Showing posts with label Siswa Aktif. Show all posts
Showing posts with label Siswa Aktif. Show all posts

10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa

10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa

BlogPendidikan.net
- Adanya model pembelajaran kolaborasi tentu mempermudah seorang guru
 dalam menyampaikan materi dan membentuk suasana belajar yang mumpuni, guru berperan sebagai fasilitator dan evaluasi, selebihnya siswalah yang menentukan arah kerja sama dan diskusi dalam satu kelas.

Misalnya dalam kegiatan itu, pendidik menyediakan fasilitas seperti spidol dengan satu kertas manila yang dibagikan satu per kelompok yang diharapkan mampu membuat siswa dalam satu regu itu bisa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Dengan timbulnya rasa saling kerja sama tentunya pribadi siswa tidak akan menganggap jika dalam satu kelompok itu dirinya hanya sendiri.
Oleh sebab itu saat terjadinya kolaboratif, semua peserta didik akan aktif dan lebih mudah dalam menangkap pembelajaran lantaran sumber belajar tidak hanya satu sumber, melainkan terdapat banyak pemikiran yang bisa menjadi penambah wawasan siswa. Mereka akan saling berkomunikasi dengan bertukar pikiran secara alami.

Kesimpulannya, dalam model pembelajaran kolaboratif, peserta didik akan melatih keaktifan dalam belajar dengan saling memberikan tanggapan satu sama lain tanpa adanya persaingan. 

Terdapat banyak sekali macam pembelajaran kolaboratif ini yang sudah dikembangkan para ahli dan praktisi pendidikan/seseorang yang telah berpengalaman dalam pendidikan. Namun hanya ada sepuluh macam pembelajaran yang mendapatkan perhatian.

Berikut 10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa:

1. Learning Together

Pembentukan kelompok-kelompok di kelas beranggotakan siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian pada hasil kerja kelompok.

2. Teams-Games-Tournament (TGT)

Setelah belajar bersama kelompok sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan jumlah nilai yang diperoleh kelompok.
3. Group Investigation (GI)

Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian berserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya.

4. Academic-Constructive Controversy (ACC)

Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi komflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan kesehatan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

5. Jigsaw Proscedure (JP)

Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor perkelompok.
6. Student Team Achievement Divisions (STAD)

Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota bagi setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.

7. Complex instruction (CI)

Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.

8. Team accelerated instruction (TAI)

Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun, jika seorang siswa belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
9. Cooperative learning structures (CLS)

Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa (berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila  jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran.

10. Cooperative integrated reading and composition (CIRC)

Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis, dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.

Demikian tulisan tentang 10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa, semoga bermanfaat.

Rujukan: Jurnal: Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa. Institut Agama Islam Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

9 Kiat Khusus Yang Dilakukan Guru Agar Siswa Aktif Bartanya Dalam Kegiatan Pembelajaran

9 Point Khusus Agar Siswa Aktif Bartanya Dalam Kegiatan Pembelajaran

BlogPendidikan.net
- Pembelajaran aktif menuntut keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka termotivasi terus menerus belajar.

Dengan demikian pembelajaran aktif bukan semata-mata merancang aktivitas dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait. Pembelajaran aktif bisa saja dikembangkan dari suatu tema yang telah disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.
Active learning atau Pembelajaran aktif adalah memaksimalkan segala sumber daya yang ada pada siswa untuk bisa memperoleh hasil belajar yang optimal. Tentu semua itu disesuaikan dengan sifat, pribadi dan kecenderungan siswa dalam belajar.

Guru harus mendorong siswa mau dan mampu bertanya, terutama mengajukan pertanyaan yang bersifat investigatif (pertanyaan yang mendorong orang yang ditanya untuk melakukan eksplorasi terlebih dahulu sebelum menjawabnya). Yang perlu membuat pertanyaan adalah siswa, bukan gurunya.

Adapun 9 point kiat khusus yang harus dilakukan oleh guru agar para siswa aktif bertanya dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
  1. Mengenalkan suatu fenomena menarik yang belum pernah dikenali oleh siswa sebelumnya. Bahwa Guru mampu membuat Kegiatan Pengamatan. Artinya adalah siswa akan mengajukan pertanyaan jikalau yang diamati itu benar-benar menarik dan membuat siswa penasaran terhadap apa yang diamati.
  2. Words in a question. Siswa diberi beberapa kata atau rangkaian kata, dan mereka diminta untuk membuat kalimat yang memuat kata-kata tersebut. Misalnya Buatlah pertanyaan yang memuat kata-kata “sisi panjang” dan “sisi pendek”. Buatlah pertanyaan yang memuat kata-kata “Keliling” atau “Luas”.
  3. 3) Guru memberikan contoh pertanyaan pancingan, misalkan apa yang harus diperhatikan pada sisi pendek dan sisi panjang? Bagaimana cara menemukan rumus keliling dan rumus Luas persegi panjang?.
  4. Guru membentuk kelompok belajar dalam kegiatan pengamatan dan bertanya. Setelah waktu pengamatan selesai, setiap siswa dalam satu kelompok wajib membuat minimal satu pertanyaan. Kemudian dipilih tiga pertanyaan yang paling bagus menurut kelompoknya. Setelah itu, tukarkan tiga pertanyaan tersebut dengan kelompok lain. Kemudian jawablah dan diskusikan tiga pertanyaan dari kelompok lain tersebut dalam kelompok masing-masing.
  5. Guru dapat juga meminta siswa untuk bekerja dalam kelompok untuk membuat beberapa pertanyaan terlebih dahulu, dan selanjutnya meminta mereka bersepakat untuk memilih satu pertanyaan tertentu yang layak ditindak lanjuti dengan penyelidikan, baik oleh kelompok lain atau kelompok itu sendiri.
  6. Guru memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk melakukan kegiatan pengamatan. Kemudian setiap siswa wajib membuat minimal tiga pertanyaan. Dalam fase ini guru mendatangi setiap siswa yang kelihatannya kesulitan untuk membuat pertanyaan, kemudian Guru mengarahkan siswa tersebut untuk mengamati kembali pada bahan kegiatan pengamatan. Sesekali Guru berperan “pura-pura” tidak tau sehingga menanyakan sesuatu kepada siswa tersebut, “kenapa kok bisa begini ya?”, “bagaimana kalau menurut kalian” dan sebagainya.
  7. Completing What if or What if not questions. Siswa diberi tugas untuk melengkapi pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata What if yang berarti “Bagaimana kalau” atau kata What if not yang berarti “bagaimana kalau tidak”.
  8. Questioning Breakfast. Sarapan pagi “menanya”. Setiap pagi, sebelum dimulai pelajaran, siswa diminta untuk menuliskan pertanyaan. Guru bisa mengondisikan agar pertanyaan yang dibuat siswa sesuai dengan tema dan KD yang sedang dibahas.
  9. Questioning Appraisal. Pemberian penghargaan kepada siswa yang memiliki kuantitas dan kualitas pertanyaan investigatif yang baik. Dengan begitu, siswa memahami bahwa kegiatan bertanya sebagai suatu kegiatan yang bermanfaat.
Baca Juga : 5 Bentuk Pembelajaran Berdasarkan Kesenangan Belajar Siswa SD
Menjadikan suasana aktif dalam proses pembelajaran memang terbilang sulit, apalagi dalam bentuk diskusi. Memancing siswa untuk bertanya memiliki trik dan teknik tersendiri yang di kuasai oleh guru, agar terjadi keaktifan dalam diskusi bertanya dan menjawab. Terima kasih.

Rujukan :

Jurnal : Make Students Activ In Mathematics Learning
Based On Curiculum 2013. Oleh Mohammad Tohir. 2016

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.