihan terus menerus dan praktik harus diikuti umpan balik untuk menguatkan jawaban benar dan memperbaiki jawaban salah yang mungkin dilakukan siswa. Bentuk integrasi dari metode ini dengan penggunaan teknologi adalah banyak aplikasi komputer yang ditawarkan kepada siswa memberikan kesempatan untuk mengingat kembali dan melakukan praktik atas pengetahuan maupun keterampilannya.

4. Tutorial

Tutorial merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa bekerjasama dengan orang lain yang lebih ahli, atau perangkat lunak komputer tercetak khusus yang menyajikan konten/isi, mengajukan pertanyaan atau masalah, meminta tanggapan peserta, menganalisis tanggapan, memberikan umpan balik yang sesuai, dan memberikan latihan sampai pelajar menunjukkan tingkat kemandirian yang telah ditentukan. 

Siswa belajar melalui latihan dengan pemberian umpan balik setelah setiap bagian kecil selesai dilakukan. Integrasi dari bentuk metode ini dengan teknologi adalah pengaturan tutorial termasuk instruktur untuk pelajar, pelajar untuk pelajar, komputer untuk pelajar, cetak untuk pelajar.

5. Discussion (Diskusi)

Sebagai sebuah strategi pembelajaran, tutorial melibatkan pertukaran ide dan pendapat di antara siswa atau di antara siswa dan guru. Diskusi akan efektif bila dilakukan degan cara mengenalkan topik pembicaraan yang baru atau lebih mendalam sampai konsep dasar. Integrasi antara metode diskusi degan teknologi adalah teknologi mendukung diskusi menjadi metode yang dikenal di kelas seperti saat ini seperti metode yang memperluas percakapan di luar kelas.

6. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

Merupakan sebuah strategi kelompok dimana siswa bekerjasama untuk saling membantu dalam belajar. Integrasi dari metode ini adalah siswa dapat belajar tidak hanya berdiskusi maslah materi task dan menonton media, tapi juga  menghasilkan media. Sebagai contoh siswa dapat mendesain dan menghasilkan sebuah podcast, video, atau powerpoint atau prezi presentasi.

7. Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Melalui penggunaan pembelajaran berbasis masalah, siswa secara aktif akan mencari solusi untuk masalah-masalah terstruktur atau tidak terstruktur yang terletak di dunia nyata. 

Masalah terstruktur memberikan siswa pemahaman yang jelas tentang apa yang mungkin menjadi jawaban atas permasalahan yang ada. Integrasi dari metode ini dengan teknologi adalah banyaknya aplikasi komputer yang menyediakan dan mendukung pembelajaran berbasis masalah. Sebagai contoh aplikasi microsoft access dan excel yang mengijinkan siswa untuk mengembangkan dan menjelajahi data sets untuk menemukan jawaban menggunakan rumus fungsi.

8. Games (Permainan)

Permainan pendidikan menyediakan sebuah lingkungan yang kompetitif dimana siswa mengikuti aturan yang ditentukan saat mereka berusaha untuk mencapai tujuan yang menantang dan menghadirkan siswa dengan pemahaman yang jelas tentang apa yang mungkin merupakan jawaban yang tepat. Permainan seri meminta siswa untuk menggunakan ketrampilan memecahkan masalah dalam mencari solusi atau untuk mendemonstrasikan penguasaan konten spesifik yang menuntut tingkat akurasi dan efisiensi yang tinggi. Integrasi dari metode ini dengan teknologi adalah beberapa permainan menggunakan tujuan pendidikan, seperti permainan puzzle dan sudoku.

9. Simulations (Simulasi)

Metode simulasi mengijinkan siswa untuk berada pada situasi nyata. Integrasi dari metode simulasi dengan teknologi adalah kemampuan interpersonal dan percobaan laboratorium pada fisika ilmu pengetahuan alam merupakan contoh subjek simulasi.

10. Discovery (Penemuan)

Strategi penemuan diguanakan sebuah induktif, atau penemuan mandiri. Integrasi dari metode discovery dengan teknologi adalah ada beberapa variasi cara  bahwa teknologi instruktusional dan media dapat membantu mengenalkan discovery maupun inkuiri.