Suka Duka Belajar Dari Rumah Curhat Guru dan Murid

Suka Duka Belajar Dari Rumah Curhat Guru dan Murid

Para siswa di Indonesia menjalani sistem belajar di rumah sejak 19 Maret 2020. Kebijakan ini ditetapkan pemerintah sebagai langkah mengurangi penyebaran virus korona Covid-19.

Lantaran baru pertama kali diterapkan secara serentak, sistem belajar di rumah menjadi pengalaman baru bagi guru dan murid, termasuk wali murid. Banyak suka dan duka dialami. Salah satunya, kendala jaringan internet. Seperti diketahui, sistem belajar di rumah menggunakan perantara gawai dan koneksi internet untuk mempertemukan guru dan murid secara online.

Acap kali, jaringan internet yang tidak stabil menghambat kemampuan performa siswa dalam menyelesaikan tugas. Tugas terlambat dikumpulkan karena masalah jaringan.
Jam belajar dan jam istirahat juga diterapkan di rumah layaknya ketika sedang di sekolah. Mereka konsisten melakukan sistem belajar di rumah setiap hari kecuali Sabtu dan Minggu.

Berikut penuturan dari sejumlah orang tua, murid, dan guru;

1. Mengandalkan Aplikasi

Sejauh ini, para murid menikmati sistem belajar dari rumah. Dalam proses keseharian, mereka masih bisa berkomunikasi dengan teman-temannya melalui aplikasi chatting.
Begitu juga saat absensi kelas. Salah satu wali murid, Elang Riki Yanuar, menceritakan keseharian anaknya Elang Ridho yang duduk di kelas 7 SMP Budi Luhur.
Kelas selalu dimulai setiap pukul 08.00 pagi. Saat memulai kelas, absen kehadiran siswa dilakukan via aplikasi Google Classroom.
"Wajib mengisi nama lengkap dan kelas. Setelah itu, menunggu tugas yang diberikan guru," kata Elang Riki.
Begitu juga ketika mengumpulkan pekerjaan rumah (PR). Aplikasi Google Classroom menjadi andalan para murid. Mereka tinggal mengirimkan semua PR melalui aplikasi Google Clasroom.
"Maksimal tugas dikumpulkan pada malam hari," tutur Elang Riki.
Selain itu, interaksi dengan guru juga dilakukan melalui aplikasi Zoom. Aplikasi teleconference itu kini menjadi andalan sejak pemerintah menetapkan kebijakan belajar di rumah.
Sementara, dari sisi guru, masing-masing guru mata pelajaran membuat grup chat dalam memantau proses belajar. Semua kendala dan saran dibeberkan dalam grup tersebut.
"Sebagai guru BK (bimbingan konseling), saya membuat grup chat per kelas khusus untuk BK dan siswa/i di dalamnya. Tujuannya adalah untuk memantau proses belajar anak. Kendala yang mereka sampaikan akan diteruskan kepada para guru dan kepala sekolah," ujar seorang guru BK sebuah SMP swasta di Jakarta. Guru BK ini meminta identitasnya tak diungkap karena kebijakan sekolah.

2. Tantangan Menjaga Murid Tetap Fokus

Dengan belajar di rumah, tentunya fungsi pengawasan dari guru berkurang. Beberapa anak mungkin kerap mencuri waktu melakukan kegiatan lain, sehingga tidak fokus mengerjakan tugas.
Hal ini diakui Elang Riki. Putranya kerap curi-curi waktu mengintip media sosial. Baginya, hal ini sangat menyita waktu untuk mengawasi dan mengingatkan anak agar kembali mengerjakan tugas.
"Kalau game dan pengawasan lain, biasanya memakai aplikasi Google Family Link di ponsel anak. Jadi, game diblokir sementara hingga belajar online selesai," kata Elang Riki.

3. Pendekatan Orang Tua Kunci Utama

Hal yang lumrah ketika anak bosan dan tergoda bermain ketimbang mengerjakan tugas sekolah. Kehadiran orang tua penting dalam mengawasi dan menasihati.
"Biasanya saya memberikan nasihat. Karena semakin cepat menyelesaikan tugas, maka anak bisa melakukan aktivitas lain yang disuka," kata Elang Riki.
Pola yang sama diterapkan oleh Yudha Wirakusuma. Yudha mengajarkan arti bertanggung jawab kepada anaknya agar mempunyai kesadaran untuk menyelesaikan semua tugas sekolah.
"Memberikan pengertian kepada anak tentang arti tanggung jawab, sehingga setiap pilihan sikap punya konsekuensi. Kemudian, memberikan pengertian soal pembagian waktu," kata Yudha.
Tidak hanya itu, Yudha juga punya cara tersendiri agar anaknya tidak bosan. Salah satunya dengan bermain tebak gambar dan mengajak anak memperbaiki mainan kesukaan saat jam istirahat.
"Saya ajak anak menyalurkan hobi seperti menggambar dan memperbaiki mainan kesukaan yang rusak. Kami membuat games menarik untuk anak untuk mengusir jenuh," ujar Yudha.

4. Berbagi Peran Mengawasi Dua Anak

Yudha memiliki dua anak. Anak pertama yaitu Muhammad Fathan As Salafy, kelas 4 di SDIT Ar Rahman. Sementara anak kedua, Muhammad Aldebaran Alghalibi, bersekolah di TK nol kecil.
Yudha mengaku mengawasi dua anak tidak mudah. Anak kerap berebut perhatian. Untuk mengatasinya, Yudha berbagi tugas bersama istri.
"Biasanya sama istri membagi tugas dalam membimbing dan mengawasi anak saat belajar," ujar Yudha.

5. Murid Kesiangan

Suasana belajar di rumah lebih fleksibel. Murid tidak perlu bangun lebih pagi untuk sarapan dan persiapan berangkat ke sekolah. Namun, beberapa murid kerap terlambat mengikuti kelas online.
"Ada beberapa siswa yang bangunnya kesiangan. Sedangkan proses belajar onlinenya sudah dimulai, sehingga terlambat mengumpulkan tugas. Guru yang harus mengabsen satu per satu siswanya untuk memulai kegiatan home learning, dan proses absen yang harus direkap setiap harinya dilaporkan kepada kepala sekolah," kata guru BK SMP swasta yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Di sekolahnya, tidak ada sanksi berat yang diberikan kepada murid yang telat mengikuti kelas. "Hanya penegasan dan selalu diingatkan melalui grup kelas yang ada wali kelasnya dan grup BK sendiri, serta komunikasi dengan orang tua agar anaknya lebih diperhatikan dalam proses home learning ini," kata dia.

6. Keterbatasan Alat Penunjang

Guru BK SMP itu menceritakan, ada beberapa murid dari sekolah lain yang tidak memiliki laptop maupun gawai lainnya. Keterbatasan ini membuat murid tidak maksimal dalam mengerjakan tugas dan tidak bisa mengumpulkan tugas tepat waktu.
Beruntung, para guru dapat memakluminya. Mereka yang terkendala perangkat digital diberi toleransi. Misalnya, mengirimkan tugas melalui chat masing-masing guru, atau tugas boleh dikumpulkan keesokan harinya. "Perjuangan mereka akan dilihat sebagai nilai tambahan," tuturnya.

7. Menguras Tenaga

Proses belajar online menguras tenaga para guru. Para guru harus menyiapkan banyak energi, karena harus belajar berbagai program belajar online, menyiapkan kuota, serta kesulitan mengoreksi hasil tugas yang terkadang hasilnya tidak maksimal.
"Contoh, tugas yang difoto dan dikirimkan melalui Google Classroom kurang jelas," kata Guru BK SMP.
Begitu juga dari segi siswa yang mengeluh karena banyak tugas. Setelah dievaluasi, beberapa guru sudah mulai mengurangi tugas agar meringankan murid.
"Mungkin beberapa murid menikmatinya karena di beberapa sekolah setiap harinya diberikan satu pelajaran saja dengan durasi tiga jam mengerjakan tugas yang diberikan setiap mata pelajaran," ujarnya.

8. Guru Rutin Memotivasi Murid

Dalam proses belajar di rumah, guru punya cara tersendiri dalam meningkatkan semangat belajar murid. Salah satunya dengan memberikan kalimat-kalimat motivasi yang membangun semangat murid untuk selalu siap memulai proses belajar di rumah setiap harinya.
"Dengan begitu, mereka setiap hari sebelum proses belajar dimulai, mereka sudah menunggu materi atau tugas pelajaran pada hari itu. Artinya, siswa sudah siap untuk melaksanakan sistem belajar dari rumah," ujar Guru BK SMP itu.
Menurutnya, memberikan kalimat motivasi berjalan efektif. Dia memberikan dua contoh kalimat motivasi yang disampaikan kepada murid. Kemalasan hanya akan membawamu ke dalam penyesalan. Semangat untuk hari ini, yang kemarin gagal tidak apa-apa. Hari ini belajar berproses lebih baik lagi.

9. Rindu Sekolah

Belajar di rumah yang sudah berjalan hampir sebulan rupanya memberikan kesan tersendiri bagi Elang Ridho. Dia menilai lebih suka belajar di sekolah karena bisa bertemu teman.
"Kalau belajar di rumah ada internet. Mengerjakan tugasnya jadi lebih mudah karena bisa langsung cari di Google. Kalau di sekolah, ponsel dikumpulkan di loker kelas selama jam belajar," kata Elang Ridho.

10. Murid Menikmati

Proses belajar di rumah dinilai menyenangkan bagi para murid. Sebab, selain waktunya fleksibel, murid terbantu mesin pencarian dalam menyelesaikan tugas.
Guru juga memberikan respons yang baik selama sistem belajar jarak jauh. "Alhamdulillah, jika ada yang tidak mengerti guru bersedia menjelaskan dan bekerja sama dengan baik," kata Yudha.
Sementara, Elang Riki mengatakan, selama jaringan internet tidak ada gangguan, proses belajar akan berlangsung dengan baik. "Jangan lupa juga sediakan camilan buat anak," ucapnya.
Source; medcom.id

Share this

Artikel Terkait

Previous
Next Post »
Comments