Showing posts with label Pembelajaran. Show all posts
Showing posts with label Pembelajaran. Show all posts

Ini 5 Cara Membuka dan Menutup Pelajaran Dengan Baik dan Benar

5 Cara Membuka dan Menutup Pelajaran Dengan Baik dan Benar

BlogPendidikan.net
 - Dikatakan bahwa membuka pelajaran merupakan suatu keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran yang bertujuan merangsang motivasi siswa dan semangat siswa dalam belajar pada awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, agar proses pembelajaran berlangsung dan terselesaikan dengan baik.

Banyak cara yang dilakukan guru dalam mengawali atau membuka pelajaran sesuai dengan kemampuannya dan karakteristik materi yang akan diajarkan. kemampuan membuka pelajaran ini juga sangat menentukan dan penting dikuasai oleh guru. Agar proses pembelajaran di kelas tidak monoton dan selalu bervariasi.


Berikut Cara Membuka Pelajaran Yang Baik dan Benar :

1. Menyapa dan memberi salam penuh kehangatan

Hal ini penting dilakukan oleh seorang guru, sebelum memulai pelajaran di kelas. Dengan menyapa dan salam yang penuh semangat, keceriaan dan kehangatan. Siswa akan terpanggil menyapa dan menjawab salam dengan penuh semangat pula, dan kelaspun menjadi ramai.

2.. Menarik perhatian siswa

Perhatian dalam proses pembelajaran adalah kesanggupan untuk memusatkan seluruh aktivitas siswa agar tertuju kepada kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Upaya yang dapat digunakan guru untuk mengkondisikan siswa agar perhatian siswa tertuju kepada materi ajar antara lain:

* Gaya mengajar guru. Perhatian dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti posisi, atau kegiatan yang berbeda dari biasanya.

* Penggunaan alat bantu mengajar. Seperti: gambar, model, skema, disamping menarik perhatian memungkinkan  terjadinya kaitan antara hal yang telah diketahui dengan hal yang dipelajari

* Pola interaksi yang bervariasi. Pola interaksi harus dikembangkan secara interaktif sehingga menarik perhatian siswa. Pola interaksi harus diupayakan kesemua arah tidak hanya satu arah, seperti guru-siswa, siswa-siswa, siswa-guru.

* Tempat belajar. Misal: selain kelas, guru dapat merancang tempat belajar di luar kelas seperti perpustakaan, taman sekolah, dan laboratorium.

3. Menumbuhkan motivasi siswa

Motivasi adalah suatu kekuatan atau energi yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas. Motivasi sangat penting untuk dimiliki, dipelihara dan ditingkatkan pada setiap siswa. Alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam pembelajaran antara lain:


* Kehangatan dan semangat. Guru hendaknya memiliki sikap yang ramah, penuh semangat dan hamgat dalam berinterksi dengan peserta didik. Sikap demikian akan membangkitkan motivasi belajar, rasa senang dan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.

* Membangkitkan rasa ingin tahu. Untuk membangkitkan rasa ingin tahu dalam diri peserta didik, guru dapat melakukan berbagai kegiatan, antara lain bercerita, yang menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan berbagai pertanyaan berkaitan dengan apa yang telah diceritakan atau didemonstrasikan. Kegiatan semacam ini akan efektif untuk membangkitkan motivasi belajar peserta didik.

* Mengemukakan ide yang bertentangan. Ide yang bertentangan dapat dikemukakan guru sekolah dasar pada semua tingkat kelas. Ide dan pertanyaan yang dikemukakan perlu disesuaikan dengan tingkat kelasa.
* Memperhatikan minat belajar peserta didik. Agar proses pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar, maka apa yang disajikan harus sesuai dengan minat peserta didik. Karena setiap peserta didik memiliki perbedaan individual, sulit bagi guru untuk memperhatikan minat peserta didiknya, karena setiap peserta didik akan memilki minat yang berbeda dengan peserta didik lainya. Namun demikian ada minat-minat umum yang dapat diperhatiakan guru sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya (seperti usia, jenis kelamin, lingkungan, adat, budaya, status sosial ekonomi masyarakat umumnya). Agar guru dapat mengajar dengan memperhatikan minat belajar peserta didik, maka perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut.

4. Memberi acuan pelajaran

Abimanyu mengemukakan bahwa memberi acuan adalah “usaha mengemukakan spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan peserta didik memperoleh gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajri dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari materi pembelajaran”.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memberikan acuan dapat dilakukan dengan cara yaitu:

* Mengemukan tujuan dan batas-batas tugas. Untuk memulai pelajaran guru hendaknya mengemukan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan peserta didik agar mereka memperoleh gambaran mengenai ruang lingkup materi yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan.

* Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan. Pada awal pembelajaran atau pada saat-saat tertentu selama pembelajaran, peserta didik akan terarah cara belajarnya atau dalam mengerjakan tugas-tugas, jika guru senantiasa memberikan saran-saran mengenai langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh terlabih dahulu atau dengan melakukan suatu demonstrasi.


* Meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya guru meningkatkan peserta didik untuk menemukan hal-hal yang positif dan sifat–sifat mengenai sesuatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan sebagainya.

* Mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sebelum menjelaskan materi pembelajaran akan mengarahkan peserta didik terhadap pelajaran yang akan dipelajari misalnya, sebelum dijelaskan bahwa hujan berasal dari uap, guru dapat, mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu peserta didik memahami terjadinya penguapan.

5. Membuat kaitan materi pelajaran

Untuk membuat kaitan dalam membuka pelajaran, guru dapat melakukannya dengan menghubungkan antara meteri yang akan disampaikan dengan materi yang telah dikuasai peserta didik.Disamping itu perlu dikaitkan dengan pengalaman, minat dan kebutuhan peserta didik. Cara yang dapat dilakukan guru antara lain:

* Mengajukan pertanyaan apersepsi.
* Mengulas sepintas garis besar isi pelajaran yang telah lalu.
* Mengaitkan materi yang diajarkan dengan lingkungan peserta didik.
* Menghubungkan bahan pelajaran yang sejenis dan berurutan.

Seperti halnya membuka pelajaran juga tidak kurang pentingnya. Setelah guru melaksanakan kegiatan inti, guru harus menyisakan waktu beberapa menit untuk aktivitas menutup pelajaran. 

Kegiatan menutup pelajaran bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan sudah tercapai, seberapa banyak siswa yang sudah mencapai tujuan, dan bagian mana materi ajar yang belum dipahami oleh siswa.

Dengan informasi tersebut guru bisan merencanakan tindak lanjut seperti pengayaan, remedial, dan sebagainya. Jadi, yang dimaksud menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri inti pelajaran.


5 cara yang dilakukan guru menutup pelajaran dengan baik dan benar untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah :

1. Meninjau kembali materi yang diberikan, dengan cara

* Merangkum Inti Pelajaran
* Membuat Ringkasan 

Kedua kegiatan tersebut dapat dilakukan guru dengan melibatkan siswa, tidak disampaikan secara definitif. Melibatkan siswa dalam merangkum inti pelajaran atau meringkas, membantu mereka untuk memahami lebih baik dan bertahan di dalam ingatan siswa lebih lama.

2. Melakukan evaluasi terhadap penguasaan materi

Terdapat 4 cara melakukan evaluasi penguasaan materi adalah:

* Mendemonstrasikan Keterampilan. 

Misalnya memperagakan konsep hukum pascal menggunakan botol aqua bekas yang dilubangi pada beberapa tempat pada ketinggian sama dengan ukuran lubang sama besar. Dipotong bagian atasnya, sehingga yang digunakan, dari atas sampai ke bawah penampangnya sama besar. Mengisi botol tersebut dengan air, dan menyuruh siswa memperhatikan pancaran air yang keluar dari lubang.

* Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain.

Misalnya guru membahas pompa hidrolik sebagai contoh penerapan hokum pascal. Pada kegiatan penutuk guru menbahas tentang jarum suntik. 

* Mengekspresikan pendapat siswa sendiri

Guru menunjuk siswa tertentu untuk menyampaikan penjelasannya tentang materi atau bagian dari materi yang sudah dipelajari. Siswa lain diberi kesempatan untuk melengkapi, mengulas, atau menyanggahnya.

* Memberikan latihan tertulis

Pemberian latihan dapat dilakukan di dalam kelas, bila waktu masih tersedia. Bila tidak ada waktu guru dapat member pekerjaan rumah. Latihan disini tidak hanya berbentuk soal, namun bisa berupa narasi, laporan hasil pengamatan, atau bentuk lainnya. 

3. Memberikan tindak Lanjut

Informasi yang didpat guru pada saat menutup pelajaran dimanfaatkan sebagai umpan balik untuk merencanakan tindak lanjut yang tepat sasaran. Dua aktivitas yang dapat direncanakan guru setelah menutup pelajaran adalah:


* Pembelajaran Remidial bagi siswa yang belum mencapai tujuan pembelajaran. Yang perlu diingat oleh guru adalah, bahwa belum mencapai tujuan pembelajaran tidak sama dengan pencapaian ketuntasan. Seorang anak yang sudah mencapai ketuntasan belum tentu mencapai tujuan pelajaran. Karena ketuntasan hanya dipatok beberapa presen dari keseluruhan tujuan pembelajaran. 

* Pembelajaran Pengayaan, bagi siswa yang sudah menguasai materi ajar secara penuh (seratus presen tujuan pelajaran tercapai), guru perlu merencanakan materi dan bentuk pembelajaran pengayaan yang tepat.

4. Menyampaikan kesan dan pesan selama pembelajaran

Dalam menyampaikan kesan dan pesan selama proses pembelajaran bisa dilakukan oleh siswa dan guru, kesan siswa selama proses pembelajaran, untuk mengetahui sampai sejauh mana perhatian dan pemahaman siswa terhadap materi, dan kesan guru bahwa pelajaran hari ini sangat penuh makna dengan menceritakan materi yang dihubungkan dengan kejadian di sekitar.

5. Menutup pelajaran dengan memberi motivasi

Seyogyanya guru setiap kali mengakhiri proses pembelajaran selain, bernyanyi, dan salam, yang lebih utama memberikan motivasi kepada siswa, agar pada pembelajaran berikutnya tetap semangat dan konsentrasi.

Demikian semoga artikel ini bermanfaat dan memberi pencerahan bagi Bapak/Ibu guru. jangan lupa berbagi.

Ikuti dan baca artikel lainnya BlogPendidikan.net di GOOGLE NEWS

Hal Apa Saja Yang Dapat Dilakukan Melalui Pembiasaan Kecil Namun Berdampak Baik di Awal Pembelajaran

Hal Apa Saja Yang Dapat Dilakukan Melalui Pembiasaan Kecil Namun Berdampak Baik di Awal Pembelajaran

BlogPendidikan.net
- Ada banyak hal kecil yang dapat kita lakukan di awal pembelajaran untuk menjadi kebiasaan baik bagi siswa kita. Hal-hal kecil tersebut terkadang tidak kita sadari dan malah terkadang terlewatkan karena beberapa alasan. 

Padahal, dampak yang dirasakan bila menjadi kebiasaan nantinya sangatlah besar manfaatnya. Penanaman karakter kepada siswa haruslah dimulai dari saat mereka datang di awal memulai pelajaran. 
Guru yang baik itu bukan hanya membagikan ilmu pengetahuan saja, namun dapat mendidik siswa. Ki Hajar Dewantara juga mengatakan kita harus dapat menuntun siswa sesuai kodratnya dan membentuk karakternya melalui penanaman sikap-sikap positif, motivasi, teladan serta pembiasaan kecil yang berdampak besar tersebut.

Lalu apa saja yang dapat dilakukan melalui pembiasaan kecil namun berdampak baik di awal pembelajaran tersebut?

1. Mulailah dari diri sendiri.

Perilaku guru menjadi faktor penentu kepribadian siswa. Guru bukan hanya terampil dalam mengajar atau berbicara di depan kelas. Namun lebih kepada menjadi teladan bagi siswa. Kita harus lebih hati-hati dalam bersikap, penampilan serta tutur kata kita menjadi “contekan” bagi siswa. 

Periksa dan perhatikan diri kita, bagaimana penampilan kita. Apakah sesuai dengan keadaan dan situasi. Gunakan pakaian rapi, sopan dan bersih. Aroma tubuh guru pun akan mempengaruhi mood siswa. Jangan pula berlebihan dalam penampilan atau riasan. Guru yang berpenampilan menarik akan membuat minat siswa antusias dalam mengikuti pelajaran kita. 

2. Membiasakan mengucap salam.

Saya menanamkan keyakinan kepada siswa, salam adalah doa. Jadi dengan mengucap salam dan menyahutinya, kita sudah mendoakan diri kita dan orang lain. Pembiasaan ini dapat dilakukan saat ada guru maupun tidak ada guru serta kepada siapapun. 
Sikap yang diteladani adalah sopan santun dan saling menghargai. Jadi, dengan terbiasa mengucap salam saat di kelas, akan muncul keyakinan bahwa salam dapat dipakai atau dipergunakan saat bertemu dengan orang lain baik kepada yang lebih muda dari mereka ataupun kepada orang yang lebih tua. 

Dengan harapan sikap sopan santun akan muncul dari dalam diri siswa dan mereka lebih menghargai kepada orang lain.

3. Membaca doa belajar

Pembiasaan baik ini dilakukan untuk kita selalu mengingat kepada tuhan yang maha esa bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari tuhan. Dengan membaca doa pula ada harapan mendapat ilmu yang barokah serta kebermanfaatan dalam belajar yang dilakukan. 

Ciri manusia beriman adalah selalu ingat dengan tuhan, maka dari itu sesuai pula dengan sila ke 1 pancasila, pembiasaan baik ini menurut saya wajib dan harus selalu dilakukan di awal pembelajaran bersama siswa. Keyakinan yang saya tanamkan kepada siswa adalah, tuhan maha pemberi. 

Lalu manusia adalah hamba yang penuh kekurangan, untuk itulah kita harus selalu berdoa meminta pertolongan kepada tuhan. Untuk pelaksanaannya mulailah dari doa-doa sederhana dan mudah diingat siswa. Jangan paksakan bila siswa belum mampu, pandulah dalam membaca doa. Pelan-pelan setelah mulai hafal doanya, tunjuklah pemimpin doa. 
Pemimpin dapat dipilih dari siswa yang lebih dulu datang sekolah atau yang paling semangat. Hal itu dilakukan untuk mengapresiasi siswa tersebut dan memotivasi siswa lain agar selalu berangkat sekolah penuh semangat dan lebih awal.

4. Mengucapkan pancasila

Saat ini banyak orang dewasa yang tidak hafal Pancasila, malah sebagian Pancasila acapkali dibuat “candaan”. Lalu bila tidak hafal dan tahu akan sila-silanya bagaimana kita dapat mengamalkan nilai-nilainya dalam kehidupan kita. Langkah mudah dalam pelaksanaannya adalah pemimpin kelas mengucapkan dan diikuti oleh seluruh siswa dikelas. 

Setelah selesai kegiatan ini, guru dapat memberikan contoh sikap-sikap pengamalan dari salah satu silanya, sebagai contoh adalah guru dapat mengapresiasi pembiasaan siswa yang rajin belajar dan semangat sekolah adalah bentuk dari pengamalan sila ke-2.

5. Menyanyikan lagu wajib

Selain dapat memupuk rasa nasionalisme kepada siswa, kebermanfaan dalam pembiasaan menyanyikan lagu-lagu wajib ini juga akan menambah semangat siswa dalam belajar. Kaitkan materi ajar dengan isi kandungan lagu wajib yang dinyanyikan. Semisal kita akan mempelajari geografi negara Indonesia, maka kita bisa menyanyikan lagu “Dari Sabang Sampai Merauke”. 

Dengan dipimpin oleh guru atau bisa juga oleh siswa yang berada di depan, diiringi oleh tepukan tentunya siswa akan bersemangat dalam memulai pembelajaran serta tertarik dalam mengikuti pelajaran yang kita lakukan bersama mereka. Dampak jangka panjang pun siswa akan terbiasa dengan semangat-semangat kebangsaan, cinta tanah air dan menghargai kemerdekaan dengan belajar.

6. Menghafalkan Materi Ajar

Pada kegiatan ini, siswa kita biasakan untuk melakukan pengulangan materi dengan cara menghafalkan materi yang berkaitan dengan pelajaran kita. Saya ambil contoh saat kita belajar tentang matematika, kita dapat meminta siswa bersama-sama menghafalkan perkalian, rumus- rumus matematika, atau mengenai ciri-ciri bangun datar/ruang. Dengan perilaku yang berulang harapannya siswa dapat mengingat materi tersebut hingga lama. 
Dengan adanya pembiasaan-pembiasaan kecil di atas, seyogyanya guru dapat menerapkan dan membiasakan di kelas sejak awal pembelajaran, tidak mesti sama atau harus seperti penerapan saya di atas. 

Kita dapat memodifikasi berbagai pembiasaan baik yang ada menyesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa kita. Pada hakikatnya pula, masa-masa awal pembelajaran adalah masa dimana siswa semangat tinggi dalam belajar. 

Mereka tak sabar ingin tahu apa materi dan cara belajar yang bagaimana akan dilakukannya hari ini. Sehingga tugas guru memberi motivasi dan semangat diawal pelajaran tersebut dengan melakukan pembiasaan baik yang berdampak besar.

Terimakasih telah berkunjung, jika artikel ini bermanfaat jangan lupa berbagi.

Ikuti dan baca artikel lainnya BlogPendidikan.net di GOOGLE NEWS

4 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penilaian Pengetahuan Mengukur Kompetensi Siswa

4 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penilaian Pengetahuan Mengukur Kompetensi Siswa

BlogPendidikan.net
- Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merujuka pada Bloom Taxonomy yang pertama kali  dikenalkan oleh sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956 dan dikembangkan lebih lanjut oleh Anderson and Krathwol pada tahun 2001. 

Bloom Taxonomy mengkategorikan capaian pembelajaran menjadi tiga domain, yaitu dimensi pengetahuan yang terkait dengan penguasaan pengetahuan, dimensi sikap yang terkait dengan penguasaan sikap dan perilaku, serta dimensi ketrampilan yang terkait dengan penguasaan ketrampilan. 
Dimensi pengetahuan diklasifikasikan menjadi faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif. Diimensi proses kognitif ini tersusun secara hirarkis mulai dari mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), menilai (evaluating), dan mengkreasi (creating).

Penilaian pengetahuan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur proses dan hasil pencapaian kompetensi peserta didik yang berupa kombinasi penguasaan proses kognitif (kecakapan berpikir) mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi dengan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.
Berikut 7 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penilaian Pengetahuan Mengukur Kompetensi Siswa:

1. PENGETAHUAN FAKTUAL

Elemen-elemen dasar yang harus diketahui peserta didik untuk mempelajari suatu ilmu atau menyelesaikan masalah di dalamnya.
- Pengetahuan tentang terminologi
- Pengetahuan tentang detail elemen yang spesifik
Contoh:
Kosakata teknis, simbol-simbol, musik, legenda peta, sumber daya alam pokok,
sumber-sumber informasi yang reliabel

2. PENGETAHUAN KONSEPTUAL

Hubungan-hubungan antar elemen dalam struktur besar yang memungkinkan
elemennya berfungsi secara bersama-sama.
1. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori
2. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi
3. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur
Contoh: 
Bentuk-bentuk badan usaha; periode waktu geologi, Rumus Pythagoras, hukum
permintaan dan penawaran, Teori Evolusi, struktur pemerintahan desa.

3. PENGETAHUAN PROSEDURAL

Pengetahuan tentang bagaimana (cara) melakukan sesuatu, mempraktekkan
metode-metode penelitian, dan kriteria-kriteria untuk menggunakan keterampilan, algoritma, dan metode.
1. Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma
2. Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu
3. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat
Contoh:
Keterampilan melukis dengan cat air, algoritma pembagian seluruh bilangan, teknik wawancara, penerapan metode ilmiah dalam pembelajaran, kriteria untuk menentukan kapan harus menerapkan prosedur hukum newton, kriteria yang digunakan untuk menilai fisibilitas metode.

4. PENGETAHUAN METAKOGNITIF

Metakognitif merupakan kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar,
kemampuan untuk menilai kesukaran sesuatu masalah, kemampuan untuk
mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan berbagai
informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan menilai kemajuan belajar sendiri.  
Metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara ringkas metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about thinking

Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan strategi, pengetahuan tugas-tugas berpikir (kognitif) dan pengetahuan pribadi.
1. Pengetahuan strategis
2. Pengetahuan tentang tugas-tugas
3. Pengetahuan diri
Contoh:
Pengetahuan tentang suatu skema untuk mengetahui struktur suatu pokok bahasan dalam buku teks, pengetahuan tentang penggunaan metode penemuan atau pemecahan masalah. 

Pengetahuan tentang berbagai tes kognitif yang dibuat oleh pendidik, pengetahuan tentang beragam tugas kognitif Pengetahuan bahwa diri sendri kuat dalam mengkritis esay namun lemah dalam menulis esay, Pengetahuan tentang tingkat pengetahuan yang dimiliki diri sendiri.

Demikian artikel tentang 4 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penilaian Pengetahuan Mengukur Kompetensi Siswa, semoga bermanfaat.

Ikuti dan baca artikel lainnya BlogPendidikan.net di GOOGLE NEWS

5 Metode Membaca dan Menulis Permulaan Pada Kelas Rendah

5 Metode Membaca dan Menulis Permulaan Pada Kelas Rendah

BlogPendidikan.net
- Keterampilan menulis dan membaca merupakan keterampilan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Keterampilan ini menjadi sarana untuk merekam atau mengungkapkan pikiran, perasaan atau informasi yang ada. 

Menulis merupakan ekspresi/ungkapan dari bahasa lisan ke dalam suatu bentuk goresan/coretan. Pada setiap manusia, kepemilikan keterampilan dasar ini diawali dari ketika anak pura-pura menulis di atas kertas, pasir atau media lainnya dalam bentuk coretan-coretan sampai anak mampu menirukan bentuk tulisan yang sesungguhnya.

Berikut Metode pembelajaran bahasa Membaca dan menulis Permulaan di kelas rendah adalah sebagai berikut:

1. Metode Eja/Abjad 

Metode ini merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelajaran pertama dimulai dengan pengenalan abjad “a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya. Guru sering mengajarkannya melalui lagu ABC.
Penggunaan metode ini kerap kali menimbulkan kecenderungan mengeja, yaitu membaca huruf demi huruf. Kecenderungan ini menghambat proses penguasaan kemampuan membaca permulaan.

2. Metode Bunyi

Metode ini juga merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelaksanaannya hampir sama dengan metode abjad. Namun, huruf-huruf tidak disebut dengan nama abjadnya, melainkan nama bunyinya. 

Jadi, huruf “m” tidak diucapkan sebagai [em] atau [em] melainkan [m]. Bunyi-bunyi konsonan dirangkai dengan bunyi vokal sehingga membentuk suku kata

3. Metode suku kata dan metode kata

Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, dan seterusnya. Suku kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna

4. Metode Global

Global memiliki arti secara utuh atau bulat. Yang disajikan pertama kali dalam metode global kepada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. 
Gambar itu ditujukkan untuk mengingatkan siswa kepada kalimat yang ada di bawahnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.

5. Metode Struktural Analisis Sintesis (SAS)

Metode SAS diawali dengan perkenalan struktur kalimat pada anak. Kemudian anak diajak untuk melakukan proses analitik untuk mengenal konsep kata.

Kalimat utuh yang diperkenalkan pada anak untuk pertama kali akan diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil di sebut kata hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi yakni huruf.

Bagaimana Mengetahui Pembelajaran Berdiferensiasi, Berikut 7 Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

Bagaimana Mengetahui Pembelajaran Berdiferensiasi, Berikut 7 Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

BlogPendidikan.net
- Dengan semakin banyaknya keberagaman peserta didik di sekolah maka kurikulum yang fleksibel sangat diperlukan. Cheong (2013) mengatakan bahwa fleksibilitas dari kurikulum biasanya terjadi di seputaran peserta didik yaitu tentang apa pilihan yang tersedia bagi peserta didik dan bagaimana pilhan tersebut mempengaruhi pembelajaran mereka.

Kurikulum yang fleksibel ini peserta didik dapat mengelola sendiri proses pembelajaran dan lingkungan belajarnya. Oleh karena itu, kurikulum fleksibel yang dimaksud dalam tulisan ini adalah seperangkat rencana atau program yang bersifat lentur, luwes, dan dapat disesuaikan dengan keadaan, kapasitas, dan kebutuhan peserta didik yang beragam sebagai pedoman dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dengan diterapkannya kurikulum yang fleksibel, terciptanya iklim pembelajaran berdiferensiasi.

Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Keragaman layanan dari tinjauan perbedaan karakteristik peserta didik disebut dengan diferensiasi pembelajaran. 

Ketika peserta didik datang ke sekolah, mereka memiliki berbagai macam perbedaan baik secara kemampuan, pengalaman, bakat, minat, bahasa, kebudayaan, cara belajar, dan masih banyak lagi perbedaan lainnya. 

Oleh karena itu, tidak adil rasanya jika guru yang mengajar di kelas hanya memberikan materi pelajaran dan juga menilai peserta didik dengan cara yang sama untuk semua peserta didik yang ada di kelasnya. 

Guru perlu memperhatikan perbedaan para peserta didik dan memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan satu cara untuk guru memenuhi kebutuhan setiap peserta didik karena pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya.

Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

Carol Tomlinson sebagai pionir dari pembelajaran berdiferensiasi dengan menuliskan bahwa ada beberapa karakteristik dasar yang menjadi ciri khas dari pembelajaran berdiferensiasi ini.

Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bersifat proaktif

Guru secara proaktif dari awal sudah mengantisipasi kelas yang akan diajarnya
dengan merencanakan pembelajaran untuk peserta didik yang berbeda-beda. Jadi
bukan menyesuaikan pembelajarannya dengan peserta didik sebagai reaksi dari evaluasi tentang ketidakberhasilan pelajaran sebelumnya.

2. Menekankan kualitas daripada kuantitas

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, kualitas dari tugas lebih disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Jadi bukan berarti anak yang pandai setelah selesai mengerjakan tugasnya akan diberi lagi tugas tambahan yang sama, namun ia diberikan tugas lain yang dapat menambah keterampilannya. 

3. Berakar pada asesmen 

Guru selalu mengases para peserta didik dengan berbagai cara untuk mengetahui
keadaan mereka dalam setiap pembelajaran sehingga berdasarkan hasil asesmen tersebut, guru dapat menyesuaikan pembelajarannya dengan kebutuhan mereka. 

4. Menyediakan berbagai pendekatan dalam konten, proses pembelajaran, produk yang dihasilkan, dan juga lingkungan belajar. 

Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada 4 unsur yang dapat disesuaikan dengan tingkat kesiapan peserta didik dalam mempelajari materi, minat, dan gaya belajar mereka. Ke empat unsur yang disesuaikan adalah konten (apa yang dipelajari), proses (bagaimana mempelajarinya), produk (apa yang dihasilkan setelah mempelajarinya), dan lingkungan belajar (iklim belajarnya)

5. Berorientasi pada peserta didik

Tugas diberikan berdasarkan tingkat pengetahuan awal peserta didik terhadap
materi yang akan diajarkan sehingga guru merancang pembelajaran sesuai dengan level kebutuhan peserta didik. Guru lebih banyak mengatur waktu, ruang, dan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik daripada menyajikan informasi kepada peserta didik.

6. Merupakan campuran dari pembelajaran individu dan klasikal

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk kadang-kadang belajar bersamasama secara klasikal dan dapat juga belajar secara individu.

7. Bersifat hidup

Guru berkolaborasi dengan peserta didik terus menerus termasuk untuk menyusun tujuan kelas maupun individu dari para peserta didik. Guru memonitor bagaimana pelajaran dapat cocok dengan para peserta didik dan bagaimana penyesuaiannya.

Rujukan : Buku PRINSIP PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI (DIFFERENTIATED INSTRUCTION) KemendikbudRistek, dan Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan.

4 Contoh Angket Siswa : Motivasi Belajar, Minat Belajar, Kemandirian Belajar dan Respon Terhadap Pembelajaran

4 Contoh Angket Siswa : Motivasi Belajar, Minat Belajar, Kemandirian Belajar dan Respon Terhadap Pembelajaran

BlogPendidikan.net
 - Dalam proses pembelajaran terkadang guru tidak mengetahui sampai sejauh mana minat, motivasi, kemandirian dan respon siswa terhadap pelajaran yang telah diberikan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memberikan angket penilaian siswa terhadap mata pelajaran yang telah diberikan.

Angket Adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Melalui angket, hal-hal tentang diri responden dapat diketahui. 

Baca Juga:
Misalnya tentang keadaan, atau data dirinya seperti pengalaman, sikap, minat, kebiasaan belajar dan sebagainya. Isi angket dapat berupa pertanyaan-pertanyaan tentang responden. 

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh jawaban yang objektif. Juga perlu dijalin kerjasama antara pemberi angket dan responden melalui pengantar angket yang simpatik, sehingga responden terdorong bekerja sama dan rela mengisinya secara jujur.

Baca Juga:
Berikut BlogPendidikan.net akan memberikan beberapa contoh angket siswa yang terdiri dari: Motivasi Belajar, Minat Belajar, Kemandirian Belajar dan Respon Terhadap Pembelajaran. Yang bisa Anda download pada tautan dibawah ini.

Angket Motivasi Belajar >>> UNDUH
Angket Minat Belajar >>> UNDUH
Angket Kemandirian Belajar >>> UNDUH
Angket Respon Terhadap Pembelajaran >>> UNDUH

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan). Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

Menjadi Guru SD Itu Berat Tapi Menyenangkan, Berikut 9 Suka Duka Menjadi Guru SD

Menjadi Guru SD Itu Berat Tapi Mengasyikan, Awet Muda, Selalu Belajar dan Diingat Murid

BlogPendidikan.net
- Menentukan pilihan dan cita-cita menjadi seorang guru SD membutuhkan komitmen yang tegas, bukan asal ikut-ikutan saja demi mengejar rupiah.

Menjadi guru SD itu pilihan dan benar-benar membutuhkan komitmen yang kuat. Kenapa? karena guru itu harus mengajar di depan murid yang notabenenya adalah anak orang lain yang harus kita didik. 

Guru harus memberikan contoh-contoh dan pengajaran yang baik pula kepada para muridnya untuk menghasilkan murid-murid yang baik secara akademik dan karakter.
karena guru harus memiliki banyak topeng, di mana ketika guru ada masalah keluarga ataupun masalah lainnya, mereka harus tetap tegar, tersenyum dan sepenuhnya mengajar para murid di sekolah. 

Namun menjadi seorang guru SD itu memang berat tapi juga asyik. 

Berikut 9 suka duka menjadi seorang guru SD:

1. Memiliki banyak relasi

Menjadi seorang guru atau pendidik, tentunya kita akan berhubungan dengan banyak murid dan juga orang tua murid, dan hal itu merupakan hal yang baik karena akan menambahkan relasi bagi seorang guru. 

2. Menghadapi hal-hal lucu dengan para murid

Banyak hal lucu yang akan terjadi di kelas, hal ini akan dialami bagi guru TK, SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Terlebih anak-anak playgroup hingga SD, mereka sering kali melakukan hal lucu seperti memberikan hadiah kepada guru, memberikan perhatian kepada guru dengan hal-hal yang lucu dan lain sebagainya. Bagi guru SMP dan SMA hal lucu yang akan mereka jumpai adalah ketika si murid mulai curhat menganai masalah pribadi mereka, terlebih mengenai masalah cinta mereka yang complicated. 

3. Awet muda

Kalian sadar ngga sih kalau guru kalian, terutama guru TK, SD kalian itu keliatannya kaya waktu kalian TK dan SD dulu? mereka kaya ngga berubah gitu…nah, itu menjadi salah salah satu hal positif buat guru yang akan selalu keliatan muda.
4. Kreatifitas terasah

Sebagai guru, terutama di era saat ini kreatifitas sangat dijunjung tinggi, karena siswa saat ini sudah beda dengan jaman dulu yang cukup dengan penjelasan di papan tulis saja. Sekarang dengan adanya teknologi yang semakin maju maka guru pun harus kreatif mengolah pembelajarannya baik dengan e-learning ataupun dengan games supaya siswa senang, dan happy tapi pelajaran tetap mereka terima. 

5. Selalu belajar

Ilmu pengetahuan saat ini semakin maju dan sebagai guru juga harus terus belajar dan hal itu akan mengasah otak guru untuk tetap pintar dan cerdas. 

6. Selalu diingat siswa

Nah, sebagai guru akan selalu diingat oleh muridnya. Guru mungkin saja melupakan muridnya tapi seorang murid tidak akan melupakan gurunya. Kalian juga pasti masih ingat sama guru-guru kalian kan?

7. Siap-siap stress dan memiliki topeng banyak

Setiap anak memiliki keunikannya masing-masing dan karakter yang berbeda satu sama lain di dalam kelas, sehingga seorang guru harus memiliki mental dan jiwa yang kuat untuk menghadapi kelakuan setiap muridnya. Siap stres dan harus tetap setia dengan pekerjaannya. Selain itu, guru harus memiliki topeng yang banyak, misalkan saja ketika guru ada masalah pribadi, guru harus tetap terlihat tegar di hadapan para murid, guru harus terlihat semangat dan ceria. 
8. Administrasi banyak

Guru tidak hanya mengajar di dalam kelas, namun guru juga harus menyelesaikan administrasinya seperti membuat RPP, Prota, Promes dan lain sebagainya, belum lagi guru harus membuat soal ulangan dan mengkoreksinya. Pekerjaan tersebut bisa saja sampai dibawa pulang.

9. Selalu ceria bila bertemu siswa

Setibanya disekolah penat, beban yang dirasakan dari rumah hilang seketika bertemu siswa yang selalu ceria memberi suasana yang gembira dan ceria dalam proses pembelajaran. Guru akan merasakan kenyamanan disaat berada ditengah-tengah siswa yang penuh keceriaan.

Menjadi guru SD memang berat dan penuh tantangan, tapi asyik juga lho menjadi guru karena menjadi guru sama dengan membantu anak untuk mencapai cita-cita mereka dan sebagai guru juga ikut serta dalam mencerdaskan anak bangsa. 

Guru harus sayang terhadap muridnya, dan bagi kamu yang memiliki pasangan seorang guru, kalian harus bangga karena mereka saja menyayangi murid-murid mereka, apalagi kamu sebagai pasangannya.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

Contoh Format Catatan Harian Guru Dalam Proses Pembelajaran

Contoh Format Catatan Harian Guru Dalam Proses Pembelajaran

BlogPendidikan.net
 - Dalam memberikan pembelajaran kepada siswa, diharuskan dan wajib memiliki buku catatan kegiatan harian, bukan hanya sebagai pelengkap administrasi dan perangkat pembelajaran melainkan sebagai arah dalam proses pembelajaran yang dituangkan ke dalam catatan kegiatan harian guru untuk mengetahui keadaan proses pembelajaran saat itu.

Format Catatan Harian Guru selalu identik dengan Jurnal agenda guru mengajar dan jurnal kegiatan harian guru semua termasuk ke dalam buku kerja guru dipersiapkan oleh guru sebagai panduan guru dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai seorang pendidik dan seorang fasilitator bagi siswa di sekolah.
Format Catatan Harian Guru ini berfungsi untuk mengetahui sampai sejauh mana proses pembelajaran yang dilaksanakan setiap hari dan di tuangkan kedalam catatan harian guru, termasuk materi, kehadiran, dan kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran. 

Buku kerja merupakan desain pembelajaran yang disusun secara terstruktur serta mengikuti kurikulum yang berlaku  pada saat ini dan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal untuk siswa, guru, orang tua dan pihak sekolah.
Berikut ini BlogPendidikan.net akan berbagi tentang Contoh Format Catatan Harian Guru Dalam Proses Pembelajaran yang bisa Anda unduh pada tautan dibawah ini.

Contoh Format Catatan Harian Guru Dalam Proses Pembelajaran 1 : UNDUH
Contoh Format Catatan Harian Guru Dalam Proses Pembelajaran 2 : UNDUH

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan). Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa

10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa

BlogPendidikan.net
- Adanya model pembelajaran kolaborasi tentu mempermudah seorang guru
 dalam menyampaikan materi dan membentuk suasana belajar yang mumpuni, guru berperan sebagai fasilitator dan evaluasi, selebihnya siswalah yang menentukan arah kerja sama dan diskusi dalam satu kelas.

Misalnya dalam kegiatan itu, pendidik menyediakan fasilitas seperti spidol dengan satu kertas manila yang dibagikan satu per kelompok yang diharapkan mampu membuat siswa dalam satu regu itu bisa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Dengan timbulnya rasa saling kerja sama tentunya pribadi siswa tidak akan menganggap jika dalam satu kelompok itu dirinya hanya sendiri.
Oleh sebab itu saat terjadinya kolaboratif, semua peserta didik akan aktif dan lebih mudah dalam menangkap pembelajaran lantaran sumber belajar tidak hanya satu sumber, melainkan terdapat banyak pemikiran yang bisa menjadi penambah wawasan siswa. Mereka akan saling berkomunikasi dengan bertukar pikiran secara alami.

Kesimpulannya, dalam model pembelajaran kolaboratif, peserta didik akan melatih keaktifan dalam belajar dengan saling memberikan tanggapan satu sama lain tanpa adanya persaingan. 

Terdapat banyak sekali macam pembelajaran kolaboratif ini yang sudah dikembangkan para ahli dan praktisi pendidikan/seseorang yang telah berpengalaman dalam pendidikan. Namun hanya ada sepuluh macam pembelajaran yang mendapatkan perhatian.

Berikut 10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa:

1. Learning Together

Pembentukan kelompok-kelompok di kelas beranggotakan siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian pada hasil kerja kelompok.

2. Teams-Games-Tournament (TGT)

Setelah belajar bersama kelompok sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan jumlah nilai yang diperoleh kelompok.
3. Group Investigation (GI)

Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian berserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya.

4. Academic-Constructive Controversy (ACC)

Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi komflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan kesehatan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

5. Jigsaw Proscedure (JP)

Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor perkelompok.
6. Student Team Achievement Divisions (STAD)

Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota bagi setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.

7. Complex instruction (CI)

Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.

8. Team accelerated instruction (TAI)

Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun, jika seorang siswa belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
9. Cooperative learning structures (CLS)

Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa (berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila  jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran.

10. Cooperative integrated reading and composition (CIRC)

Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis, dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.

Demikian tulisan tentang 10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa, semoga bermanfaat.

Rujukan: Jurnal: Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa. Institut Agama Islam Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

6 Tips Bagaimana Memanfaatkan Alokasi Waktu Dalam Kegiatan Pembelajaran Agar Maksimal

6 Tips Bagaimana Memanfaatkan Alokasi Waktu Dalam Kegiatan Pembelajaran Agar Maksimal

BlogPendidikan.net
- Hal terpenting dari pemaksimalan waktu adalah pemanfaatan waktu untuk pelaksanaan tugas siswa. 

Banyaknya alokasi waktu yang diberikan untuk suatu mata pelajaran, belum berarti apapun tanpa penggunaannya untuk aktivitas pembelajaran.

Keberhasilan managemen termasuk kegiatan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam memaksimalkan alokasi waktu untuk belajar akademik, menyelesaikan tugas-tugas meminimalkan penggunaan waktu untuk menunggu pelajaran, pergantian matapelajaran, jam kosong tanpa pelajaran.
Setiap siswa diberi kesempatan belajar dengan waktu yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masing-masing siswa, maka mereka akan mampu mencapai tarap penguasaan yang sama. 

Oleh karena itu, tingkat penguasaan belajar merupakan fungsi dari proporsi jumlah waktu yang disediakan guru, dengan jumlah waktu yang diperlukan siswa untuk belajar.

Berikut 5 Tips Bagaimana Memanfaatkan Alokasi Waktu Dalam Kegiatan Pembelajaran Agar Maksimal:

1. Memanfaatkan waktu untuk interaksi 

Substantive model pembelajaran dimana guru menyajikan informasi tanya jawab melakukan umpan balik memonitor kerja siswa mendorong siswa belajar secara independent belajar dalam kelompok kecil tanpa banyak intervensi guru.
2. Guru memonitor keseluruhan kelas 

Selama pembelajaran dimulai hingga berakhirnya siswa menyelesaikan tugas, selama aktivitas siswa berlangsung guru mendorong dan mengarahkannya.

3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap aktivitas apa yang mereka perlu lakukan

Keterampilan yang perlu dikuasai agar mampu melaksanakan tugas dengan berhasil, mengarahkan anak untuk mencari sendiri semua bahan yang diperlukan dalam belajarnya, dan mengarahkan anak agar mampu mengendalikan diri untuk tidak berperilaku menyimpang selama penyelesaian tugas.

4. Memberikan pengarahan secara verbal oral kepada siswa 

Untuk memusatkan perhatian tentang bagaimana mengerjakan tugas dan bilamana pekerjaan selesai, serta mendayagunakan waktu sebaik mungkin untuk mengerjakan tugas.
5. Memahami perilaku siswa 

Prilaku siswa yang tampak dan mengarahkannya untuk meningkatkan keterlibatan dan partisipasinya dalam mengerjakan tugas.

6. Menyediakan variasi kegiatan 

Dengan acuan untuk mempertahankan perhatian siswa terhadap tugas tanpa bayak interupsi atas kegiatan anak dalam kelompok kecil.

Demikian artikel tentang 6 Tips Bagaimana Memanfaatkan Alokasi Waktu Dalam Kegiatan Pembelajaran Agar Maksimal, semoga bermanfaat.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

3 Hal Penting Tentang Etika Guru Dalam Menjalankan Tugasnya Sebagai Pendidik

3 Hal Penting Tentang Etika Guru Dalam Menjalankan Tugasnya Sebagai Pendidik

BlogPendidikan.net
- Guru menempati posisi kunci dalam pendidikan. Guru juga merupakan sosok yang akan memberi pengaruh kepada anak didiknya. Karena itu, seorang guru haruslah orang yang dapat digugu dan ditiru sebagai panutan baik dari segi pribadi, ilmu dan tingkah lakunya. 

Adapun guru yang ideal seharusnya memiliki sejumlah kualifikasi tertentu, baik menyangkut jasmani, etika atau akhlak maupun keilmuannya.

Guru adalah figur orang yang mempunyai kedudukan terhormat dan juga mulia. Betapa besar dan pentingnya profesi guru dibandingkan dengan profesi yang lain. 
Tugas guru tidak hanya mengajarkan ilmunya kepada anak didiknya saja, tetapi dia juga bertanggung jawab memberi petunjuk dan contoh kepada anak didiknya dalam meniti kehidupan, membekalinya dengan budi pekerti, etika, akhlak, dan lain-lain yang berguna bagi kehidupannya kepada manusia.

Etika guru dalam satuan pendidikan (Sekolah) dan proses pembelajaran sangatlah penting, sebagai arah komitmen tercapainya proses pembelajaran yang diharapkan. 

Etika guru bukan hanya diliat dari cara dan sikapnya saja akan tetapi etika guru dilihat dari penampilan, komitmen waktu dan pelaksana tugas setiap harinya.

Berikut ini 3 hal penting tentang etika guru dalam menjalankan amanat tugasnya sebagai seorang pendidik:

1. Etika guru dalam berpakaian.
  • Pakaian guru harus disesuaikan dengan peran yang disandang oleh guru.
  • Pakaian guru di kantor dan diruang kelas pada saat berperan sebagai guru adalah pakaian formal yang mencerminkan citra professional.
  • Pakaian guru di luar kantor pada saat berperan sebagai utusan sekolah SMA Negeri 1 Tanjungbintang adalah pakaian formal dan disesuaikan dengan kebutuhan pengundang agar mencerminkan citra professional.
  • Pakaian formal bagi guru pria adalah celana panjang dengan sepatu formal.
  • Bagi guru wanita pakaian dan sepatu formal.
  • Guru harus senantiasa berpenampilan bersih, rapih dan segar agar tidak menimbulkan masalah sosial yang dapat mengganggu di ruang kantor atau di ruang kelas.
2. Etika guru terhadap komitmen waktu.
  • Guru harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap waktu.
  • Guru memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu.
  • Guru harus memenuhi komitmen waktu yang telah dijanjikan kepada siswa baik untuk bimbingan akademik maupun non akademik..
  • Guru harus menginformasikan kepada kepala sekolah/wakil dan guru piket apabila tidak hadir pada jam dimana guru yang bersangkutan seharusnya berada di kantor atau di ruang kelas untuk mendapatkan kepastian dalam kontak komunikasi.
3. Etika guru dalam melaksanakan tugas.
  • Guru berkewajiban menyampaikan buku acuan materi yang digunakan.
  • Guru wajib membuat rencana program pembelajaran (RPP).
  • Guru wajib mengembangkan RPP atau metode belajar mengajar sebagai bentuk inovasi pembelajaran.
  • Dalam membuat RPP guru harus mengacu pada kurikulum yang sudah ditetapkan dan tujuan pengajaran dalam rangka mencapai tujuan akhir yakni lulusan yang terbaik.
  • Guru harus terbuka untuk menerima pertanyaan mengenai mata pelajaran baik di ruang kelas maupun di luar kelas dan terbuka menerima perbedaan pendapat.
  • Guru wajib terbuka, jujur dan adil memberikan penilaian kepada siswa.
  • Guru dilarang menerima hadiah atau pemberian dalam bentuk apapun yang berpengaruh terhadap nilai siswa.
  • Guru menggunakan kata ganti sapaan kepada siswa baik di dalam maupun di luar kelas dengan kata “anak”.
  • Guru menggunakan kata ganti sapaan kepada pegawai baik di dalam maupun di luar kelas dengan kata “bapak atau ibu”.
  • Guru menggunakan kata ganti dirinya dalam berkomunikasi dengan sesama guru, pegawai dan siswa baik di dalam maupun di luar kelas dengan kata “saya”.
  • Guru tidak merokok ketika mengajar didalam kelas serta menjaga dan menghormati orang lain yang tidak merokok.
Demikian artikel tentang 3 Hal Penting Tentang Etika Guru Dalam Menjalankan Tugasnya Sebagai Pendidik, semoga bermanfaat.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.