Bagaimana Teknik Penyususnan Soal Tes Obyektif Bagi Siswa

Bagaimana Teknik Penyususnan Soal Tes Obyektif Bagi Siswa

BlogPendidikan.net
- Tes bentuk objektif adalah perangkat tes yang butir-butir soalnya mengandung alternatif jawaban yang harus dipilih oleh peserta tes. Alternatif jawaban telah disediakan oleh penyusun butir soal. Dalam hal ini, peserta tes hanya memilih jawaban yang benar atau paling benar dari alternatif jawaban yang telah disediakan.

Pada dasarnya, ada empat bentuk tes obyektif, yaitu : (1) Bentuk Benar-Salah atau B-S; (2) Bentuk jawaban singkat atau isian singkat; (3) Bentuk menjodohkan; dan (4) bentuk pilihan ganda (multiple choice). 

Soal tes obyektif juga memiliki beberapa keunggulan yang tidak ditemukan pada soal-soal tes bentuk essay. Keunggulan-keunggulan tersebut adalah :

1. Jumlah soal banyak, sehingga dapat mencakup semua isi mata pelajaran 
2. Penilaiannya mudah (bisa diwakilkan atau dengan alat scanner), dan obyektif; 
3. Tugas yang harus dilakukan peserta tes jelas, sehingga tidak ada kemungkinan bagi peserta tes untuk mengemukakan hal-hal yang tidak relevan dengan pertanyaan;
4. Hasil tes dapat diinformasikan lebih cepat; 
5. Reliabilitas skor tinggi; dan
6. Memungkinkan penyelenggaraan tes bersama pada wilayah yang luas seperti US dan UN.

Bagaimana teknik penyusunan tes obyektif?

1. Tes Bentuk Benar - Salah

Nama lain dari tes ini adalah True-false Item atau True-false Test, tes berupa pernyataan (statement), tes menyediakan dua pilihan jawaban, yaitu Ya/Tidak atau Benar - Salah. Model yang biasa digunakan adalah Benar - Salah atau B – S dan Siswa hanya diminta menandai masing-masing pernyataan dengan melingkari huruf B jika pernyataan tersebut Benar, dan S jika pernyataannya Salah.

Teknik Penyusunan:

1) Hindarkan penggunaan pernyataan yang terlalu umum.
2) Hindarkan penggunaan pernyataan-pernyataan negatif, terutama negatif ganda.
3) Hindarkan penggunaan dua ide dalam satu pernyataan.
4) Jumlah pernyataan yang Benar, direncanakan sama dengan jumlah pernyataan yang Salah.
5) Hindari penggunaan kalimat yang kompleks dan mendua arti.
6) Buatlah pernyataan yang Benar dan yang Salah dengan panjang yang hampir sama.

2. Tes Bentuk Jawaban Singkat

Tes bentuk jawaban singkat dan tes bentuk isian (melengkapi) keduanya merupakan bentuk tes yang dapat dijawab dengan satu kata, satu bagian kalimat, angka atau  simbol. Perbedaan keduanya terletak pada cara menyajikan masalah atau persoalannya. Soal tes jawaban singkat disajikan dengan kalimat tanya, sedangkan soal tes bentuk isian (melengkapi) disajikan dengan kalimat yang tidak lengkap.

Tes bentuk jawaban singkat dan isian ini sangat cocok digunakan untuk mengukur beraneka ragam hasil belajar yang relatif sederhana.

Teknik Penyusunan :

1) Nyatakan buti-butir soal jawaban singkat tersebut sedemikian rupa, sehingga bisa dijawab secara singkat dan spesifik.
2) Pertanyaan langsung umumnya lebih baik daripada pernyataan yang tidak langsung.
3) Tempat kosong untuk menuliskan jawaban pada tes melengkapi hendaknya sama, dan diletakkan pada kolom paling kanan.
4) Pada butir isian, jangan terlalu banyak bagian-bagian kalimat yang dihilangkan, karena kalimat tersebut akan kehilangan pengertiannya. Hal ini akan menyebabkan peserta tes mengalami kesulitan dan akan menebak.

3. Tes Bentuk Menjodohkan

Pada dasarnya, tes bentuk menjodohkan adalah hampir sama dengan pilihan ganda, di mana peserta tes diminta untuk menjodohkan sebuah butir soal di salah satu kolom dengan salah satu pilihan jawaban yang benar yang terdapat pada kolom lainnya. Dengan demikian, tes bentuk menjodohkan terdiri atas dua bagian, yaitu kolom pertanyaan (premis) yang biasanya diletakkan pada kolom bagian kiri, dan kolom jawaban (respon), yang berada pada kolom bagian kanan.

Teknik Penyusunan:

1. Dalam setiap butir soal tes bentuk menjodohkan hendaknya hanya digunakan satu jenis materi yang homogin. Yang dimaksud homogen adalah berupa satu jenis atau satu klasifikasi yang sama. Jadi, kalau bagian yang dijodohi adalah nama-nama orang, maka semuanya harus nama orang, jangan terselip satupun yang bukan nama orang. Begitu pula, pada bagian yang dijodohkan juga harus sejenis.
2. Hendaknya jumlah pilihan jawaban (kolom sebelah kanan) adalah lebih banyak dari jumlah pertanyaan (pada kolom sebelah kiri), dengan perbandingan kira-kira 2 : 3.
3. Membatasi jumlah butir pada setiap kelompok materi.
4. Hindari jawaban yang mirip dengan soal.
5. Buatlah petunjuk pelaksanaan penjodohan (pengerjaan soal) tersebut secara jelas.
6. Hendaknya daftar soal (pertanyaan) dalam tes bentuk menjodohkan tersebut perlu disusun dengan cara mengelompokkan berdasarkan materi.

4. Tes Bentuk Pilihan Ganda

Butir soal tes bentuk pilihan ganda ini merupakan salah satu bentuk tes obyektif yang paling luwes dan banyak dikembangkan akhir-akhir ini, karena dapat digunakan untuk mengukur berbagai tataran pengetahuan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tes pilihan ganda terdiri atas bagian pokok soal/pertanyaan yang disebut STEM, dan bagian alternatif jawaban yang disebut OPTIONS. Opsi jawaban, terdiri atas: satu jawaban BENAR, yaitu kunci jawaban, dan beberapa alternatif jawaban yang disebut pengecoh (distraktor).

Teknik penyusunan butir Tes Pilihan Ganda:

1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
3. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban hendaknya merupakan pertanyaan yang diperlukan saja. Rumusan persoalan hendaknya jangan bertele-tele yang tidak relevan dengan persoalan.
4. Pokok soal hendaknya jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Atau hindarkan sifat asosiatif antara pokok soal dengan alternatif jawabannya.
5. Pokok soal hendaknya jangan menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda.
6. Pilihan jawaban harus homogen dan atau logis ditinjau dari segi materi.
7. Semua alternatif jawaban benar (kunci jawaban) hendaknya harus sulit dibedakan dengan pengecoh-pengecohnya, khususnya bagi mereka yang belum mencapai tujuan belajarnya.
8. Panjang rumusan pilihan jawaban hendaknya relatif sama. Atau, panjang alternatif jawaban hendaknya tidak memberikan isyarat akan jawaban yang benar.
9. Pilihan jawaban hendaknya jangan menggunakan pernyataan yang berbunyi ”semua pilihan jawaban di atas salah” atau ”semua jawaban di atas benar”.
10. Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan ukuran besar kecilnya, pengurutan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan peserta tes melihat pilihan jawabannya.
11. Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
12. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau paling benar.
13. Butir soal hendaknya jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
14. Penempatan alternatif jawaban yang benar (kunci jawaban) hendaknya tidak mengikuti pola sistematis, sehingga tidak memberikan isyarat secara jelas kepada peserta tes tentang jawaban yang benar.

Share this

Artikel Terkait

Previous
Next Post »
Comments