Showing posts with label Strategi Pembelajaran. Show all posts
Showing posts with label Strategi Pembelajaran. Show all posts

10 Tipe Strategi Pembelajaran Yang Tepat Digunakan di Abad 21

10 Strategi Pembelajaran Yang Tepat Digunakan Dalam Pembelajaran Abad 21

BlogPendidikan.net
- Proses pembelajaran yang terus berkembang dari zaman dulu dengan cara tradisional kini menjadi proses pembelajaran yang lebih banyak menggunakan teknologi informasi. 

Hal ini menuntut guru harus tetap update pengetahuan tentang sistem pembelajaran yang mengikuti perkembangan zaman. Media pembelajaranpun semakin berkembang dari zaman kapur ke zaman layar slide.
Pada abad 21 terjadi perubahan strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru dari cara yang tradisional kini mengarah pada pendekatan digital yang dirasa lebih relevan dalam memenuhi kebutuhan siswa. 

Akan tetapi proses transisi dari lingkungan kelas yang menerapkan cara tradisional ke cara digital sangat bervariasi tergantung pada cara guru dan sekolah yang bersangkutan dalam merespon dan menyikapinya.

Berikut ada 10 Tipe Strategi Pembelajaran Yang Tepat Digunakan Dalam Pembelajaran Abad 21:

1. Presentation (Presentasi)

Pada kegiatan presentasi, guru atau siswa menyebarkan informasi yang diperoleh melalui sumber informasi berupa guru, siswa, buku teks, internet, audio, video, dan lain sebagainya. Presentasi interaktif melibatkan pertanyaan dan komentar di antara guru dan siswa sebagai anggota keseluruhan kelas atau dalam kelompok kecil. 
Bentuk integrasi metode presentasi dapat dilihat melalui sejumlah sumber daya teknologi yang digunakan dapat meningkatkan kualitas penyajian informasi. Sebagai contoh siswa dapat menggunakan aplikasi microsoft power point untuk menampilkan hasil rangkuman hasil tulisan taks dan menyajikan video maupun gambar sekaligus dalam satu tampilan presentasi.

2. Demontrastion (Demonstrasi)

Pada metode demonstrasi, siswa mempelajari pandangan dari suatu keterampilan atau prosedur yang harus dipelajari. Demonstrasi dapat diterapkan pada seluruh anggota kelas, kelompok kecil, atau individu yang membutuhkan sedikit penjelasan tambahan tentang bagaimana melakukan suatu tugas. Tujuan demonstrasi bagi siswa adalah untuk meniru kinerja fisik, seperti menggunakan alat ukur angin digital, atau untuk mengadopsi sikap yang dicontohkan guru sebagai bentuk keteladanan. 
Demonstrasi mengizinkan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan selama pembelajaran aktif berlangsung. Bentuk integrasi metode demonstrasi dapat ditingkatkan melalui penggunaan peralatan teknologi seperti kamera digital. Kamera video digital dapat digunakan untuk merekam demonstrasi selama atau sebelum kelas berlangsung.

3. Drill and Practice (Latihan terus menerus dan Praktik)

Peserta didik menyelesaikan latihan latihan untuk menyegarkan atau meningkatkan kapasitas isi pengetahuan dan keterampilan. Strategi penggunaan drill and practice ini mengasumsikan bahwa siswa telah menerima beberapa instruksi tentang konsep, prinsip, atau prosedur tertentu dari guru sebelumnya.
Agar efektif latihan terus menerus dan praktik harus diikuti umpan balik untuk menguatkan jawaban benar dan memperbaiki jawaban salah yang mungkin dilakukan siswa. Bentuk integrasi dari metode ini dengan penggunaan teknologi adalah banyak aplikasi komputer yang ditawarkan  kepada siswa memberikan kesempatan untuk mengingat kembali dan melakukan praktik atas pengetahuan maupun keterampilannya.

4. Tutorial

Tutorial merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja sama dengan orang lain yang lebih ahli, atau perangkat lunak komputer tercetak khusus yang menyajikan konten/isi, mengajukan pertanyaan atau masalah, meminta tanggapan peserta, menganalisis tanggapan, memberikan umpan balik yang sesuai, dan memberikan latihan sampai pelajar menunjukkan tingkat kemandirian yang telah ditentukan. 

Siswa belajar melalui latihan dengan pemberian umpan balik setelah setiap bagian kecil selesai dilakukan. Integrasi dari bentuk metode ini dengan teknologi adalah pengaturan tutorial termasuk instruktur untuk pelajar, pelajar untuk pelajar, komputer untuk pelajar, cetak untuk pelajar.

5. Discussion (Diskusi)

Sebagai sebuah strategi pembelajaran tutorial melibatkan pertukaran ide dan pendapat di antara siswa atau di antara siswa dan guru. Diskusi akan efektif bila dilakukan dengan cara mengenalkan topik pembicaraan yang baru atau lebih mendalam sampai konsep dasar. 
Integrasi antara metode diskusi dengan teknologi adalah teknologi mendukung diskusi menjadi metode yang dikenal di kelas seperti saat ini seperti metode yang memperluas percakapan di luar kelas.

6. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

Merupakan sebuah strategi kelompok di mana siswa bekerja sama untuk saling membantu dalam belajar. Integrasi dari metode ini adalah siswa dapat belajar tidak hanya berdiskusi masalah materi task dan menonton media, tapi juga menghasilkan media. Sebagai contoh siswa dapat mendesain dan menghasilkan sebuah podcast, video, atau powerpoint atau prezi presentasi.

7. Problem-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Melalui penggunaan pembelajaran berbasis masalah, siswa secara aktif akan mencari solusi untuk masalah-masalah terstruktur atau tidak terstruktur yang terletak di dunia nyata. Masalah terstruktur memberikan siswa pemahaman yang jelas tentang apa yang mungkin menjadi jawaban atas permasalahan yang ada. Integrasi dari metode ini dengan teknologi adalah banyaknya aplikasi komputer yang menyediakan dan mendukung pembelajaran berbasis masalah. 
Sebagai contoh aplikasi microsoft access dan excel yang mengizinkan siswa untuk mengembangkan dan menjelajahi data sets untuk menemukan jawaban menggunakan rumus fungsi.

8. Games (Permainan)

Permainan pendidikan menyediakan sebuah lingkungan yang kompetitif di mana siswa mengikuti aturan yang ditentukan saat mereka berusaha untuk mencapai tujuan yang menantang dan menghadirkan siswa dengan pemahaman yang jelas tentang apa yang mungkin merupakan jawaban yang tepat. 
Permainan seri meminta siswa untuk menggunakan ketrampilan memecahkan masalah dalam mencari solusi atau untuk mendemonstrasikan penguasaan konten spesifik yang menuntut tingkat akurasi dan efisiensi yang tinggi.

9. Simulations (Simulasi)

Metode simulasi mengizinkan siswa untuk berada pada situasi nyata. Integrasi dari metode simulasi dengan teknologi adalah kemampuan interpersonal dan percobaan laboratorium pada fisika ilmu pengetahuan alam merupakan contoh subjek simulasi.

10 Discovery (Penemuan)

Strategi penemuan digunakan sebuah induktif, atau penemuan mandiri. Integrasi dari metode discovery dengan teknologi adalah ada beberapa variasi cara bahwa teknologi instruktusional dan media dapat membantu mengenalkan discovery maupun inkuiri.


Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

Tahukah Anda, Apa Saja Strategi Yang Diterapkan Pada Pembelajaran Abad 21

Tahukah Anda, Apa Saja Strategi Yang Diterapkan Pada Pembelajaran Abad 21

BlogPendidikan.net
 - Proses pembelajaran yang terus berkembang dari zaman dulu dengan cara tradisional kini menjadi proses pembelajaran yang lebih banyak menggunakan teknologi informasi. 

Hal ini menuntut guru harus tetap update pengetahuan tentang sistem pembelajaran yang mengikuti perkembangan zaman. Media pembelajaranpun semakin berkembang dari zaman kapur ke zaman layar slide.
Pada abad 21 terjadi perubahan strategi pengajaran yang dilakukan oleh guru dari cara yang tradisional kini mengarah pada pendekatan digital yang dirasa lebih relevan dalam memenuhi kebutuhan siswa. 

Akan tetapi proses transisi dari lingkungan kelas yang menerapkan cara tradisional ke cara digital sangat bervariasi tergantung pada cara guru dan sekolah yang bersangkutan dalam merespon dan menyikapinya.

Berikut ada 10 Strategi Pembelajaran Yang Tepat Digunakan Dalam Pembelajaran Abad 21:

1. Presentation (Presentasi)

Pada kegiatan presentasi, guru atau siswa menyebarkan informasi yang diperoleh melalui sumber informasi berupa guru, siswa, buku teks, internet, audio, video, dan lain sebagainya. Presentasi interaktif melibatkan pertanyaan dan komentar di antara guru dan siswa sebagai anggota keseluruhan kelas atau dalam kelompok kecil. 
Bentuk integrasi metode presentasi dapat dilihat melalui sejumlah sumber daya teknologi yang digunakan dapat meningkatkan kualitas penyajian informasi. Sebagai contoh siswa dapat menggunakan aplikasi microsoft power point untuk menampilkan hasil rangkuman hasil tulisan taks dan menyajikan video maupun gambar sekaligus dalam satu tampilan presentasi.

2. Demontrastion (Demonstrasi)

Pada metode demonstrasi, siswa mempelajari pandangan dari suatu keterampilan atau prosedur yang harus dipelajari. Demonstrasi dapat diterapkan pada seluruh anggota kelas, kelompok kecil, atau individu yang membutuhkan sedikit penjelasan tambahan tentang bagaimana melakukan suatu tugas. 

Tujuan demonstrasi bagi siswa adalah untuk meniru kinerja fisik, seperti menggunakan alat ukur angin digital, atau untuk mengadopsi sikap yang dicontohkan guru sebagai bentuk keteladanan. 

Demonstrasi mengizinkan siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan selama pembelajaran aktif berlangsung. Bentuk integrasi metode demonstrasi dapat ditingkatkan melalui penggunaan peralatan teknologi seperti kamera digital. Kamera video digital dapat digunakan untuk merekam demonstrasi selama atau sebelum kelas berlangsung.

3. Drill and Practice (Latihan terus menerus dan Praktik)

Peserta didik menyelesaikan latihan latihan untuk menyegarkan atau meningkatkan kapasitas isi pengetahuan dan keterampilan. Strategi penggunaan drill and practice ini mengasumsikan bahwa siswa telah menerima beberapa instruksi tentang konsep, prinsip, atau prosedur tertentu dari guru sebelumnya.

Agar efektif latihan terus menerus dan praktik harus diikuti umpan balik untuk menguatkan jawaban benar dan memperbaiki jawaban salah yang mungkin dilakukan siswa. 
Bentuk integrasi dari metode ini dengan penggunaan teknologi adalah banyak aplikasi komputer yang ditawarkan  kepada siswa memberikan kesempatan untuk mengingat kembali dan melakukan praktik atas pengetahuan maupun keterampilannya.

4. Tutorial

Tutorial merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja sama dengan orang lain yang lebih ahli, atau perangkat lunak komputer tercetak khusus yang menyajikan konten/isi, mengajukan pertanyaan atau masalah, meminta tanggapan peserta, menganalisis tanggapan, memberikan umpan balik yang sesuai, dan memberikan latihan sampai pelajar menunjukkan tingkat kemandirian yang telah ditentukan. 

Siswa belajar melalui latihan dengan pemberian umpan balik setelah setiap bagian kecil selesai dilakukan. Integrasi dari bentuk metode ini dengan teknologi adalah pengaturan tutorial termasuk instruktur untuk pelajar, pelajar untuk pelajar, komputer untuk pelajar, cetak untuk pelajar.

5. Discussion (Diskusi)

Sebagai sebuah strategi pembelajaran tutorial melibatkan pertukaran ide dan pendapat di antara siswa atau di antara siswa dan guru. Diskusi akan efektif bila dilakukan dengan cara mengenalkan topik pembicaraan yang baru atau lebih mendalam sampai konsep dasar. 
Integrasi antara metode diskusi dengan teknologi adalah teknologi mendukung diskusi menjadi metode yang dikenal di kelas seperti saat ini seperti metode yang memperluas percakapan di luar kelas.

6. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif)

Merupakan sebuah strategi kelompok di mana siswa bekerja sama untuk saling membantu dalam belajar. Integrasi dari metode ini adalah siswa dapat belajar tidak hanya berdiskusi masalah materi task dan menonton media, tapi juga menghasilkan media. Sebagai contoh siswa dapat mendesain dan menghasilkan sebuah podcast, video, atau powerpoint atau prezi presentasi.

7. Problem-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Melalui penggunaan pembelajaran berbasis masalah, siswa secara aktif akan mencari solusi untuk masalah-masalah terstruktur atau tidak terstruktur yang terletak di dunia nyata. 

Masalah terstruktur memberikan siswa pemahaman yang jelas tentang apa yang mungkin menjadi jawaban atas permasalahan yang ada. Integrasi dari metode ini dengan teknologi adalah banyaknya aplikasi komputer yang menyediakan dan mendukung pembelajaran berbasis masalah. 

Sebagai contoh aplikasi microsoft access dan excel yang mengizinkan siswa untuk mengembangkan dan menjelajahi data sets untuk menemukan jawaban menggunakan rumus fungsi.

8. Games (Permainan)

Permainan pendidikan menyediakan sebuah lingkungan yang kompetitif di mana siswa mengikuti aturan yang ditentukan saat mereka berusaha untuk mencapai tujuan yang menantang dan menghadirkan siswa dengan pemahaman yang jelas tentang apa yang mungkin merupakan jawaban yang tepat. 
Permainan seri meminta siswa untuk menggunakan ketrampilan memecahkan masalah dalam mencari solusi atau untuk mendemonstrasikan penguasaan konten spesifik yang menuntut tingkat akurasi dan efisiensi yang tinggi.

9. Simulations (Simulasi)

Metode simulasi mengizinkan siswa untuk berada pada situasi nyata. Integrasi dari metode simulasi dengan teknologi adalah kemampuan interpersonal dan percobaan laboratorium pada fisika ilmu pengetahuan alam merupakan contoh subjek simulasi.

10 Discovery (Penemuan)

Strategi penemuan digunakan sebuah induktif, atau penemuan mandiri. Integrasi dari metode discovery dengan teknologi adalah ada beberapa variasi cara bahwa teknologi instruktusional dan media dapat membantu mengenalkan discovery maupun inkuiri.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa

10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa

BlogPendidikan.net
- Adanya model pembelajaran kolaborasi tentu mempermudah seorang guru
 dalam menyampaikan materi dan membentuk suasana belajar yang mumpuni, guru berperan sebagai fasilitator dan evaluasi, selebihnya siswalah yang menentukan arah kerja sama dan diskusi dalam satu kelas.

Misalnya dalam kegiatan itu, pendidik menyediakan fasilitas seperti spidol dengan satu kertas manila yang dibagikan satu per kelompok yang diharapkan mampu membuat siswa dalam satu regu itu bisa bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Dengan timbulnya rasa saling kerja sama tentunya pribadi siswa tidak akan menganggap jika dalam satu kelompok itu dirinya hanya sendiri.
Oleh sebab itu saat terjadinya kolaboratif, semua peserta didik akan aktif dan lebih mudah dalam menangkap pembelajaran lantaran sumber belajar tidak hanya satu sumber, melainkan terdapat banyak pemikiran yang bisa menjadi penambah wawasan siswa. Mereka akan saling berkomunikasi dengan bertukar pikiran secara alami.

Kesimpulannya, dalam model pembelajaran kolaboratif, peserta didik akan melatih keaktifan dalam belajar dengan saling memberikan tanggapan satu sama lain tanpa adanya persaingan. 

Terdapat banyak sekali macam pembelajaran kolaboratif ini yang sudah dikembangkan para ahli dan praktisi pendidikan/seseorang yang telah berpengalaman dalam pendidikan. Namun hanya ada sepuluh macam pembelajaran yang mendapatkan perhatian.

Berikut 10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa:

1. Learning Together

Pembentukan kelompok-kelompok di kelas beranggotakan siswa-siswa yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian pada hasil kerja kelompok.

2. Teams-Games-Tournament (TGT)

Setelah belajar bersama kelompok sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan jumlah nilai yang diperoleh kelompok.
3. Group Investigation (GI)

Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian berserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan melaksanakannya.

4. Academic-Constructive Controversy (ACC)

Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi komflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan kesehatan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

5. Jigsaw Proscedure (JP)

Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor perkelompok.
6. Student Team Achievement Divisions (STAD)

Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota bagi setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.

7. Complex instruction (CI)

Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.

8. Team accelerated instruction (TAI)

Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa mengerjakan soal-soal tahap berikutnya. Namun, jika seorang siswa belum dapat menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
9. Cooperative learning structures (CLS)

Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua siswa (berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee. Bila  jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran.

10. Cooperative integrated reading and composition (CIRC)

Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis, dan tata bahasa. Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai kemampuan membaca, menulis, dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.

Demikian tulisan tentang 10 Model Pembelajaran Kolaboratif Yang Mengaktifkan Siswa, semoga bermanfaat.

Rujukan: Jurnal: Pendekatan dan Model Pembelajaran yang Mengaktifkan Siswa. Institut Agama Islam Nurul Jadid Paiton Probolinggo.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

Terapkan 6 Strategi dan Model Pembelajaran Ini Yang Cocok Untuk Generasi Milenial

Terapkan 6 Strategi dan Model Pembelajaran Ini Yang Cocok Untuk Generasi Milenial

BlogPendidikan.net
- Generasi milenial memiliki karakter dan keunikan tersendiri hal ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap gaya belajar mereka dikelas. 

Mereka generasi yang terlahir dengan teknologi yang berkembang dengan pesat, yang mereka beranggapan teknologi bukan barang mewah lagi kita sebagai seorang guru harus mengikuti alur mereka dalam pembelajaran. 

konsentrasi terhadap pembelajaran dikelas pada generasi milenial cenderung lebih singkat jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Menurut Shatto dan Erwin rata-rata rentang perhatian mereka hanya 12 detik sehingga untuk mempertahankan konsentrasi generasi ini guru harus mengemas pembelajaran semenarik mungkin dengan menerapkan beberapa kali jeda atau diselingi dengan game, atau lelucon agar mereka tetap fokus.
Melihat berbagai macam permasalahan tersebut maka strategi dan model pembelajaran harus segera di desain ulang untuk mencapai tujuan pembelajaran disekolah karena generasi ini merupakan generasi yang melek terhadap teknologi maka sudah sewajarnya guru harus mengupgrade keilmuannya dan strategi dan model pembelajaran yang digunakan dikelas.

Berikut 6 Strategi dan Model Pembelajaran Yang Cocok Untuk Generasi Milenial:

1. Model Pembelajaran terbimbing

Salah satu karakter pada generasi ini ketidaksukaannya terhadap pembelajaran yang difokuskan hanya membaca dan menyimak (metode ceramah). Generasi ini lebih tertarik kepada pengamatan dan pembelajaran langsung (praktek) dan 
mereka memiliki kemampuan yang cepat dalam mengakses informasi atau materi pembelajaran, namun ada sisi kelemahan yang harus diperhatikan generasi
ini kurang dalam menganalisis validasi sebuah informasi makanya guru perlu memberikan bimbingan ataupun arahan mengenai informasi yang mereka
temukan. Dalam hal ini berarti guru harus menjadi fasilitator bagi para siswanya.
2. Pembelajaran Berbasis Visual dan Menyenangkan

Generasi ini memiliki struktur otak yang lebih mengedepankan pada perkembangan aspek Visual, maka dari itu pembelajaran harus di sajikan dalam
bentuk visual. Hal ini dilakukan karena generasi ini sangat mudah memahami segala sesuatu yang disajikan dalam bentuk gambar. 

Metode pembelajaran berbasis visual merupakan penggunaan metode edutainment dikelas. Metode ini merupakan metode yang memangkas teknik mengajar konfensional seperti ceramah, catat dan sebagainya. Metode ini menggabungkan antara materi pembelajaran secara visual, bersifat narasi, pembelajaran dengan permainan dan pengajaran menggunakan gaya informal.

3. Mengoptimalkan Pembelajaran dengan Aplikasi dan Media Sosial

Generasi milenial merupakan generasi yang tidak bisa lepas dari media sosial yang hampir semua aplikasi ada pada gedjetnya. Berdasarkan hasil survei diketahui generasi ini menggunakan 79% waktunya perhari digunakan untuk berinteraksi dengan Smartphone nya. Sedangkan akses mereka terhadap media sosial  minimal 10 kali dalam satu hari baik Facebook, twitter, Whatshapp dan liannya. 
Melihat tingginya interaksi generasi ini terhadap media sosial tidak ada salahnya kita sebagai guru mencoba memanfaatkan dan memaksimalkan media sosial sebagai media dalam pembelajaran. Banyak aplikasi yang bisa dimanfaatkan ada google class room, elearning, Zoom Cloud metting, Learnign Management Sistem (LMS) ini semua merupakan media sosial yang
dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran daring atau online.

4. Pembelajaran berorientasi pada Entrepreneurship dan kreatifitas

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentang karakter generasi milenial ini yakni jiwa entrepreneurship dan kreativitasnya. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sing dan Dangmei menyebutkan generasi ini bersifat Entrepreneur, dapat dipercaya, generasi yang realistis terhadap menyikapi permasalahan dan generasi yang optimis untuk menatap masa depan. Jadi tidak
mengherankan jika generasi ini memiliki Side Job diluar aktivitas belajar seperti desain grafis, content creator, youtuber, dan lain-lainnya.
Berbicara tentang kreativitas pembelajaran jika dihuhungkan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam umpamanya guru bisa mengajak atau
mengarahkan siswa untuk membuat blog pribadi atau akun youtube untuk memposting kajian-kajian islami (ceramah pendek) yang itu nantinya akan
meningkatkan jiwa kreativitas anak.

5. Mengoptimalkan Pembelajaran dalam kelompok

Mintasih mengatakan generasi ini cenderung senang bekerjasama dengan rekan sejawatnya karena mereka  punya rasa percaya diri yang tinggi ini menjadi modal
utama bagi mereka untuk unjuk diri menyalurkan ide dan gagasannya kepada teman sejawatnya.

Kerja kelompok ini tidak hanya dalam situasi yang nyata tetapi juga pada dunia maya artinya generasi ini menyukai kerja sama dengan fasilitas teknologi
seperti Video Conference dan media lainnya. Ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Scawbel yang menyatakan 53% generasi ini menyenangi komunikasi secara pribadi dengan menggunakan teknologi informasi Instan messaging dan konferensi dengan video. Intinya generasi ini menyenangi kerja
kelompok dengan sistem kolaborasi.

6. Menerapkan Sistem Blanded Learning

Sistem pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran daring (Online). Artinya pembelajaran dalam satu
semester dapat di rencanakan dengan dua jenis pertemuan konvensional dan daring dengan penggabungan ini diharapkan dapat mengenai sasaran
pembelajaran untuk generasi ini.
Blanded Learning erat kaitannya dengan pembelajaran berbasis teknologi maka perlunya guru untuk memanfaatkan dan mengupgrade pengetahuannya
sesuai dengan perkembangan zaman yakni tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya dalam pembelajaran guru dapat memanfaatkan WhatsApp
group guru tinggal membagikan link materi atau tugas yang dapat diakses oleh siswa untuk dipelajari.

Bagaimana Strategi Yang Harus Dilakukan Guru Kelas Menghadapi Siswa Yang Malas Belajar

Bagaimana Strategi Yang Harus Dilakukan Guru Kelas Menghadapi Siswa Yang Malas Belajar

BlogPendidikan.net
- Kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpantul dalam perilaku sehari-hari. Maka dalam pandangan seorang guru siswa yang malas belajar adalah tergolong perilaku manusiawi, semua pribadi manusia mengalaminya. 

Namun demikian, ada rasa  malas belajar yang berlebih-lebihan dan menetap secara rutinitas akan mempengaruhi kecerdasan peserta didik.
Bukan hanya itu, rasa malas pun akan membunuh kreativitas siswa. Permasalahan ini juga akan memberi dampak negatif terhadap interaksi belajar mengajar di kelas. Karena itu, perlu dilakukan strategi untuk mengatasi siswa yang malas belajar.

Berikut akan diuraikan bagaimana Strategi Yang Harus Dilakukan Guru Kelas Menghadapi Siswa Yang Malas Belajar:

1. Menciptakan kesiapan belajar

Dalam kondisi apapun kesiapan belajar sangat penting. Peserta didik yang berada dalam kondisi siap akan merasa tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas. Secara fisik misalnya, memeriksa peralatan-peralatan belajar sebelum proses pembelajaran dimulai dan secara psikis, pendidik dapat menciptakan kesiapan belajar dengan memberikan pencerahan atau penyadaran.
2. Memberikan motivasi

Dalam proses pembelajaran di Sekolah selalu ada pemberian motivasi kepada peserta didik dilakukan secara verbal dan non-verbal. Misalnya menghargai apa yang dilakukan peserta didik ketika pembelajaran sedang berlangsung walaupun hanya dengan memuji tulisannya. Selain itu, para pendidik Sekolah tersebut suka
membaca buku-buku yang bertemakan motivasi sehingga dari situlah pendidik bisa memotivasi peserta didik.

3. Mengurangi marah yang berlebihan

Ketika seorang guru menghadapi peserta didik yang bermasalah dengan cara marah apalagi sampai berlebihan (kurang manusiawi dan tidak mendidik) hanya akan memperparah keadaan dan hanya akan menambah rasa malas peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas bahkan dapat membuat peserta didik ketakutan dan pada akhirnya mereka tidak mau lagi datang ke sekolah.
4. Menciptakan keharmonisan

Keharmonisan pendidik dengan peserta didik merupakan syarat  penting dalam proses pembelajaran di kelas, keharmonisan bisa tercipta jika seorang pendidik mampu menempatkan dirinya dalam kondisi kejiwaan peserta didik. Simpati dan empati merupakan dua unsur kejiwaan yang sangat penting untuk memunculkan keharmonisan. Canda tawa pendidik dengan peserta didiknya merupakan hal selalu dilakukan oleh guru-guru di sekolah agar dapat menghilangkan rasa lelah dan jenuh peserta didik terutama pada jam terakhir dalam proses pembelajaran di kelas.

5. Memberikan bimbingan seperlunya

Pendidik adalah pembimbing, dan ada tiga materi penting ketika para guru membimbing peserta didik yaitu membimbing dalam hal penguasaan aspek keilmuan, membimbing dalam hal penguasaan aspek psikomotorik dan membimbing dalam hal penerapan aspek sikap (afektif). 
Pendidik sebagai pembimbing tidak akan pernah diam di kursinya. Pendidik tipe ini akan bergerak ke arah peserta didik, baik secara individu maupun kelompok. Ketika peserta didik mengalami kesulitan mengerjakan tugas. Jika pendidik tidak melakukan bimbingan yang memadai maka kesulitan akan memunculkan rasa malas untuk belajar.

6. Menyelipkan jenaka sebagai transisi pembelajaran

Belajar mengajar merupakan seni, kemampuan dan kreativitas pendidik sangat dituntut ketika melaksanakan pembelajaran. Saat ini, tugas pendidik bukan cuma mengajar tetapi membelajarkan peserta didik. Membelajarkan berarti mengajak peserta didik untuk berpikir dan bertindak dan  dalam prosesnya ini bukanlah suatu yang mudah, banyak sekali tantangan yang dihadapi pendidik.

7. Membangkitkan efek rasa malu

Efek rasa malu dinilai sangat perlu dalam dunia pendidikan. Namun, efek ini hanya akan digunakan untuk hal-hal yang edukatif. Misanya, menyebutkan nama siswa yang tidak atau belum mengumpulkan tugas, strategi ini cukup efektif apabila dilakukan secara rutin setiap pembelajaran di kelas dan peserta didik
lebih tertantang untuk belajar dan mengerjakan berbagai tugas atau latihan
yang diberikan oleh guru.
8. Memberikan hadiah

Strategi selanjutnya yang dilakukan oleh guru untuk menghadapi peserta didik yang malas belajar adalah memberikan hadiah menarik bagi siapa saja yang mampu menyelesaikan tugas atau latihan tepat waktu dan memperoleh nilai seratus atau jawabannya benar semua.

Demikian artikel tentang Strategi Yang Harus Dilakukan Guru Kelas Menghadapi Siswa Yang Malas Belajar, semoga memberikan manfaat.

Unduh artikel Bagaimana Strategi Yang Harus Dilakukan Guru Kelas Menghadapi Siswa Yang Malas Belajar >>> DISINI

Ini 9 Strategi Jitu Buat Guru Mengatasi Siswa Yang Malas Belajar

Ini Strategi Jitu Buat Guru Mengatasi Siswa Yang Malas Belajar

BlogPendidikan.net
- Menjadi guru banyak kesan yang dialami ketika didalam kelas, karakteristik siswa yang berbeda-beda membuat guru selalu mencari trik dan tips agar proses pembelajaran berjalan dengan terarah dan mencapai hasil yang dirancang sebelumnya.
Ada siswa yang antusias cepat dan tanggap dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, ada juga yang dengan santainya mengerjakan tugas-tugas padahal anak tersebut sudah paham, lebih parahnya lagi ada siswa yang malas mengerjakan dan kurang paham. Ini yang membat guru harus berpikir keras mencari solusi dengan hal tersebut. 
Guru dalam setiap proses pembelajaran pasti akan menerapkan strategi pembelajaran untuk mengatasi hal-hal tersebut terkhususnya pada anak yang malas belajar.

Berikut strategi yang tepat buat guru untuk mengatasi siswa yang malas belajar :

1. Menciptakan kesiapan belajar

Dalam kondisi apapun kesiapan belajar sangat penting. Peserta didik yang berada dalam kondisi siap akan merasa tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas. Secara fisik misalnya, memeriksa peralatanperalatan belajar sebelum proses pembelajaran dimulai dan secara psikis, pendidik dapat menciptakan kesiapan belajar dengan memberikan pencerahan atau penyadaran.
2. Menciptakan proses pembelajaran yang aktif

Dalam hal ini proses pembelajaran sangat menetukan siswa, apakah berhasil dalam pembelajaran atau tidak. Proses pembelajaran yang di terapkan oleh guru haruslah pembelajaran yang aktif, yang dapat membangkitkan keaktifas siswa dalam pembelajaran, bukan monoton saja gurunya yang aktif siswanya pada diam semua.
3. Memberikan motivasi

Dalam proses pembelajaran di Sekolah selalu ada pemberian motivasi kepada peserta didik dilakukan secara verbal dan non-verbal. Misalnya menghargai apa yang dilakukan peserta didik ketika pembelajaran sedang berlangsung walaupun hanya dengan memuji tulisannya. Selain itu, para pendidik Sekolah tersebut suka membaca buku-buku yang bertemakan motivasi sehingga dari situlah pendidik bisa memotivasi peserta didik.
4. Mengurangi marah yang berlebihan

Ketika seorang guru menghadapi peserta didik yang bermasalah dengan cara marah apalagisampai berlebihan (kurang manusiawi dan tidak mendidik) hanya akan memperparah keadaan dan hanya akan menambah rasa malas peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas bahkan dapat membuat peserta didik ketakutan dan pada akhirnya mereka tidak mau lagi datang ke sekolah.

5. Menciptakan keharmonisan

Keharmonisan pendidik dengan peserta didik merupakan syarat penting dalam proses pembelajaran di kelas, keharmonisan bisa tercipta jika seorang pendidik mampu menempatkan dirinya dalam kondisi kejiwaan peserta didik. Simpati dan empati merupakan dua unsur kejiwaan yang sangat penting untuk memunculkan keharmonisan. 
Canda tawa pendidik dengan peserta didiknya merupakan hal selalu dilakukan oleh guru-guru di sekolah agar dapat menghilangkan rasa lelah dan jenuh peserta didik terutama pada jam terakhir dalam proses pembelajaran di kelas.

6. Memberikan bimbingan seperlunya

Pendidik adalah pembimbing, dan ada tiga materi penting ketika para guru membimbing peserta didik yaitu membimbing dalam hal penguasaan aspek keilmuan, membimbing dalam hal penguasaan  aspek psikomotorik dan membimbing dalam hal penerapan aspek sikap (afektif). Pendidik sebagai pembimbing tidak akan pernah diam di kursinya. Pendidik tipe ini akan bergerak ke arah peserta didik, baik secara individu maupun kelompok. Jika pendidik tidak melakukan bimbingan yang memadai maka kesulitan akan memunculkan rasa malas untuk belajar.
7. Menyelipkan jenaka sebagai transisi pembelajaran

Belajar mengajar merupakan seni, kemampuan dan kreativitas pendidik sangat dituntut ketika melaksanakan pembelajaran. Saat ini, tugas pendidik bukan cuma mengajar tetapi membelajarkan peserta didik. Membelajarkan berarti mengajak peserta didik untuk berpikir dan bertindak da.

8. Membangkitkan efek rasa malu

Efek rasa malu dinilai sangat perlu dalam dunia pendidikan. Namun, efek ini hanya akan digunakan untuk  hal-hal yang edukatif. Misanya, menyebutkan nama siswa yang tidak atau belum mengumpulkan tugas, strategi ini cukup efektif apabila dilakukan secara rutin setiap pembelajaran di kelas dan peserta didik lebih tertantang untuk belajar dan mengerjakan berbagai tugas atau latihan yang diberikan oleh guru.
9. Memberikan hadiah

Strategi selanjutnya yang dilakukan oleh guru untuk menghadapi peserta didik yang malas belajar adalah memberikan hadiah menarik bagi siapa saja yang mampu menyelesaikan tugas atau latihan tepat waktu dan memperoleh nilai seratus atau jawabannya benar semua.

Berikut 22 Jenis Strategi Pembelajaran Yang Patut Diketahui

Berikut 22 Strategi Pembelajaran Yang Patut Diketahui

BlogPendidikan.net
- Strategi pembelajaran adalah membelajarkan siswa dengan cara yang menarik dengan berbagai variasinya sehingga siswa terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Walhasil, pembelajaran menjadi sesuatu yang mengesankan bagi siswa. 

Strategi juga dapat berarti cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti- ganti strategi meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai strategi pembelajaran
22 Strategi Pembelajaran tersebut adalah:

1. Team Quiz (Quiz Kelompok)

Strategi ini dapat dikombinasikan dengan metode ceramah. Bermain quiz atau dikenal dengan Strategi Team Quiz adalah kegiatan tanya jawab antar kelompok. Dalam kegiatan bertanya dan menjawab akan terjadi proses belajar yang tidak membosankan. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang menyatakan “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya adalah ucapan verbal yang meminta respon orang yang dikenai. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan, sampai dengan hal-hal yang memerlukan pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong berpikir.

2. Listening Team (Tim Pendengar)

Listening Team adalah strategi lainnya yang dapat dikombinasikan dengan metode ceramah. Strategi ini dimaksudkan untuk mengaktifkan seluruh peserta didik dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan memberikan tugas yang berbeda-beda kepada masing-masing kelompok. Tujuannya agar pembelajaran tidak monoton dan membosankan serta siswa hanya bersikap pasif. Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan terfokus pada materi yang disampaikan dengan cerama.
3. Critical Incident (Pengalaman Penting)

Strategi ini tepat digunakan untuk memulai pembelajaran (apersepsi), dengan tujuan untuk melibatkan siswa sejak awal dengan menanyakan pengalaman mereka terkait materi. Critical incident dapat diartikan sebagai kejadian penting, pengalaman yang membekas dalam ingatan. Belajar dengan menggunakan strategi ini bertujuan untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan merefleksikan pengalaman mereka.

4. Information Search (Mencari Informasi)

Strategi ini dapat diterapkan pada materi-materi yang padat, monoton dan membosankan. Materi dapat diambil dari buku ajar, kliping koran, dst.

5. Reading Guide (Pemandu Bacaan)

Sering terdapat kejadian bahwa materi tidak dapat diselesaikan dalam kelas dan harus diselesaikan di luar kelas karena banyaknya materi yang harus diselesaikan. Dalam kondisi semacam itu, strategi ini dapat digunakan secara optimal. Strategi ini memiliki kesamaan dengan strategi information search. 
Bedanya, strategi ini tepat digunakan untuk pekerjaan rumah, dengan meminta mereka membaca di rumah dan jawabannya dapat disampaikan secara lisan pada pertemuan berikutnya. Jawaban secara lisan dimaksudkan agar siswa tidak hanya memindahkan jawaban dari buku cetak ke buku tulis mereka.

Karena sesungguhnya apa yang ditanyakan, jawabannya ada dalam teks bacaan tersebut. Bila siswa diminta menuliskan jawaban, yang terjadi bisa saja hanya proses pemindahan pengetahuan dari buku cetak ke buku tulis mereka, bukan ke otak mereka.

6. Jigsaw Learning (Belajar Model Gergaji)

Jigsaw Learning adalah strategi pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan Jigsaw adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar koopenatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. Model pembelajaran Jigsaw menggunakan teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok” (group to group exchange) dimana setiap peserta didik mengajarkan sesuatu kepada peserta didik yang lainnya. 
Dalam proses pengajaran itu terjadi diskusi. Dalam diskusi pasti ditemukan beberapa perbedaan pendapat yang dikarenakan oleh perbedaan pemahaman atas materi yang dipelajari oleh masing-masing peserta didik. Oleh karena itu, setiap kali seorang peserta didik mengajarkan sesuatu kepada yang lainnya berdasarkan apa yang telah dipelajarinya, akan terjadi timbal balik dari pihak pembelajar berdasarkan materi yang dipelajarinya pula

7. Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil)

Strategi ini dimaksudkan agar siswa dapat memahami materi bersama temannya dalam suatu kelompok kecil. Dengan strategi ini diharapkan siswa membangun kerja sama individu dalam kelompok, kemampuan analitis dan kepekaan sosial serta tanggung jawab individu dalam kelompok.

8. Active Debate (Debat Aktif)

Debat bisa menjadi satu strategi diskusi yang dapat mendorong pemikiran dan perenungan, terutama bila siswa diharapkan dapat mempertahankan pendapat yang bertentangan dengan keyakinan mereka sendiri. Strategi ini tepat digunakan bila ada dua isu atau permasalahan yang bersifat kontroversial


9. Point Counter Point (Tukar Pendapat)

Strategi ini sangat baik digunakan untuk melibatkan mahasiswa dalam mendiskusikan isu-isu kompleks secara mendalam. Strategi ini mirip dengan debat, hanya saja menggunakan berbagai sudut pandang (perspektif).

10. Snowballing (Bola Salju 1-2-4-8-16- dst)

Strategi ini diawali dengan melakukan aktivitas baik itu kegiatan mengamati maupun membaca yang dilakukan secara individu. Kegiatan perorangan ini kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kelompok kecil yang terdiri dari dua orang berkembang menjadi empat orang, delapan orang, enam belas orang, dan seterusnya hingga berakhir pada pembagian dua kelompok besar dalam satu kelas.

11. Socio Drama (Drama Sosial)

Strategi ini tepat digunakan untuk mengajarkan materi yang menekankan aspek afektif (pembentukan sikap, karakter dan kepribadian siswa). Strategi ini tepat untuk mengajarkan materi Pendidikan Kewarganegaan dan akhlak seperti sikap terpuji dan sikap tercela yang dalam kehidupan sehari-hari anak melihat dan bahkan mengalaminya.

12. Role Play (Bermain Peran)

Strategi ini baik dipakai untuk mengajarkan materi yang menekankan aspek afektif (pembentukan sikap, karakter dan kepribadian siswa. Strategi ini memiliki kesamaan dengan strategi Sosio drama. Bedanya skenario, peran dan setting cerita disesuaikan dengan materi. Sedangkan dialiog dipersiapkan oleh siswa dengan cara menyesuaikan dengan alur cerita. Strategi ini tepat digunakan untuk mengajarkan materi sejarah, baik sejarah nasional maupun Sejarah Peradaban Islam. Selain itu, dapat pula digunakan untuk mengajarkan materi bahasa Indonesia maupun bahasa asing.

13. Poster Comment (Komentar Gambar)

Strategi ini tepat untuk menstimulasi dan meningkatkan kreativitas dan mendorong penghayatan siswa terhadap suatu permasalahan. Melalui strategi ini siswa didorong untuk mengungkapkan pendapatnya.

14. Poster Session (Pembahasan Gambar)

Poster Session merupakan strategi yang tepat untuk menggali apa yang sedang dipikirkan dan dibayangkan siswa tentang materi serta melatih mereka untuk mengekspresikan apa yang mereka fikirkan dan rasakan.

15. Prediction Guide (Tebak Pelajaran)

Strategi ini dapat dikombinasikan dengan metode ceramah. Artinya guru menggunakan metode ceramah, dan pada saat yang sama menggunakan strategi ini. Strategi ini dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dari awal sampai akhir. Sebelum menyampaikan materi dengan metode ceramah, di awal siswa diminta untuk menebak apa yang akan muncul dalam topik yang akan disajikan. Selama penyampaian materi siswa diminta untuk mencocokkan hasil tebakan mereka dengan materi yang disampaikan oleh guru.

16. The Power of Two (Kekuatan Berdua)

Strategi ini digunakan untuk mendorong siswa memiliki kepekaan terhadap pentingnya bekerja sama. Filosofi metode ini adalah “berpikir berdua lebih baik dari pada berpikir sendiri”.

17. Question Students Have (Pertanyaan Siswa)

Strategi belajar ini merupakan cara yang aman untuk mengetahui kebutuhan dan harapan-harapan siswa. Strategi ini merupakan salah satu cara yang dapat mendatangkan partisipasi siswa melalui tulisan dari pada secara lisan.

18. Card Sort (Kartu Sortir)

Strategi ini merupakan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajar konsep, karakteristik, klasfikasi, fakta tentang objek, atau mereviu informasi. Gerakan fisik yang dominan dalam strategi dapat membantu mendinamisasi kelas yang kelelahan.

19. Everyone is a Teacher Here (Setiap Orang Adalah Guru)

Strategi ini sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan dan secara individual. Strategi ini juga memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi siswa lainnya.

20. Index Card Match (Mencari Pasangan)

Metode ini merupakan cara yang menyenangkan dan mengaktifkan siswa saat ingin meninjau ulang materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. 

21. Planted Question (Pertanyaan Rekayasa)

Strategi ini dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa yang selama ini dikenal guru kurang berminat dan kurang termotivasi dalam belajar atau kurang memiliki rasa percaya diri. Strategi ini membantu guru untuk mempresentasikan informasi dalam bentuk respon terhadap pertanyaan yang telah ditanamkan/diberikan sebelumnya kepada siswa tertentu. Sekalipun guru memberikan pembelajaran seperti biasa, namun siswa melihat guru seolah-olah sedang melaksanakan sesi tanya jawab.

22. Modelling the Way (Membuat Contoh Praktek)

Strategi ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktikkan keterampilan spesifik yang dipelajari di kelas melalui demonstrasi. Siswa diberi waktu menciptakan skenario sendiri dan menentukan bagaimana mereka mengilustrasikan keterampilan dan teknik yang baru saja dijelaskan.

Terapkan 6 Strategi Mengajar Ini Kepada Siswa Generasi Milenial

Terapkan 6 Strategi Mengajar Ini Kepada Siswa Generasi Milenial

BlogPendidikan.net
- Strategi dan metode pembelajaran harus segera di desain ulang untuk mencapai tujuan pembalajran disekolah karena generasi sekarang ini merupakan generasi yang melek terhadap tekhnologi maka sudah sewajarnya guru harus mengupgrade keilmuannya dan strategi pembelajaran yang digunakan dikelas. 

Berikut bebrapa strategi yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajran dikelas untuk generasi milenial adalah :

1. Gunakan Model Pembelajaran Terbimbing

Salah satu karakter pada generasi ini ketidaksukaannya terhadap pembelajaran yang difokuskan hanya membaca dan menyimak (metode ceramah). Generasi ini lebih tertarik kepada pengamatan dan pembelajaran langsung (praktek) dan  mereka memiliki kemampuan yang cepat dalam mengakses informasi atau materi pembelajaran, namun ada sisi kelemahan yang harus diperhatikan generasi ini kurang dalam menganalisis validasi sebuah informasi makanya guru perlu memberikan bimbingan ataupun arahan mengenai informasi yang mereka temukan. Dalam hal ini berarti guru harus menjadi fasilitator bagi para siswanya.
2. Pembelajaran Berbasis Visual dan Menyenangkan

Generasi ini memiliki struktur otak yang lebih mengedepankan pada perkembangan aspek Visual, maka dari itu pembelajaran harus di sajikan dalam bentuk visual. Hal ini dilakukan karena generasi ini sangat mudah memahami segala sesuatu yang disajikan dalam bentuk gambar. 

Metode pembelajaran berbasis visual merupakan penggunaan metode edutainment dikelas. Metode ini merupakan metode yang memangkas teknik mengajar konfensional seperti ceramah, catat dan sebagainya. Metode ini menggabungkan antara materi pembelajaran secara visual, bersifat narasi, pembelajaran dengan permainan dan pengajaran menggunakan gaya informal.
3. Mengoptimalkan Pembelajaran dengan Aplikasi dan Media Sosial

Generasi milenial merupakan ngenerasi yang tidak bisa lepas dari media sosial yang hampir semua aplikasi ada pada gedjetnya. Berdasarkan hasil survei diketahui generasi ini menggunakan 79% waktunya perhari digunakan untuk berinteraksi dengan Smartphone nya. Sedangkan akses mereka terhadap media sosial  minimal 10 kali dalam satu hari baik Facebook, twittwr, Whatshapp dan liannya. 
Melihat tingginya interaksi generasi ini terhadap media sosial tidak ada salahnya kita sebagai guru mencoba memanfaatkan dan memaksimalkan media sosial sebagai media dalam pembelajaran. Banyak aplikasi yang bisa dimanfaatkan ada google class room, elearning, Zoom Cloud metting, Learnign Management Sistem (LMS) ini semua merupakan media sosial yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran daring atau online.

4. Pembelajaran Berorientasi Pada Entrepreneurship dan Kreatifitas

Sing dan Dangmei menyebutkan generasi ini bersifat Entrepreneur, dapat dipercaya, generasi yang realistis terhadap menyikapi permasalahan dan generasi yang optimis untuk menatap masa depan. Jadi tidak mengherankan jika generasi ini memiliki Side Job diluar aktivitas belajar seperti desain grafis, content creator, youtuber, dan lain-lainnya.
Berbicara tentang kreativitas pembelajaran jika dihuhungkan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam umpamanya guru bisa mengajak atau mengarahkan siswa untuk membuat blog pribadi atau akun youtube untuk memposting kajian-kajian islami (ceramah pendek) yang itu nantinya akan meningkatkan jiwa kreativitas anak.

5. Mengoptimalkan Pembelajaran dalam Kelompok

Mintasih mengatakan generasi ini cenderung senang bekerjasama dengan rekan sejawatnya karena mereka punya rasa percaya diri yang tinggi ini menjadi modal utama bagi mereka untuk unjuk diri menyalurkan ide dan gagasannya kepada teman sejawatnya. 
Kerja kelompok ini tidak hanya dalam situasi yang nyata tetapi juga pada dunia maya artinya generasi ini menyukai kerja sama dengan fasilitas tekhnologi seperti Video Conference dan media lainnya. Ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Scawbel yang menyatakan 53% generasi ini menyenangi komunikasi secara pribadi dengan menggunakan tekhnologi informasi Instan messaging dan konferensi dengan video. Intinya generasi ini menyenangi kerja kelompok dengan sistem kolaborasi.

6. Menerapkan Sistem Blanded Learning

Sistem pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran konvensional dengan pembelajaran daring (Online). Artinya pembelajaran dalam satu semester dapat di rencanakan dengan dua jenis pertemuan konvensional dan daring dengan penggabungan ini diharapkan dapat mengenai sasaran pembelajaran untuk generasi ini. 
Blanded Learning erat kaitannya dengan pembelajaran berbasis tekhnologi maka perlunya guru untuk memanfaatkan dan mengupgrade pengetahuannya sesuai dengan perkembangan zaman yakni tentang ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Contohnya dalam pembelajaran guru dapat memanfaatkan WhatsApp group guru tinggal membagikan link materi atau tugas yang dapat diakses oleh siswa untuk dipelajari.