Mulai Dari Shift Hingga Pembatasan Siswa 18 Per Kelas, Strategi New Normal

Mulai Dari Shift Hingga Pembatasan Siswa 18 Per Kelas, Strategi New Normal

Pemerintah Kota Depok tengah menyiapkan formula penerapan kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka langsung di era tatanan kehidupan baru atau new normal yang saat ini masih menunggu atensi dari Gugus Tugas Nasional.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok, Mohammad Thamrin mengklaim telah menyiapkan beberapa konsep untuk menyambut tatanan kehidupan baru selain penggunaan masker yang memang sudah menjadi keharusan.

Strategi-stretegi tersebut di antaranya sistem KBM yang akan dibagi dalam bentuk shift pagi dan siang.

Kemudian pembatasan jumlah maksimal siswa dalam satu ruangan sebanyak 18-20 orang per kelas untuk menghindari kerumunan. Selanjutnya ada pembatasan jarak sepanjang satu meter antarsiswa sehingga satu meja diisi satu orang siswa.

Demikian disampaikan Mohammad Thamrin kepada Pikiranrakyat-depok.com saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Senin, 1 Juni 2020.

"Nanti kita buat SOP juga untuk diterapkan di masing-masing satuan pendidikan ini yang harus dilakukan siswal, guru, dan sekolah, tapi masih menunggu kebijakan lebih lanjut karena waktu masih nanti di tahun ajaran baru, yaitu 18 juli 2020," kata Mohammad Thamrin.

"Rencana awal 20 maksimal per kelas dengan konsekuensi pagi dan siang dan selisih minimal satu jam (pergantian shift). kalau kurang satu jam akan ada kerumunan. Kita pelajari semua, lalu konsep ini akan diskusikan dengan tim gugus tugas," tuturnya.

Thamrin menyatakan saat ini Kementerian Pendidikan telah menyiapkan protokol tetap untuk kemudian ditindak lanjuti di masing-masing daerah.

Namun demikian, Kota Depok akan menyesuaikan dengan kondisi di masing-masing satuan pendidikan, misalnya sekolah dasar yang memang masih terkendala kapasitas kelas.

"Kalau kita bikin dua shift saja hanya kebagian tatap muka dua hari mungkin. Kalau jumlah rombongan belajar ada 24 atau 18 tapi ruang kelas tidak sebanding,' katanya.

Dia mengatakan selanjutnya untuk tenaga pengajar yang menderita penyakit rentan seperti diabetes dan jantung agar mengisi materi daring sehingga tidak boleh melaksanakan KBM tatap muka.

Pengurangan pemberian materi

Thamrin menjelaskan pada tatanan kehidupan normal baru di sektor pendidikan ada pembatasan materi yang diberikan serta akan mengurangi sejumlah tugas dan pekerjaan rumah.

Selain itu, siswa juga dilarang melakukan kegiatan berolahraga di lapangan lantaran akan berpotensi adanya kerumunan.

"Yang kita utamakan soal tujuan pembelajaran jadi enggak harus dengan PR dan tugas banyak, yang jelas tujuan pembelajaran bisa tercapai," kata dia.

Selanjutnya, Thmarin menyebut akan menutup kantin-kantin di sekolah sampai batas waktu tertentu sehingga siswa diharuskan membawa bekal makanan dari rumahnya masing-masing.

Lebih lanjut, kata Thamrin, pihaknya akan membuat surat imbauan agar orang tua mengantarkan sekaligus menjemput anak-anaknya.

Hal ini bertujuan untuk mengeliminir siswa bisa melakukan kegiatan di luar rumah selepas pulang sekolah sehingga bisa rentan tertular pandemi virus.

Protokol-protokol ini akan diputuskan setelah mendapatkan arahan langsung dari gugus tugas berkaitan dengan adanya pelonggaran kegiatan untuk sektor pendidikan.

Di lain sisi, bila mengacu terhadap arahan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, saat ini pelonggaran untuk sektor pendidikan di Jawa Barat menjadi sektor yang terakhir yang diizinkan beroperasi.
"Mungkin nanti gubernur berkoordinasi dengan gugus tugas nasional. Baru kita ikuti," ucap Thamrin.

"Tapi kita persiapkan dua konsep itu, kalau masih pembelajaran jarak jauh (PJJ) ya konsepnya seperti ini. Kalau tatap muka ya kita tatap muka tapi mungkin terbatas kita siapkan konsep yang sudah kita siapkan," ungkap Thamrin

Share this

Artikel Terkait

Previous
Next Post »
Comments