Showing posts with label Pembelajaran Jarak Jauh. Show all posts
Showing posts with label Pembelajaran Jarak Jauh. Show all posts

Cara Menggunakan Google Classroom Dengan Mudah Untuk Guru dan Siswa

Cara Menggunakan Google Classroom Dengan Mudah Untuk Guru dan Siswa

BlogPendidikan.net
- Siapa yang tidak kenal aplikasi laman ini, google classroom sebagian besar guru dan siswa menggunakan aplikasi ini untuk menunjang selama pembelajaran jarak jauh, dan menggunakannyapun sangat mudah. Bagi Anda guru dan siswa yang belum memahami cara menggunakan google classroom akan di jelaskan di artikel ini.

Pandemi virus COVID-19 yang sedang melanda dunia bikin proses belajar-mengajar di sekolah terpaksa ditiadakan sementara. Kelas online pun menjadi alternatif belajar jarak jauh. Kini, hanya dengan bermodal gadget, proses pembelajaran sudah bisa berjalan dari rumah.

Salah satu layanan yang bisa dimanfaatkan untuk pembelajaran online adalah Google Classroom. Sebagai salah satu produk digital yang berada di bawah naungan Google, platform Google Classroom bisa dimanfaatkan secara gratis oleh guru dan siswa untuk kelas online.

Google Classroom bisa diakses menggunakan laptop, cukup dengan mengunjungi laman classroom.google.com Bagi pengguna smartphone, Anda hanya perlu mengunduh aplikasi Google Classroom yang terdapat di App Store maupun Play Store.

Platform ini memungkinkan setiap guru untuk membuat kelas online dan mengundang para murid mengikuti kelasnya. Google Classroom dibuat agar memudahkan guru dan siswa dalam berbagi file belajar.

Fitur dalam Google Classroom

Google Classroom menggabungkan layanan yang sudah dimiliki Google sebelumnya, yaitu Google Drive untuk membuat dan mengirim tugas, Google Docs, Sheets, dan Slides untuk menulis, serta Gmail memungkinkan seluruh peserta kelas untuk berkomunikasi melalui email. Apa saja yang bisa kita manfaatkan dari Google Classroom?

Membuat tugas

Untuk urusan tugas, guru hanya perlu mengunggah dokumen atau file yang diperlukan untuk dibaca atau dikerjakan siswa. Selanjutnya siswa akan menerima pemberitahuan tentang tugas tersebut melalui email.

Mengatur jadwal

Untuk membantu mengatur jadwal yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran, terdapat Google Calendar yang sudah diintegrasikan ke dalam platform ini. Anda dapat membuat jadwal pengumpulan tugas, misalnya.

Membuat Pengumuman

Jika Anda ingin membuat pengumuman kepada seluruh kelas, fitur Google Classroom pun memungkinkan Anda untuk melakukan hal tersebut. Anda dapat dengan cepat mengetik pengumuman yang akan dikirimkan kepada semua siswa melalui email.

Membuat Penilaian

Dengan platform Google Classroom, guru juga dimungkinkan untuk melakukan penilaian dan kategori nilai. Terdapat 2 sistem nilai yang bisa dipakai, yaitu ‘Total Poin’ atau ‘Berdasarkan Kategori’. Dengan begitu, nilai akan dihitung secara otomatis.

Namun, jika sebagai guru Anda memilih untuk tidak memakai sistem penilaian, Anda bisa memilih opsi ‘Tidak ada Nilai Keseluruhan’ maka nilai tidak akan dihitung. Tidak hanya itu, Google Classroom memugkinkan para siswa untuk mengomentari tugas dan pengumuman. Mereka pun dapat mengirim email satu sama lain melalui antarmuka kelas.

Dengan kelengkapan fitur yang dimiliki Google Classroom, kegiatan belajar mengajar secara online akan terasa jauh lebih mudah. Jika Anda belum pernah menggunakan platform ini sebelumnya, tidak perlu risau. Akan dijelskan panduan mudah bagi Anda, guru maupun siswa.

Cara Memakai Google Classroom

Sebagaimana produk Google lainnya, untuk bisa menggunakan layanan Google Classroom Anda harus punya akun Google terlebih dulu. Buatlah akun Google dahulu jika Anda belum memilikinya.

Akses Masuk

Masuk ke laman classroom.google.com lalu login menggunakan akun Google Anda. Akan muncul pilihan role, apakah Anda sebagai siswa atau guru (seperti ditampilkan gambar berikut).

Cara menggunakan Google Classroom untuk guru:

* Di sudut kanan atas ada ikon tambahkan (+) untuk membuat kelas (create class).



* Selanjutnya Anda akan diarahkan untuk membuat kelas dan mengisi nama kelas (class name).
* Lengkapi keterangan tentang kelas Anda: section (bagian), subject (subjek), dan room (ruangan).
* Selanjutnya Google Classroom sudah siap digunakan.

Mengundang Siswa

Anda baru saja membuat kelas dan ingin mengajak para siswa bergabung, caranya mudah. Anda hanya perlu meng-copy dan membagikan kode kelas yang tertera di sebelah kiri atas.

Jika Anda hendak mengundang siswa melalui email, berikut ini caranya:

* Buka laman Google Classroom Anda
* Klik ‘people’
* Selanjutnya klik ‘invite student’
* Masukkan alamat email siswa yang akan diajak bergabung
* Terakhir klik ‘invite’

Siswa akan menerima email ajakan bergabung ke kelas Anda.

Cara menggunakan Google Classrom untuk siswa:

* Klik icon (+) yang ada di sudut kanan atas.


* Pilih join class (gabung kelas), masukkan kode yang telah dibagikan oleh guru.


* Pilih join (gabung)
* Selanjutnya Anda sudah bisa mengikuti kelas online bersama teman-teman dan guru.

Demikian penjelasan cara mudah menggunakan google classroom bagi guru dan siswa semoga bermanfaat dan jangan lupa berbagi jika artikel ini penting untuk disebarkan! (*Admin)

Ternyata 95 Persen Guru di Indonesia Lebih Memilih Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Ternyata 95 Persen Guru di Indonesia Lebih Memilih Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

BlogPendidikan.net
- Ternyata 95 Persen Guru di Indonesia Lebih Memilih Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hasil survei Wahana Visi Indonesia dan Kemendikbud menunjukkan mayoritas guru di Indonesia lebih memilih model pembelajaran jarak jauh. Education Team Leader Wahana Visi Indonesia Mega Indrawati mengatakan sebanyak 95 persen memilh pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran campuran.

"Soal strategi belajar dari 95 persen guru setuju akan pembelajaran jarak jauh atau blended learning," ucap Mega dalam webinar Suara Guru, Kamis (22/10/2020). Sementara guru di daerah tertinggal, terdepan, terluar (3T) lebih pembelajaran jarak jauh luring dibanding daring.

Mega menduga hal ini kemungkinan karena keterbatasan akses dan infrastuktur untuk pembelajaran secara daring. "Sementara guru untuk anak berkeputusan khusus cenderung memilih pembelajaran daring," ungkap Mega.

Selain itu, hasil survei ini juga menemukan bahwa guru dalam mengatasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar memilih berkonsultasi dengan teman sejawatnya di satu sekolah atau sekolah lain. Sementara guru di daerah 3T cenderung kurang memiliki akses ke komunitas guru di satuan pendidikan.

Terkait dengan kebutuhan pembelajaran yang efektif, dan pemanfaatan teknologi informasi, sebanyak 40 persen guru menyatakan butuh pelatihan. "Terkait TIK, 40 persen guru 3T dan guru yang usianya lebih tua butuh pelatihan dasar TIK," kata Mega.

Selain itu, guru di daerah 3T juga lebih membutuhkan kompetensi Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) sebanyak 54 persen. Sementara 31 persennya membutuhkan kompetensi tentang kurikulum. Bagi guru di wilayah non 3T, kompetensi psikosisial lebih dibutuhkan. Guru pendidikan khusus juga membutuhkan kompetensi psikologis untuk mempersiapkan peserta didik

Seperti diketahui, survei dilakukan kepada 27.046 guru dan tenaga kependidikan di 34 provinsi seluruh Indonesia. Survei dilakukan pada 18 Agustus hingga 5 September 2020. Responden guru dari wilayah Non 3T 95 persen dan 3T 5 persen. Sebanyak 74 persen merupakan guru dari pendidikan umum, sementara 26 persen dari pendidikan khusus atau inklusi.

Berdasarkan wilayah, 52 persen responden guru berasal dari daerah risiko penularan Covid-19 tinggi, dan sisanya dari wilayah Covid-19 dengan penularan rendah. Wahana Visi Indonesia dan Kemendikbud juga melakukan Diskusi Kelompok Terarah yang melibatkan 47 orang perwakilan asosiasi guru, serta guru dari wilayah 3T, SLB dan kepala sekolah..

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com 

IGI: Kemendikbud Harus Ingatkan Guru Agar Tidak Memberi Banyak Tugas Kepasa Murid Selama PJJ

IGI: Kemendikbud Harus Ingatkan Guru Agar Tidak Memberi Banyak Tugas Kepasa Murid Selama PJJ

BlogPendidikan.net
- Seorang siswi SMA berinisial MI (16), di Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, ditemukan tewas terbujur kaku di bawah tempat tidurnya pada Sabtu, 17 Oktober 2020. Korban tewas diduga karena bunuh diri dengan cara minum racun rumput. 

Alasannya, karena depresi dengan banyaknya tugas sekolah yang dilakukan secara daring. Kejadian itu mendapat sorotan dari berbagai kalangan, salah satunya dari Ikatan Guru Indonesia.

Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia, Muhammad Ramli menyampaikan, kejadian bunuh diri siswa di Gowa seharusnya bisa menjadi alarm yang keras bagi pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), agar bisa mengingatkan kepada guru-guru tidak memberikan tugas yang banyak pada saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau online. 

Karena, dengan banyaknya beban tugas bisa memberikan dampak depresi kepada para siswa. "Stres dialami siswa akibat PJJ tidak memiliki standar khusus dan cenderung memberatkan siswa dari tugas yang diberikan guru. Dengan mudahnya guru memberikan tugas kepada siswa. 

Ini jadi alarm bagi pemerintah untuk mengingatkan guru," ungkap Muhammad Ramli dalam keterangan resminya, Senin (19/10/2020). Dia menekankan, standar penugasan oleh guru juga tidak diatur, baik oleh Kemendikbud, dinas pendidikan provinsi maupun dinas pendidikan Kabupaten Kota. 

Bisa dibayangkan jika setiap guru memberikan satu saja tugas setiap minggu maka setiap siswa akan mendapatkan 14-16 tugas yang harus dituntaskan, sebelum mata pelajaran dilanjutkan minggu depannya. 

Memang guru, kata dia, sangat mudah memberikan tugas, apalagi mereka saat ini didukung dengan Learning Management System (LMS), jadi tak perlu tampil di depan kelas lagi dan cukup memberikan tugas lewat LMS yang ada. Namun, mereka tidak memperhitungkan secara komprehensif beban tugas yang diberikan ke siswa tersebut. 

Guru harus peka beban siswa 

Seharusnya, dia mengharapkan, kepala sekolah dan para guru konseling mampu mengetahui dan mengukur beban yang dialami oleh siswa, akibat banyaknya penugasan penugasan yang dilakukan oleh para guru di suatu sekolah terhadap 1 siswa. 

Sehingga bisa menjadi standar bagi guru-guru di sekolah tersebut untuk memberikan penugasan kepada siswanya. Setiap daerah, lanjut dia, seharusnya mempertimbangkan kemampuan jaringan internet di daerahnya, ketersediaan alat baik berupa tablet smartphone maupun laptop dan komputer di daerah tersebut yang dimiliki oleh siswanya. 

Kemudian mempertimbangkan kemampuan ekonomi siswa di daerah-daerah, sehingga pemerintah tidak berlepas tangan cukup dengan memberikan kuota data kepada siswa saja. "Tetapi, pemerintah harus memahami secara penuh suasana dan kondisi pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Dan semua itu seharusnya diatur dan dibuat standarnya oleh Kemendikbud," tegas dia. 

Dia menambahkan, Ikatan guru Indonesia sejak awal sudah menyampaikan pesan kepada Mendikbud Nadiem Makarim, bahwa beban mata pelajaran yang dialami oleh siswa sesungguhnya menjadi masalah utama rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. 

"Namun hingga saat ini upaya penyederhanaan kurikulum tampaknya masih mengalami jalan buntu. Nadiem Makarim seolah tidak punya formulasi untuk menuntaskan masalah jumlah mata pelajaran yang sangat membebani anak didik," pungkas dia. 

Kontak bantuan 

Bunuh diri bisa terjadi saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu. Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.  

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

Artikel ini juga telah tayang di Kompas.com dengan judul "IGI Minta Kemendikbud Ingatkan Guru Tidak Beri Banyak Tugas",

Berikut Daftar Aplikasi dan Laman PJJ Yang Dapat Diakses Dari Bantuan Kuota Kemendikbud

Berikut Daftar Aplikasi dan Laman PJJ Yang Dapat Diakses Dari Bantuan Kuota Kemendikbud

BlogPendidikan.net
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemenndikbud) telah memastikan jadwal penyaluran kuota internet gratis bagi siswa, mahasiswa, guru dan dosen serta pendidik. Kuota internet gratis tersebut akan mulai disalurkan Selasa, 22 September 2020 selama empat bulan hingga Desember mendatang.

Rinciannya, total peserta didik PAUD akan mendapatkan 20 GB per bulan dan peserta didik jenjang pendidikan dasar dan menengah 35 GB per bulan. Lalu, pendidik pada PAUD dan jenjang pendidikan dasar dan menengah sebanyak 42 GB per bulan. Sedangkan, mahasiswa dan dosen akan mendapatkan total 50 GB per bulan.


Namun demikian, dari total kuota internet gratis tersebut ada dua jenis, terdiri dari kuota umum dan kuota belajar. Dari dua jenis kuota itu, setiap penerima paket internet gratis akan menerima masing-masing 5 GB untuk kuota umum.

Kuota umum 5 GB ini, dapat digunakan untuk mengakses semua situs laman dan aplikasi.

Sisanya, kuota belajar hanya dapat digunakan untuk mengakses laman dan aplikasi tertentu yang telah ditetapkan Kemendikbud.

Berikut Rincian Jumlah Paket Kuota Internet yang diterima:

* Peserta didik PAUD : 20 GB per bulan. 
Rincian: 5 GB untuk kuota umum dan kuota belajar 15 GB.

* Peserta didik jenjang pendidikan dasar dan menengah : 35 GB per bulan
Rincian : 5 GB untuk kuota umum dan kuota belajar 30 GB.

* Pendidik pada PAUD dan jenjang pendidikan dasar dan menengah : 42 GB per bulan
Rincian : 5 GB kuota umum dan 37 GB kuota belajar.

* Mahasiswa dan dosen : 50 GB per bulan
Rincian : 5 GB kuota umum dan 45 GB kuota belajar.

Fungsi Jenis Kuota

Melansir laman kuota-belajar.kemdikbud.go.id, dijelaskan bahwa fungsi kuota umum dapat digunakan untuk mengakses seluruh laman dan aplikasi. Sedangkan, kuota belajar hanya dapat digunakan untuk mengakses laman dan aplikasi pembelajaran.

Kemendikbud juga telah merinci jenis laman dan aplikasi yang dapat diakses untuk kuota belajar tersebut.

Terdapat 19 aplikasi dan laman belajar, di antaranya:

1. Aplikasi dan website Aminin
2. Aplikasi dan website Ayoblajar
3. Aplikasi dan website Bahaso
4. Aplikasi dan website Birru
5. Aplikasi dan website Cakap
6. Aplikasi dan website Duolingo
7. Aplikasi dan website Edmodo
8. Aplikasi dan website Eduka system
9. Aplikasi dan website Ganeca digital
10. Aplikasi dan website Google Classroom
11. Aplikasi dan website Kipin School 4.0
12. Aplikasi dan website Microsoft Education
13. Aplikasi dan website Quipper
14. Aplikasi dan website Ruang Guru
15. Aplikasi dan website Rumah Belajar
16. Aplikasi dan website Sekolah.Mu
17. Aplikasi dan website Udemy
18. Aplikasi dan website Zenius
19. Aplikasi Whatsapp.

Aplikasi Video Conference:

1. Cisco Webex
2. Google Meet
3. Microsoft Teams
4. U Meet Me
5. Zoom

Website:

1. aksi.puspendik.kemdikbud.go.id/membacadigital
2. bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id
3. bse.kemdikbud.go.id
4. buku.kemdikbud.go.id
5. cambridgeenglish.org
6. elearning.gurudaringmilenial.id
7. guruberbagi.kemdikbud.go.id
8. icando.co.id
9. indihomestudy.com
10. infomedia.co.id
11. kelaspintar.id
12. lms.seamolec.org
13. mejakita.com
14. melajah.id
15. pijarmahir.id
16. pijarsekolah.id
17. rumahbelajar.id
18. setara.kemdikbud.go.id
19. suaraedukasi.kemdikbud.go.id
20. tve.kemdikbud.go.id
21. www.indonesiax.co.id
22. www.wekiddo.com

Sumber: kuota-belajar.kemdikbud.go.id.

Kuota Internet PJJ: Telkomsel 10 GB Rp 10, XL 55 GB Rp 1 dan Indosat 30 GB Rp 1

Kuota Internet PJJ: Telkomsel 10 GB Rp 10, XL 55 GB Rp 1 dan Indosat 30 GB Rp 1

BlogPendidikan.net
- Para operator telekomunikasi sedang gencar menghadirkan promo paket data internet murah untuk mendukung belajar jarak jauh atau belajar online (PJJ) yang diselenggarakn oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD).

Indosat

Terbaru adalah Indosat yang menghadirkan paket pintar IMClass yang memberikan paket data 30GB seharga Rp 1. Paket data ini berlaku selama 30 hari. Paket data ini bisa dinikmati pelanggan prabayar maupun pascabayar.


Paket data ini bisa digunakan untuk mengakses aplikasi belajar online seperti Ruangguru, Quipper, Zenius, Rumah Belajar, Sekolahmu dan 300 lebih portal e-learining dan situs resmi dari universitas-universitas di Indonesia.


Untuk mendapatkan paket data ini cukup mendaftarkan nomor IM3 Ooredoo yang dimiliki ke sekolah atau kampus, dan selanjutnya diverifikasi untuk bisa langsung mendapatkan bantuan kuota pembelajaran jarak jauh dari pemerintah, seperti dikutip dari keterangan resmi Indosat, Rabu (2/9/2020)

Telkomsel

Telkomsel juga tak mau kalah. Anak usaha Telkom ini meluncurkan Kuota Belajar 10GB senilai Rp 10. Paket data ini berlaku selam 30 hari dan paket ini bisa dinikmati hingga 31 Desember 2021.

Paket data ini bisa digunakan untuk menggakses sejumlah platform aplikasi belajar daring seperti Rumah Belajar, Zenius, Quipper, Udemy, Duolingo, Sekolah.mu, Cakap, Bahaso, Cambridge, AyoBlajar, Zoom, CloudX, UMeetMe, Microsoft Teams, Cisco Webex, Google Meet, Google Classroom, dan ratusan situs belajar daring yang dikelola kampus dan sekolah hingga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.


Paket Kuota Belajar dapat diakses khusus oleh pengguna layanan prabayar Telkomsel melalui aplikasi MyTelkomsel atau UMB *363*844#.

XL

XL Axiata menghadirkan paket internet murah 55GB seharga Rp 1. Paket data ini berlaku selam 24 jam yang terdiri darai kuota utama 15GB dan kuota chat 40GB. Program ini berlaku selama September hingga Desember 2020.

Untuk mendapatkan paket ini pelajar dan mahasiswa harus mendaftarkan nomor ponsel ke sekolah dan kampus sebelum 11 September 2020. Bila nomor terkonfirmasi dan terdaftar di Kemendikbud bisa memanfaatkan paket data ini.

Nadiem: Resiko Menyeramkan Selama PJJ, Terjadinya Krisis Pembelajaran dan Lost Generation

Nadiem: Resiko Menyeramkan Selama PJJ, Terjadinya Krisis Pembelajaran dan Lost Generation

BlogPendidikan.net
- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyatakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) via daring (online) adalah cara belajar yang tidak ideal. Ada risiko besar yang berbahaya bagi anak-anak generasi pandemi COVID-19.

"Ada risiko krisis pembelajaran dan lost generation, ini risiko yang cukup menyeramkan," kata Nadiem dalam webinar 'Sistem Pendidikan di Tengah Pandemi COVID-19' yang diselenggarakan oleh DPD Taruna Merah Putih Jawa Tengah, Minggu (30/8/2020) malam.

Dalam diksusi ini, hadir Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, serta Ketua Umum DPP Taruna Merah Putih Maruarar Sirait. Hadir pula para guru, orang tua murid, hingga siswa sekolah.

Nadiem menjelaskan perihal risiko pembelajaran tatap muka dan juga risiko pembelajaran jarak jauh. Soal pembelajaran jarak jauh, risiko terbesarnya adalah anak-anak bakal keteteran belajar. Bukan hanya satu atau dua anak saja yang keteteran belajr, tapi satu generasi.

"Nggak ada yang pernah membicarakan risiko satu generasi masyarakat Indonesia yang pembelajarannya ketinggalan," kata Nadiem.

Dampak nyata dari satu generasi yang terpotong fase belajarnya tidak bisa langsung dirasakan. Dampaknya baru nyata terasa pada tahun-tahun mendatang, saat generasi yang terpotong itu mulai tumbuh dewasa.

"Apa itu dampaknya? Kita tidak tahu karena baru setelah bertahun-tahun ke depan kita akan tahu. Tapi yang pasti, risiko itu sangat besar, semua badan riset sekarang menyebut itu juga," kata Nadiem.

Risiko PJJ itu tak hanya membayangi Indonesia, namun juga semua negara yang dilanda pandemi COVID-19. "Apalagi di daerah di mana tidak ada fasilitas teknologi, internet, dan lain-lain," kata Nadiem.

Selama ini, sekolah yang menggelar PJJ mengeluhkan banyak kesulitan. Keluhan bukan hanya dari pihak sekolah saja namun juga dari orang tua murid. PJJ bukan situasi ideal.

"Prioritas kami di Kemdikbud yang terpenting adalah bagaimana mengembalikan ke sekolah tatap muka seaman mungkin. Itu adalah prioritas kita. Prioritasnya bukan untuk memperpanjang PJJ, tapi prioritas yang terpenting adalah bagaimana kita bisa secara aman mengembalikan anak-anak kita ke pembelajaran tatap muka. (*)

Modul Pembelajaran Kurikulum Darurat Untuk SD Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6

Modul Pembelajaran Kurikulum Darurat Untuk SD Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6
BlogPendidikan.net
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) telah menerbitkan kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) tingkan SD, SMP, dan SMA sederajat, dalam kurikulum darurat tersebut memaparkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang dapat di gunakan oleh guru serta mudul pembelajaran kurikulum darurat untuk proses pembelajaran dimasa pandemi Covid-19.

Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) yang disiapkan oleh Kemendikbud merupakan penyederhanaan dari kurikulum nasional. Pada kurikulum tersebut dilakukan pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru dan siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya.


Kemendikbud juga menyediakan modul-modul pembelajaran untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang diharapkan dapat membantu proses belajar dari rumah dengan mencakup uraian pembelajaran berbasis aktivitas untuk guru, orang tua, dan peserta didik. “Dari opsi kurikulum yang dipilih, catatannya adalah siswa tidak dibebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan, dan pelaksanaan kurikulum berlaku sampai akhir tahun ajaran,” tegas Mendikbud.

Untuk jenjang pendidikan SD modul belajar mencakup rencana pembelajaran yang mudah dilakukan secara mandiri oleh pendamping baik orang tua maupun wali. “Modul tersebut diharapkan akan mempermudah guru untuk memfasilitasi dan memantau pembelajaran siswa di rumah dan membantu orang tua dalam mendapatkan tips dan strategi dalam mendampingi anak belajar dari rumah,” ucap Mendikbud.


Untuk membantu siswa yang terdampak pandemi dan berpotensi tertinggal, Mendikbud mengimbau guru perlu melakukan asesmen diagnostik. Asesmen dilakukan di semua kelas secara berkala untuk mendiagnosis kondisi kognitif dan non-kognitif siswa sebagai dampak pembelajaran jarak jauh.

Asesmen non-kognitif ditujukan untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional siswa, seperti kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa, kesenangan siswa selama belajar dari rumah, serta kondisi keluarga siswa.


Asesmen kognitif ditujukan untuk menguji kemampuan dan capaian pembelajaran siswa. Hasil asesmen digunakan sebagai dasar pemilihan strategi pembelajaran dan pemberian remedial atau pelajaran tambahan untuk peserta didik yang paling tertinggal.

Berikut Modul Pembelajaran Kurikulum Darurat Untuk SD Bisa Anda Dapatkan Disini:

Modul SD kelas 1: Modul Belajar Siswa, Pendamping bagi Guru, Pendamping bagi Orang Tua.

Sekolah dasar (SD) kelas 1 – Minggu 1 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 1 – Minggu 2 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 1 – Minggu 3 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 1 – Minggu 4 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 1 – Minggu 5 >>> DISINI

Modul SD kelas 2: Modul Belajar Siswa, Pendamping bagi Guru, Pendamping bagi Orang Tua.

Sekolah dasar (SD) kelas 2 – Minggu 1 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 2 – Minggu 2 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 2 – Minggu 3 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 2 – Minggu 4 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 2 – Minggu 5 >>> DISINI

Modul SD kelas 3: Modul Belajar Siswa, Pendamping bagi Guru, Pendamping bagi Orang Tua.

Sekolah dasar (SD) kelas 3 – Minggu 1 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 3 – Minggu 2 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 13- Minggu 3 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 3 – Minggu 4 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 3 – Minggu 5 >>> DISINI

Modul SD kelas 4: Modul Belajar Siswa, Pendamping bagi Guru, Pendamping bagi Orang Tua.

Sekolah dasar (SD) kelas 4 – Minggu 1 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 4 – Minggu 2 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 4 – Minggu 3 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 4 – Minggu 4 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 4 – Minggu 5 >>> DISINI

Modul SD kelas 5: Modul Belajar Siswa, Pendamping bagi Guru, Pendamping bagi Orang Tua.

Sekolah dasar (SD) kelas 5 – Minggu 1 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 5 – Minggu 2 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 5 – Minggu 3 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 5 – Minggu 4 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 5 – Minggu 5 >>> DISINI

Modul SD kelas 6: Modul Belajar Siswa, Pendamping bagi Guru, Pendamping bagi Orang Tua.

Sekolah dasar (SD) kelas 6 – Minggu 1 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 6 – Minggu 2 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 6 – Minggu 3 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 6 – Minggu 4 >>> DISINI

Sekolah dasar (SD) kelas 6 – Minggu 5 >>> DISINI

Mata Najwa: Nadiem Semakin Menegaskan Orang Tua Boleh Minta Pulsa di Sekolah

Mata Najwa: Nadiem Semakin Menegaskan Orang Tua Boleh Minta Pulsa di Sekolah

BlogPendidikan.net
- Proses pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat pandemi Covid-19 pun terus menuai pro dan kontra.

Banyak keluhan dari orangtua peserta didik atas penerapan PJJ yang sudah berlangsung sejak Maret 2020.

Keluhan utama adalah beban pembelian kuota pulsa internet untuk menunjang agar proses pembelajaran dari rumah tetap berjalan.

Lantas bagaimana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menjawab semua keluhan dari orangtua, peserta didik, termasuk para guru?


Di Mata Najwa bertajuk 'Kontroversi Mas Menteri', Rabu (5/8/2020) tadi malam, ketika ditanya Najwa Shihab berbagai keluhan masyarakat atas pembelajaran jarak jauh, Nadiem Makarim mengakui situasi yang dihadapi saat ini sangat menantang.

Ia pun menerima semua keluhan-keluhan tersebut dan merasa bersimpati dan berempati kepada orangtua, murid-murid, guru-guru, dan kepala sekolah.

"Harus dalam sekejap mereka terpaksa beradaptasi terhadap suatu format yang berbeda total dengan anggaran yang mungkin pas-pasan dan harus segera melaksanakannya secara cepat. Pada saat saya dapat menerima banyak kritik mengenai PJJ, pertama saya harus mengklarifikasi bahwa ini bukan kebijakan yang kami inginkan. Kami terpaksa melakukan PJJ,"kata mantan CEO GoJek ini.

Menurutnya, dengan adanya kondisi pandemi yang mengakibatkan krisis kesehatan memberikan dua pilihan, yakni masih ada pembelajaran walaupun diakui tidak optimal atau tidak ada pembelajaran sama sekali.

Namun, jika pembelajaran dihentikan akan memberikan risiko yang sangat besar untuk negara.

Najwa Shihab kemudian menimpali, kalau awal pandemi Covid-19, mungkin saja kebijakan PJJ bisa mendapat pemakluman.

Namun, jika sudah berlangsung berbulan-bulan, tentu akan menjadi pertanyaan apa yang telah dilakukan pemerintah dalam hal ini Kemendikbud untuk mengatasi masalah ini.

"Yang pertama kita lakukan adalah Dana BOS yang dikirim langsung pemerintah pusat ke masing-masing rekening sekolah untuk pertama kalinya dibebaskan untuk memberikan fleksibilitas khusus untuk PJJ. Jadinya boleh tanpa batas digunakan untuk alat TIK dan pulsanya bukan hanya pulsa guru, pulsa murid artinya pulsa orangtua. 


Jadi mohon ditekankan lagi banyak orang yang tidak tahu semua dana BOS diberikan kewenangan untuk kepala sekolah menggunakan anggarannya untuk pulsa murid, peralatan TIK seperti tablet ataupun laptop,"jelas Nadiem.

Diskresi Kepala Sekolah

Najwa Shihab pun mengungkapkan di lapangan, banyak kepala sekolah yang takut menggunakan Dana BOS untuk keperluan PJJ karena takut dianggap korupsi, namun ada juga yang tidak terkontrol.

Nadiem Makarim juga mengakui hal itu. Menurutnya, banyak kepala sekolah yang was-was dalam penggunaan Dana BOS.

Ia pun berkoordinasi dengan seluruh kepala dinas pendidikan untuk mensosialisasikan kebijakan tersebut.

Tak hanya untuk keperluan TIK ataupun pulsa, Nadiem Makarim juga menyebut Dana BOS bisa digunakan untuk guru honorer tanpa pembatasan anggaran, yang dulunya dibatasi maksimal 50 persen.

"Tapi ini adalah diskresi kepala sekolah sebagai pemimpin unit pendidikan yang mengetahui sebenarnya kebutuhan sekolah apa,"katanya.

Najwa Shihab pun menuntut jawaban konkrit Nadiem Makarim, apakah saat ini orangtua meminta pulsa kepada kepala sekolah?

"Bisa, tentunya sesuai dengan kebutuhan kepala sekolah. Mohon semua kepala sekolah, guru, dan orangtua tahu Dana BOS boleh digunakan untuk pulsa murid dan pelajaran PJJ.

Rp 3 Triliun untuk Sekolah Swasta

Pada kesempatan tersebut, Nadiem Makarim juga mengungkapkan, Kemendikbud juga mengeluarkan anggaran sekira Rp 3 triliun dari Dana BOS afirmasi dan BOS Kinerja untuk 'mensubsidi' sekolah swasta.

"Kami mendengar jeritan sekolah-sekolah swasta di seluruh Indonesia. Selama ini kan, sekolah swasta itu dengan banyak orangtua tidak mampu membayar SPP karena kondisi ekonomi,"katanya.

Nadiem Makarim mengaku, anggaran Dana BOS afirmasi dan kinerja yang semula hanya untuk sekolah negeri, untuk pertama kalinya juga digunakan untuk sekolah swasta.

Siswa Kurang Mampu

Dikutip dari Kompas.tv, penggunanaan dana BOS tergantung ketentuan pihak sekolah.

Penggunaan dana BOS untuk keperluan pembelian kouta internet  sudah mulai diterapkan di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Hal ini setidaknya berlaku di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 9 Banjarmasin.

Namun, tidak semua siswa mendapatkannya.

Dana bos untuk pembelian kuota internet ini diperuntukkan bagi siswa kurang mampu sesuai kategori yang telah ditentukan oleh sekolah.

Sebanyak 15  mendapatkan bantuan sebanyak Rp 75.000 perbulan untuk pengadaan kuota internet.

Sementara masih ada siswa  lainnya yang dalam tahap pendataan.

Pihak sekolah   menganggarkan penggunaan dana bos tersebut untuk kouta gratis selama tiga bulan kedepan, menyesuaikan keberlangsungan pandemi covid 19 di Kota Banjarmasin. 

Penggunaan dana bos untuk pembelian kuota internet   selama pandemi mengacu pada surat edaran nomor 4 tahun 2020 tentang penggunaan dana bos untuk penanggulangan covid 19.

Penyaluran  dana bos untuk keperluan pembelian kouta internet  diharapkan menunjang   kelancaran para siswa mengikuti pembelajaran jarak jauh datau dalam jejaring  yang   diterapkan  akibat masa pandemi. (*)


Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com

Modul Pembelajaran Daring dan Luring PJOK Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar (SD)

Modul Pembelajaran Daring dan Luring PJOK Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar (SD)

BlogPendidikan.net
 - Tahun ajaran baru 2020/2021 baru saja dimulai 13 juli 2020, para guru dan siswa harus bersiap untuk menghadapi proses pembelajaran yang dilangsungkan dari rumah baik daring ataupun luring. 

Khusus daerah yang berada di zona merah, oranye dan kuning harus belajar dari rumah, sesuai surat edaran yang telah diterbitkan oleh Kemendikbud. Belajar dari rumah (BDR) atau bahasa terkini Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang akan dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran secara daring atau luring harus berdasarkan kondisi daerah tersebut, apakah menunjang untuk fasilitas belajar daring atau luring.

Guru harus lebih kreatif dalam membangun proses pembelajaran yang menarik agar selama belajar dari rumah anak-anak tidak merasa jenuh dengan beban tugas yang berat dan proses pembelajaran yang monoton. 

Baca Juga : 

Salah satu penunjang adalah ketersediaan buku pelajaran yang akan diberikan pada anak didik, yang sesuai dengan kondisi keadaan saat ini.

Berikut BlogPendidikan.net akan berbagi referensi buku/modul pembelajaran PJOK yang bisa dilakukan secara daring atau luring yang berisi materi dan soal-soal latihan lengkap dari kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar (SD) sesuai dengan kurikulum 2013, dapat dibagikan kepada anak didik. modul ini dalam bentuk PDF.

Berikut Modul Pembelajaran Daring dan Luring PJOK Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar (SD) Berdasarkan Kurikulum 2013:

1. Modul PJOK Kelas 1 SD/MI >>> LIHAT DISINI
2. Modul PJOK Kelas 2 SD/MI >>> LIHAT DISINI
3. Modul PJOK Kelas 3 SD/MI >>> LIHAT DISINI
4. Modul PJOK Kelas 4 SD/MI >>> LIHAT DISINI
5. Modul PJOK Kelas 5 SD/MI >>> LIHAT DISINI
6. Modul PJOK Kelas 6 SD/MI >>> LIHAT DISINI

Demikian, Informasi tentang modul pembelajaran daring dan luring PJOK Untuk SD, semoga apa yang dibagikan BlogPendidiakn.net bermanfaat dan bisa menjadi referensi anda dalam proses pembelajaran dari rumah. Terima kasih dan jangan lupa berbagi.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOWING (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) 

Guru Yang Hebat dan Bertanggung Jawab Tak Akan Keluhkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Guru Yang Hebat dan Bertanggung Jawab Tak Akan Keluhkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

BlogPendidikan.net
- Sekolah online atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) memang membikin pusing orang tua, anak, bahkan para guru. Namun, guru yang hebat akan tertantang untuk kreatif.

Mereka akan mencari cara agar pembelajaran bisa tetap berjalan. Sebaliknya, guru yang ”biasa-biasa saja” akan selalu mencari-cari alasan saat mendapatkan kesulitan dalam mengajar.

Wasekjen PGRI Jejen Musfah menegaskan, PGRI memastikan bahwa pada prinsipnya kegiatan belajar-mengajar (KBM) harus tetap berlangsung. Apa pun caranya. Bagi guru hebat, PJJ bisa menjadi tantangan untuk mencari cara bagaimana menyampaikan materi pendidikan kepada siswa di rumah. ”Mereka akan belajar secara mandiri melalui berbagai media sehingga menemukan cara-cara terbaik untuk PJJ,” ujarnya.

Menurut Jejen, guru tidak akan mempermasalahkan ada tidaknya jaringan internet dalam PJJ. Bila terpaksa berlangsung dalam kondisi jaringan internet lemah atau bahkan tidak ada sama sekali, PJJ tetap bisa dilaksanakan. Lewat modal faktual yang ada di daerah masing-masing. Yang terpenting, tanggung jawab mengajar siswa bisa tetap terlaksana.

Meskipun demikian, Jejen mengakui, masih ada guru-guru biasa yang mencari-cari alasan saat mendapatkan kesulitan dalam mengajar. Karena itu, kuncinya adalah kreatif dalam mengajar. Bila memutuskan memakai sistem dalam jaringan (daring) alias online, kepala sekolah wajib memastikan semua guru dan siswa memiliki dan mampu mengakses perangkat teknologi. Bila tidak, bisa mencari alternatif lain.

Jejen mengungkapkan, di berbagai daerah, masih ada guru-guru yang belum melek teknologi. PGRI melalui jaringannya di daerah berupaya memastikan KBM tetap bisa dilakukan. ”Sebagian murni PJJ. Sebagian tatap muka dengan waktu yang dikurangi dan menjalankan protokol kesehatan,” lanjutnya.

Pihaknya selalu berkoordinasi dengan jajaran di bawah untuk memastikan semua sekolah mampu menyiasati situasi yang ada. Apalagi, pemerintah sudah memberikan kelenturan kurikulum dan evaluasi. Tinggal bagaimana sekolah dan para guru kreatif menjalankannya di lapangan.

Meskipun demikian, tetap masih ada aspirasi para guru yang perlu diperhatikan pemerintah. Misalnya memberikan kelonggaran agar dana BOS bisa digunakan untuk membeli kuota internet, membayar guru honorer tanpa syarat NUPTK, dan membeli alat-alat pendukung kesehatan di sekolah. Para guru juga berharap tunjangan profesi tetap diberikan di masa pandemi. Begitu pula THR dan gaji ke-13.

Sekolah Perlu Petakan Siswa

Sementara itu, keluhan-keluhan selama PJJ terus masuk ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti menyatakan, jam belajar yang lama dan berbagai tugas sekolah yang berat masih dirasakan para siswa. ”Beban guru, siswa, dan orang tua sebagai pendamping anak belajar belum dikurangi,” katanya kemarin. Padahal, PJJ merupakan hal baru bagi anak, orang tua, maupun sekolah.

Berdasar hasil survei yang dilakukan KPAI, sebanyak 77,8 persen responden siswa mengeluhkan kesulitan belajar dari rumah. Orang tua juga ikut tertekan saat mendampingi anak-anaknya. ”Beban orang tua dan anak saat PJJ dapat diringankan jika Kemendikbud segera memberlakukan kurikulum adaptif yang sudah disederhanakan,” tutur Retno.

KPAI merekomendasikan agar Kemendikbud segera menyederhanakan kurikulum di semua jenjang pendidikan. Selain itu, Kementerian Kominfo diminta membuat kebijakan penggratisan internet selama enam bulan ke depan. KPAI juga mendorong sekolah agar memetakan siswa yang bisa melakukan pembelajaran daring, hanya bisa luar jaringan (luring) alias offline, atau bisa daring dan luring. Dengan begitu, sekolah bisa menyiapkan jadwal pembelajaran dan membuat modul untuk anak-anak yang tidak bisa daring. Terutama untuk para siswa SMK yang membutuhkan praktik keterampilan.

Lalu bagaimana pengalaman para guru selama PJJ? Guru SMPN 1 Nagrek Iwan A. Priyana menuturkan, guru dituntut punya inovasi selama PJJ. Iwan menceritakan, pada awal PJJ dirinya melakukan pemetaan kondisi siswa. Terutama terkait dengan fasilitas untuk berselancar di dunia maya. ”Kebetulan dapat arahan dinas Kabupaten Bandung untuk melakukan program guru kunjung,” ungkapnya kemarin.

Seusai pemetaan, Iwan punya banyak informasi tentang kendala siswa. Salah satunya adalah soal sinyal internet. Di wilayahnya banyak sekali pegunungan. Selain itu, ada permasalahan ekonomi yang mengakibatkan tidak tersedianya handphone untuk anak. ”Waktu ujian, saya galang dana dan dibelikan handphone. Satu handphone digunakan bergantian,” ungkapnya.

Untuk pembelajaran biasa, Iwan membuat materi yang dibedakan berdasar kondisi muridnya. Ada materi untuk siswa yang daring penuh, yang kesulitan sinyal atau kuota, yang memiliki handphone tapi digunakan bersama anggota keluarga lain, dan yang tidak memiliki handphone sama sekali. Jadi, dia mengombinasikan pembelajaran online dengan offline.

Kesulitan juga dialami Wilfridus Kado. Guru SMKN 7 Ende itu tak bisa sepenuhnya mengadakan PJJ. Sebab, sinyal internet di daerahnya yang berada di pesisir Pulau Flores, NTT, tak begitu bagus. Selain itu, karena kondisi ekonomi, banyak yang tak punya gawai. Akhirnya dia harus mengunjungi murid-muridnya. 

”Waktu ke rumah murid, mereka tidak belajar, tapi membantu orang tua di kebun,” katanya. Frid (sapaan Wilfridus Kado) memaklumi kondisi tersebut. Sebab, anak-anak itu membantu orang tuanya yang kesulitan menjual hasil kebun sejak pandemi merebak. (*)

Ini Dampak Buruk Yang Akan Terjadi Selama Pembelajaran Jarak Jauh, Jika Tidak Disiapkan Dengan Matang

Ini Dampak Buruk Yang Akan Terjadi Selama Pembelajaran Jarak Jauh, Jika Tidak Disiapkan Dengan Matang

BlogPendidikan.net
- Pemerhati pendidikan Najeela Shihab menggarisbawahi bahaya jangka menengah dan jangka panjang yang tengah menghantui dunia pendidikan di Indonesia dengan kondisi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang masih belum optimal. 

Baginya, perpanjangan PJJ tak hanya berdampak pada kesusahan orangtua dan anak untuk menyesuaikan dengan metode pembelajaran daring, namun juga ada banyak dampak lainnya baik dari sisi murid, pengajar, dan pengelola sekolah.

1. Ada dampak menengah dan panjang dari PJJ

Dalam Webinar Media dan Pendidikan Anak di Era Pandemik oleh Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Selasa (21/7/2020), Najeela mengatakan bahwa saat ini publik terlalu berfokus pada permasalahan jangka pendek yang diakibatkan dari PJJ ini. 

Padahal, sebenarnya ada bahaya jangka menengah dan jangka panjang yang tak kalah mengkhawatirkan. Seharusnya, pencegahan dampak jangka panjang bisa dicegah sejak saat ini.

“Orangtua yang harus beradaptasi dengan kebiasaan baru, kerja dari rumah, jadi fasilitator belajar anak, dan lainnya. Ini isu yang juga penting dan harus segera diselesai kan. Tapi sesungguhnya COVID-19 ini membawa efek yang jauh lbeih panjang dari sekedar periode beberapa bulan ini,” ujarnya.

2. Kesehatan mental anak terancam

Salah satu permasalahan jangka menengah hingga panjang yang dapat menjangkit murid adalah kesehatan mental. 

Saat masa PJJ, anak-anak akan berada sepenuhnya dalam pengawasan orangtua sehingga membutuhkan support system yang mendukung. Namun sayangnya, kondisi kesehatan mental orangtua yang juga terganggu akibat kecemasan masa pandemik akan berimbas banyak kepada anak-anak.

Selain itu akses pendidikan untuk anak dirasa masih belum penuh terutama untuk kegiatan tambahan yang tak kalah penting seperti pembelajaran olahraga, karyawisata, pelajaran agama, dan ekstrakulikuler. Apalagi kurangnya akses pendidikan akan sangat dirasakan bagi para anak-anak dengan kebutuhan khusus atau inklusif.

“Resiko putus sekolah juga meningkat berkali-kali lipat. Sebagian bisa dicegah tapi saya prediksi ada angka putus sekolah yang jauh lebih tinggi di banding tahun sebelumnya,” ungkapnya.

3. Masalah demotivasi pengajar hingga kebangkrutan sekolah

Permasalahan berikutnya yang tak kalah penting dialami oleh para guru atau tenaga pengajar. Tanpa adanya persiapan yang cukup matang, Najeela melihat bahwa tak sedikit guru saat ini gagap untuk menghadapi PJJ dan memberikan konten yang kreatif kepada murid. 

Akibatnya, beban kerja yang berlebihan secara terus menerus terhadap tenaga pengajar hingga menyebabkan demotivasi. Namun, Najeela di sini tidak menganggap kegagalan sepenuhnya berada di tangan guru, ia mengatakan bahwa kondisi saat ini merupakan cerminan atas kompetensi para pengajar yang dihasilkan sistem pendidikan di Indonesia.

“Kualitas pembelajaran PJJ sekarang yang beragam Ini bukan hanya cerminan guru dalam jangka pendek, tapi kompetensi guru sebelum pandemi pun kesulitan menghasilkan materi pembelajaran yang kreatif,” imbuhnya.

Bagi pihak sekolah salah satu ancaman nyata adalah berkurangnya pendapatan yang berujung pada pemutusan hubungan kerja karyawan-karyawannya. Apalagi Najeela memprediksi sekolah swasta dengan kemampuan finasial rendah akan banyak mengalami kondisi ini.

“Ini yang kapasitas rendah dan tidak punya cadangan abadi yag bisa menghidupi dalam jangka panjang,” ungkapnya.

4. Pencegahan bisa dilakukan mulai saat ini

Salah satu solusi yang ditawarkan oleh Najeela untuk mencegah terjadinya permasalahan dampak panjang tersebut adalah dengan melibatkan berbagai pihak untuk melihat celah-celah dalam pelaksanaan PJJ. 

Terutama bagi para orangtua agar bisa berperan aktif dalam memantau pendidikan anak sekaligus mengatasi kecemasan yang dimilikinya. Para guru juga harus mulai terbuka bahwa pembelajaran tak harus bertatap muka. Guru diharapkan bisa berinovasi untuk menciptakan konten pembelajaran yang kreatif dan disampaikan dalam dua arah.

“Saya selalu bilang, semua murid semua guru. Saya ingin sebanyak mungkin orang ambil peran dalam perbaikan ekosistem pendidikan maka situasi pandemik ini maupun dalam jangka waktu ke depan untuk memitigasi resiko jangka panjang menjadi sangat esensial ada kolaborasi antar pemangku kepentingan,” pungkasnya.

Artikel ini juga telah tayang di idntimes.com

Ndiem, Dengarkan Keluhan Siswa! Jangan Cuman Nyuruh Belajar Online, Kuota Internet Tolong Disubsidi

Ndiem, Dengarkan Keluhan Siswa! Jangan Cuman Nyuruh Belajar Online, Kuota Internet Tolong Disubsidi

BlogPendidikan.net
- Pandemik virus corona baru (Covid-19) mengharuskan siswa sekolah tetap tinggal di rumah dengan tetap melakukan proses belajar secara daring.

Namun, internet yang belum merata masih menjadi persoalan yang belum menemukan solusi.

Hal inilah yang menjadi sorotan Direktur Indonesia Future Studies (INFUS) Gde Siriana Yusuf, yang meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim memenuhi kebutuhan internet untuk siswa kurang mampu.

“Selama belajar daring, listrik, AC dan air sekolah tidak terpakai. Mestinya Mendikbud pahami ini, seharusnya bisa dianggarkan pulsa gratis untuk siswa,” ujar Gde Siriana, Jumat (17/7).

Layanan internet gratis di masa pandemik corona mau tidak mau harus ditangani pemerintah dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat, terkhusus untuk siswa kurang mampu yang terkendala proses belajar daring dari rumah.

“Kewajiban negara sediakan fasilitas belajar. Pulsa atau paket internet saat Covid, juga termasuk fasilitas belajar yang harus disediakan negara,” ungkap Gde Siriana.

Menurut Board Member of Bandung Innitiaves Network ini, pemerintah tidak bisa lepas tangan dengan menyerahkan kepada orang tua terkait kebutuhan internet bagi siswa.

Karena secara psikologis, anak dari keluarga yang tak mampu mengalami tekanan jika harus memikirkan uang untuk membeli kuota internet.

“Anak-anak yang peka dengan kondisi ekonomi keluarganya kan berat hati untuk minta uang ke orang tua yang juga sedang susah karena tidak ada penghasilan. Akhirnya semua dipendam persoalan, tidak fokus belajar, nilai turun,” katanya.

“Adalah keanehan besar jika pekerja saja diberikan subisidi dengan program pelatihan, bahkan uang saku dalam Kartu Prakerja. Sedangkan siswa tidak dibantu gratis pulsa atau paket internetnya,” sambungnya.

Oleh karena itu, Gde Siriana berharap kepada Mendikbud menunjukkan political will untuk kebijakan khusus bantuan fasilitas belajar daring.

Sebagai contoh solusi yang ditawarkannya adalah dengan membuat program khusus seperti halnya Kartu Prakerja.

“Harus jelas kebijakannya. Kebijakan beda dengan kebijaksanaan. Kebijakan harus ada payung hukumnya, terukur tujuan dan implementasinya, ada anggarannya. Pemerintah bisa buatkan program bantuan khusus siswa belajar daring, terdiri dari bantuan gratis paket internet. Negara bisa topup ke nomor HP siswa, atau dikasih sim card sudah terisi paket,” paparnya.

“Bantuan teknis bagi siswa yang masih kesulitan belajar daring alias gaptek, datang ke sekolah bergiliran untuk dapat bimbingan teknis. Ingat Indonesia luas, tidak semua mampu beli HP yang canggih, beli pulsa yang mahal. Jangan heran jika tidak semua paham belajar daring,” ujar Gde Siriana.

(Sumber: jambiekspres.co.id)

Modul Pembelajaran Daring/Luring Pendidikan Agama Islam Untuk SD/MI Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 Kurikulum 2013

Modul Pembelajaran Daring/Luring Pendidikan Agama Islam Untuk SD/MI Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 Kurikulum 2013

BlogPendidikan.net
 - Tahun ajaran baru 2020/2021 baru saja dimulai 13 juli 2020, para guru dan siswa harus bersiap untuk menghadapi proses pembelajaran yang dilangsungkan dari rumah baik daring ataupun luring. 

Khusus daerah yang berada di zona merah, oranye dan kuning harus belajar dari rumah, sesuai surat edaran yang telah diterbitkan oleh Kemendikbud. Belajar dari rumah (BDR) atau bahasa terkini Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang akan dilaksanakan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran secara daring atau luring harus berdasarkan kondisi daerah tersebut, apakah menunjang untuk fasilitas belajar daring atau luring.


Guru harus lebih kreatif dalam membangun proses pembelajaran yang menarik agar selama belajar dari rumah anak-anak tidak merasa jenuh dengan beban tugas yang berat dan proses pembelajaran yang monoton. 

Salah satu penunjang adalah ketersediaan buku pelajaran yang akan diberikan pada anak didik, yang sesuai dengan kondisi keadaan saat ini.

Berikut BlogPendidikan.net akan berbagi referensi buku/modul pembelajaran yang bisa dilakukan secara daring atau luring yang berisi materi dan soal-soal latihan lengkap Pendidikan Agama Islam (PAI) dari kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 Sekolah Dasar (SD) sesuai dengan kurikulum 2013, dapat dibagikan kepada anak didik. modul ini dalam bentuk PDF.

Berikut Modul Pembelajaran Daring dan Luring Pendidikan Agama Islam (PAI) Untuk SD/MI Kelas 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 Kurikulum 2013:

1. Modul PAI Kelas 1 SD/MI >>> LIHAT DISINI
2. Modul PAI Kelas 2 SD/MI >>> LIHAT DISINI
3. Modul PAI Kelas 3 SD/MI >>> LIHAT DISINI
4. Modul PAI Kelas 4 SD/MI >>> LIHAT DISINI
5. Modul PAI Kelas 5 SD/MI >>> LIHAT DISINI
6. Modul PAI Kelas 6 SD/MI >>> LIHAT DISINI

Demikian, semoga apa yang dibagikan BlogPendidiakn.net bermanfaat dan bisa menjadi referensi anda dalam proses pembelajaran dari rumah. Terima kasih dan jangan lupa berbagi.

Masih Banyak Sekolah Tidak Memiliki Jaringan Listrik dan Internet, Sekolah Pelosok Tidak Mampu Gelar PJJ

Masih Banyak Sekolah Tidak Memiliki Jaringan Listrik dan Internet, Sekolah Pelosok Tidak Mampu Gelar PJJ

BlogPendidikan.net
- Pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih diterapkan hampir semua sekolah di Indonesia, terutama yang tidak berada di zona hijau, pada tahun ajaran baru 2020/2021. Hari pertama sekolah telah dimulai pada hari ini, Senin (13/7/2020). 

Kegiatan hari pertama sekolah pun berlangsung tak seperti tahun-tahun sebelumnya, saat situasi sebelum pandemi virus corona. Berbagai tantangan pun harus dihadapi. Permasalahan yang harus dihadapi terutama terkait dengan infrastruktur, seperti listrik dan jaringan internet. 

Selain itu, tidak sedikit keluarga yang tidak memiliki gawai sebagai sarana untuk mengikuti PJJ. Bagaimana catatan untuk pelaksanaan pembelajaran jarak jauh pada tahun ajaran baru ini? Pengamat pendidikan Darmaningtyas menilai, PJJ tidak akan mungkin berjalan dengan baik. 

Oleh karena itu, sejak jauh-jauh hari ia berpendapat bahwa tahun ajaran baru sebaiknya ditunda. "Sudah dapat dipastikan tidak akan bisa berjalan baik, omong kosong kalau ada pejabat Kemendikbud bilang PJJ dapat berjalan baik. Pasti asal jalan atau asal-asalan saja," kata Darmaningyas saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/7/2020). 

Ia mengusulkan, seharusnya awal mulai tahun ajaran baru diganti menjadi Januari agar periode Juli-Desember 2020 ini bisa digunakan untuk menuntaskan pembelajaran yang belum selesai pada semester genap Januari-Juni 2020. "Sedangkan yang harus masuk ke kelas 1 (SD/MI), SMP/MTs, maupun SMA/SMK/MA baru mulai pembelajaran Januari 2021 nanti," kata Darmaningtyas. 

Ia juga menyebut sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh dunia pendidikan, baik bagi siswa maupun guru.

Tantangan itu di antaranya:
  • Masih banyak sekolah yang tidak memiliki jaringan listrik dan internet. 
  • Tidak banyak yang memiliki komputer/laptop sehingga proses pembelajaran PJJ hanya dilakukan dengan menggunakan ponsel. Tentu saja ponsel banyak memiliki keterbatasan, terutama fitur-fiturnya untuk menunjang pembelajaran dan kameranya yang terlalu kecil. 
  • Banyak yang ponselnya sudah usang, sekadar bisa untuk WhatsApp, tetapi tidak bisa untuk mengunduh materi dan sejenisnya. 
  • Tidak semua orang memiliki uang untuk mengisi kuota internet sesuai dengan kebutuhan. 
  • Bagi golongan menengah ke bawah, ponsel mereka terbatas, sementara anaknya yang bersekolah lebih dari satu. 
Hal ini jelas akan jadi persoalan, mana yang harus dapat prioritas. Menurut Darmaningtyas, sederet kendala yang menyulitkan itu seharusnya membuat Kemendikbud sadar bahwa pelaksanaan PJJ tidak mungkin optimal. Namun, menurut dia, selama ini usulan dari lapangan tidak pernah didengar oleh Menteri Pendidikan. 

"Ya menterinya tidak mau dengerin masukan dari lapangan, ya biarin saja amburadul," kata Darmaningtyas.

Sekolah Pelosok Tidak Mampu Gelar PJJ

Mengutip harian Kompas, Senin, 13 Juli 2020, pembelajaran jarak jauh bagi para siswa tidak dapat terlaksana di daerah-daerah pelosok. Lebih dari 47.000 satuan pendidikan tak memiliki akses listrik serta internet. Di Papua, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Papua mendata ada 14 daerah yang sama sekali tidak melaksanakan kegiatan pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19. 

Daerah-daerah itu meliputi Puncak, Puncak Jaya, Yalimo, Mamberamo Tengah, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya, Lanny Jaya, Nduga, Asmat, Boven Digoel, Yahukimo, Pegunungan Bintang, dan Mamberamo Raya. ”Sebanyak 14 daerah ini minim infrastruktur internet,” kata Kepala LPMP Provinsi Papua Adrian Howay, Minggu (12/7/2020) di Jayapura. Oleh karena itu, PJJ praktis hanya bisa dilaksanakan di kota besar, seperti Jayapura dan Mimika. 

Bahkan, di kota pun, tak semua orangtua mampu menyediakan kuota internet atau membelikan gawai bagi anak untuk mengikuti PJJ. Tidak hanya di Papua, PJJ pun sulit diterapkan di Maluku. Selain tidak semua wilayah terjangkau akses internet, sebagian keluarga kesulitan untuk membelikan gawai sebagai sarana belajar anak-anak. 

”Di Dobo (ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru), sinyal internet lemah, apalagi di kampung-kampung. Di kampung, sinyal untuk telepon pun susah,” ujar Mila Ganobal, tokoh pemuda Kepulauan Aru. Kepulauan Aru terdiri atas 547 pulau. Di wilayah ini ada 117 desa yang tersebar di 10 kecamatan dengan jumlah penduduk sekitar 113.000 jiwa. 

Sebagian warganya hidup di bawah garis kemiskinan, terlebih selama pandemi, ekonomi masyarakat sangat terpukul. Kondisi serupa dialami siswa di Pulau Seira, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Untuk siswa SD, setiap guru ditugaskan mendatangi rumah siswa satu per satu. ”Siswa SMP dan SMA ini agak susah diatur pembelajarannya. 

Yang jauh dari sekolah diharapkan belajar sendiri di rumah. Tidak ada interaksi dengan guru,” tutur Pendeta Devi P Lopulalan, tokoh agama di Seira. Sementara itu, di Lampung, Kepala SMK Penerbangan Raden Intan Bandar Lampung Suprihatin menyampaikan, tak semua siswa mempunyai gawai untuk PJJ. 

Padahal, sebagian besar kegiatan belajar dilakukan melalui aplikasi WhatsApp atau Zoom. Siswa yang tidak mempunyai gawai diminta datang ke sekolah untuk mengambil tugas dari guru. Siswa lalu mengirimkan tugas melalui surel.