Jangan Berikan Tugas LKS Dalam Proses Belajar Dirumah, Bikin Stres Siswa

Jangan Berikan Tugas LKS Dalam Proses Belajar Dirumah, Bikin Stres Siswa

Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal menyoroti praktik belajar dari rumah yang dilakukan para siswa. Menurut dia, yang terjadi justru anak-anak banyak makin stres sebab guru-gurunya hanya memberikan tugas atau soal setiap hari.

Rizal mengatakan kondisi itu dipicu karena belum adanya ketegasan serta aksi nyata dari pemerintah tentang pembelajaran kontekstual perang melawan wabah Covid-19. “Mengakibatkan guru-guru di sekolah, umumnya sekolah non-GSM, membebani murid-murid dengan berbagai tugas dan menjawab soal-soal di rumah.” 

Rizal menuturkan, meskipun UN atau ujian sekolah sudah ditiadakan, namun paradigma serta keterampilan sejumlah guru masih cenderung kuno. Akibatnya selama menjalani sekolah dari rumah, anak-anak bukannya merasa bahagia dan refreshing di rumah. Tetapi merasakan stres yang berlebih dan merasakan beban belajar lebih berat. Guru mengambil langkah mudah dengan memindahkan beban belajardi sekolah ke rumah begitu saja. Akibatnya banyak orang tua yang ikut-ikutan disibukkan mengerjakan tugas sekolah anaknya.

Untuk itu Rizal menuturkan GSM sebagai bagian dari komunitas masyarakat sipil yang bergerak di pendidikan akar rumput, mengambil beberapa inisiatif. Diantaranya mengajak guru-guru di seluruh Indonesia untuk menghentikan pemberian beban soal LKS dan tugas sejenisnya di rumah. Kemudian mengubahnya dengan pembelajaran kontekstual melawan wabah Covid-19.

“Selain itu menciptakan pembelajaran yang membuat siswa bahagia,” katanya.
Rizal menuturkan saat ini Indonesia sedang menghadapi sejumlah keresahan di tengah wabah Covid-19. Faktor kesehatan menjadi keresahan yang utama. Kemudian mulai muncul dampak lain, seperti di bidang ekonomi sampai kesehatan mental yang sedang diuji.

Untuk itu dia mengatakan saat ini perlu kampanye bersama membangun ketangguhan keluarga. Salah satunya dengan proses pembelajaran yang mengenyangkan yang diberi nama program #TangguhBersamaKeluarga.

“Latar belakang dari kampanye #TangguhBersamaKeluarga adalah selain social distancingphysical distancing, dan kebijakan pemerintah lain, membangun imun tubuh kebal virus perlu diperhatikan,” tuturnya. Imun tubuh meningkat jika manusianya bisa mengontrol stres.

Dia menegaskan kesempatan pembelajaran online selama ini salah kaprah. Pembelajaran online justru memisahkan siswa dari keseharian keluarga. Anak-anak dan orang tua bukannya membangun kedekatan. Namun justru dibuat sibuk dengan soal-soal dan materi yang tidak kontekstual. Hal inilah yang berpotensi menimbulkan masalah baru. Bahkan memperburuk hubungan keluarga dan sekolah. Menurutnya materi pelajaran sudah tidak relevan lagi jika menjawab soal di buku atau lembar kerja siswa (LKS). Sebab tidak terkait dengan persoalan nyata yang dihadapi di masa wabah ini.

Share this

Artikel Terkait

Previous
Next Post »
Comments