Showing posts with label PBL. Show all posts
Showing posts with label PBL. Show all posts

Inilah Langkah-langkah Yang Tepat Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL) Guru dan Siswa

Inilah Langkah-langkah Yang Tepat Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PBL) Guru dan Siswa

BlogPendidikan.net
- Model pembelajaran Project-Based Learning (PBL) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pengerjaan proyek nyata atau tugas kompleks yang memerlukan pemecahan masalah, kerjasama antar siswa, dan penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam konteks nyata. 

Dalam model ini, siswa belajar melalui pengalaman langsung dalam menjalankan proyek-proyek yang relevan dengan materi pelajaran yang dipelajari.

PBL mengharuskan siswa untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan melaksanakan proyek atau tugas yang berbasis pada pertanyaan atau masalah yang dihadapi. 

Mereka harus mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat presentasi atau produk akhir yang menunjukkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. 
Selama proses ini, guru berperan sebagai fasilitator atau mentor yang membantu siswa dalam merumuskan pertanyaan, mengembangkan keterampilan, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.

Berikut ini adalah langkah-langkah penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PBL) bagi guru dan siswa:

1. Pilihlah topik atau proyek yang relevan

Guru dan siswa dapat bersama-sama memilih topik atau proyek yang relevan dengan materi pelajaran atau minat siswa. Proyek tersebut haruslah memiliki keterkaitan yang kuat dengan dunia nyata agar siswa dapat melihat kaitan antara pembelajaran di kelas dengan kehidupan sehari-hari.

2. Bentuklah tim proyek

Siswa dapat dibagi ke dalam tim-tim kecil yang terdiri dari beberapa anggota. Setiap tim akan bertanggung jawab untuk menyelesaikan proyek yang telah ditetapkan. Pastikan setiap anggota tim memiliki peran dan tanggung jawab yang jelas agar kerjasama dalam tim dapat terjaga.

3. Identifikasi tujuan pembelajaran

Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui proyek tersebut. Tujuan ini harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan dapat waktu (SMART). Misalnya, meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep matematika melalui penerapan dalam proyek desain bangunan.
4. Rencanakan langkah-langkah proyek

Bersama dengan siswa, buatlah rencana yang jelas mengenai langkah-langkah yang harus diambil dalam proyek tersebut. Langkah-langkah ini bisa mencakup riset, pengumpulan data, eksperimen, desain, dan pelaksanaan proyek. Pastikan rencana tersebut mengikuti alur logis dan mempertimbangkan waktu yang tersedia.

5. Dorong siswa untuk melakukan riset dan eksplorasi

Berikan siswa akses ke sumber daya yang relevan, seperti buku, jurnal, internet, dan ahli di bidang terkait. Dorong mereka untuk melakukan riset dan eksplorasi secara mandiri untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang topik atau proyek yang mereka kerjakan.

6. Bimbing siswa dalam proses pembelajaran

Guru memiliki peran penting dalam membimbing siswa selama proses pembelajaran. Berikan bimbingan, dorongan, dan dukungan kepada siswa saat mereka menghadapi kendala atau kesulitan dalam proyek mereka. Selain itu, berikan umpan balik yang konstruktif untuk membantu mereka meningkatkan kualitas proyeknya.

7. Implementasikan proyek

Biarkan siswa mengerjakan proyek mereka sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Guru dapat memberikan arahan tambahan atau bantuan teknis jika diperlukan. Pastikan siswa terlibat aktif dalam pelaksanaan proyek dan melibatkan semua anggota tim.

8. Evaluasi dan refleksi

Setelah proyek selesai, lakukan evaluasi terhadap hasil yang dicapai oleh siswa. Evaluasi dapat dilakukan melalui presentasi, laporan tertulis, diskusi, atau bentuk penilaian lainnya. Selain itu, dorong siswa untuk merefleksikan proses pembelajaran yang mereka alami, mengidentifikasi apa yang telah dipelajari, dan mengenali kemungkinan perbaikan di masa depan.
9. Presentasikan proyek

Berikan kesempatan kepada setiap tim untuk mempresentasikan hasil proyek mereka kepada kelas atau audiens lainnya. Proses ini membantu siswa memperoleh pengalaman berbicara di depan umum dan berbagi pengetahuan yang telah mereka peroleh selama proses pembelajaran.

10. Lanjutkan pembelajaran

Setelah proyek selesai, jangan biarkan pembelajaran berakhir di situ. Gunakan proyek tersebut sebagai dasar untuk melanjutkan pembelajaran lebih lanjut. Buatlah kaitan dengan materi pelajaran lainnya dan dorong siswa untuk menghubungkan pengalaman proyek dengan kehidupan nyata.

Model PBL bertujuan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam, keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, kreativitas, dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Dengan terlibat dalam proyek yang relevan dan bermakna, siswa dapat mengalami pembelajaran yang lebih autentik dan terkait langsung dengan dunia nyata.

Ikuti dan baca artikel lainnya BlogPendidikan.net di GOOGLE NEWS

Mengenal Model Pembelajaran HOTS Beserta Kelebihan dan Kekurangannya

Mengenal Model Pembelajaran HOTS Beserta Kelebihan dan Kekurangannya

BlogPendidikan.net
- Model Pembelajaran Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah keterampilan berfikir tingkat tinggi yang menuntut pemikiran secara kritis, kreatif, analitis, terhadap informasi dan data dalam memecahkan permasalahan. 

Berfikir tingkat tinggi merupakan jenis pemikiran yang mencoba mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan yang ada terkait isu-isu yang tidak didefinisikan dengan jelas dan tidak memiliki jawaban yang pasti.

Strategi pembelajaran yang efektif akan membantu siswa menuju keterampilan berfikir tingkat tinggi. Langkah-langkah pembelajaran yang bisa memicu siswa berfikir tingkat tinggi diantaranya: 1) menuliskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai hari ini (Pembelajaran Emosional), 2) melakukan Brain Gym disela pembelajaran (Pembelajaran Fisik), 3) mengarahkan kegunaaan konsep dalam kehidupan sehari-hari (Pembelajaran Emosional), 4) mendiskusikan permasalahn dalam LKS (Pembelajaran Kognitif, Pembelajaran Sosial, pembelajaran Fisik), dan 5) introspeksi pembelajaran (Pembelajaran Reflektif ).

Berikut Model Pembelajaran HOTS, Langkah-langkah Beserta Kelebihan dan Kekurangannya.

1. Model Pembelajaran Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning)

Model pembelajaran discovery/inquiry learning meru-pakan salah satu model yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran discovery/inquiry learning adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Langkah-langkah model pembelajaran discovery/inquiry learning
  • Membina suasana yang responsif diantara siswa.
  • Mengemukakan permasalahan untuk diinkuiri (ditemukan) melalui cerita, film, gambar dan sebagainya. Kemudian mengajukan pertanyaan kearah mencari, merumuskan, dan memperjelas permasalahan dari cerita dan gambar.
  • Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah tersebut.
  • Merumuskan hipotesis/perkiraan yang merupakan jawaban dari pernyataan tersebut. Perkiraan jawaban ini akan terlihat setidaknya setelah pengumpulan data dan pembuktian atas data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. Guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.
  • Menguji hipotesis, guru mengajukan pertanyaan yang bersifat meminta data untuk pembuktian hipotesis.
  • Pengambilan kesimpulan dilakukan guru dan siswa
Kelebihan model pembelajaran discovery/inquiry learning
  1. Merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dengan strategi ini dianggap lebih bermakna.
  2. Dapar memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
  3. Merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
  4. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
Kekurangan model pembelajaran discovery/inquiry learning
  1. Pembelajaran dengan discovery/inquiry learning memerlukan kecerdasan siswa yang tinggi. Bila siswa kurang cerdas hasil pembelajarannya kurang efektif.
  2. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya.
  3. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator dan pembimbing siswa dalam belajar.
  4. Karena dilakukan secara kelompok, kemungkinan ada anggota yang kurang aktif.
  5. Pembelajaran inkuiri kurang cocok pada anak yang usianya terlalu muda misalkan SD.
  6. Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik.
  7. Untuk kelas dengan jumlah siswa yang banyak akan sangat merepotkan guru.
  8. Membutuhkan waktu yang lama dan hasilnya kurang efektif jika pembelajaran ini diterapakan pada situasi kelas yang kurang mendukung.
  9. Pembelajaran akan kurang efektif jika guru tidak menguasai kelas.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning/PBL)

Kehidupan identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi dan demokratis.

Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning
  • Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
  • Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll).
  • Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.
  • Guru membantu siswa dalam merencanakan serta  menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya.
  • Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan model pembelajaran Problem Based Learning
  1. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.
  2. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.
  3. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.
  4. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
  5. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari perpustakaan, internet, wawancara dan observasi.
  6. Siswa memiliki kemampuan menilai kemampuan belajarnya sendiri.
  7. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dan kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
  8. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.
Kekurangan model pembelajaran Problem Based Learning
  1. PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi.  PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.
  2. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
3. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning/ PJBL)

Project Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

Project Based Learning merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisis situasi dan mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PJBL)
  • Masalah sudah ada dan materi diberikan.
  • Siswa diberi masalah sebagai pemecahan/diskusi, kerja kelompok.
  • Masalah tidak dicari (sebagaimana pada Problem Based Learning dari kehidupan mereka sehari-hari)
  • Siswa ditugaskan mengevaluasi (evaluating) dan bukan grapping seperti pada problem based learning
  • Siswa memberikan kesimpulan dari jawaban yang diberikan sebagai hasil akhir.
  • Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sebagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai kepada kesimpulan.
Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PJBL)
  1. Dapat membuat peserta didik lebih menghayati kehidupan sehari-hari.
  2. Dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
  3. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kretaif.
  4. Peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
  5. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
  6. Berpikir dan bertindak kreatif.
  7. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
  8. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
  9. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
  10. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah ysng dihadapi dengan tepat.
  11. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khusunya dunia kerja.
Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning/PJBL)
  1. Memerlukan cukup banyak waktu.
  2. Melibatkan lebih banyak orang.
  3. Dapat mengubah kebiasaan siswa belajar dengan  mendengarkan dan menerima informasi dari guru.
  4. Dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah.
  5. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
  6. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajarn yang lain.
  7. Kesulitan yang mungkin dihadapi.
Rujukan: Buku Model Pembelajaran Inovatif Abad 21, Samudra Biru.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

5 Langkah Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

5 Langkah Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

BlogPendidikan.net
- Model pembelajaran berbasis masalah Problem Based Learning (PBL) merupakan kerangka konseptual tentang proses pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah riil dalam kehidupan nyata (otentik), bersifat tidak tentu, terbuka dan mendua untuk merangsang dan menantang siswa berpikir kritis untuk memecahkannya

Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) menurut (Arends) dalam bukunya yang berjudul Learning to Teach, sering disebut sebagai model Anchored Instruction dan Authentic Learning.  

Arends selanjutnya memaparkan bahwa model PBL merupakan model pembelajaran yang memberikan berbagai situasi permasalahan kepada siswa dan dapat berfungsi sebagai batu loncatan dalam penyelidikan.

Model pembelajaran ini dilandasi oleh teori konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Pada model ini dalam pemerolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, dan bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.

Dalam pemecahan masalah, sebagaimana dikemukakan oleh (Tan), siswa menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. 

Suatu pembelajaran dikatakan menerapkan model PBL jika pembelajaran tersebut memiliki ciri-ciri sebagaimana dikemukakan oleh (Putu Arnyana) sebagai berikut :
  1. Terdapat kegiatan mengajukan pertanyaan atau masalah
  2. Pembelajaran terfokus pada keterkaitan antar disiplin
  3. Penyelidikan autentik
  4. Siswa menghasilkan produk berupa karya nyata seperti laporan
  5. Kerjasama, siswa bekerjasama kelompok. 
(Arends) mengemukakan ada 5 fase (langkah) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL. 

Berikut 5 langkah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) :

1. Orientasikan siswa pada masalah aktual dan otentik

Kegiatan Guru : Menyampaikan tujuan pembelajaran, menyiapkan dan memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah, Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/hasil karya siswa.

Kegiatan Siswa : Memperhatikan tujuan yang harus dikuasai, menerima dan
memahami masalah yang dipresentasikan guru, siswa berada dalam kelompoknya
sampai semua jelas terhadap penyelesaiannya.

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Kegiatan Guru : Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Kegiatan Siswa : Membatasi permasalahan yang akan dikaji.

3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Kegiatan Guru : Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Kegiatan Siswa : Melakukan inkuiri, investigasi, dan bertanya untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang dihadapi.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Kegiatan Guru : Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

Kegiatan Siswa : Menyusun laporan dalam kelompok dan menyajikannya dalam diskusi kelas

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Kegiatan Guru : Guru membantu siswa untuk melakukan efleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Kegiatan Siswa : Mengikuti tes dan menyerahkan tugas-tugas sebagai bahan evaluasi proses belajar.

Demikian artikel ini tentang 5 Langkah Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), semoga bermanfaat dan terima kasih.

Rujukan :
Modul PPG Daring : Model-model Pembelajaran Tahun 2019