Blogpendidikan.net - Pemerintah Indonesia mulai memperhitungkan berbagai skenario ringan hingga terburuk yang akan dilalui atas penyebaran wabah virus corona (COVID-19).
Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan Forum Komuikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) DKI Jakarta, skenario terburuk kasus positif virus tersebut bisa mencapai sekitar 6.000 - 8.000 orang.
"Skenario terburuk bisa mencapai 6.000 sampai 8.000 orang positif," kata Pangdam Jaya Mayjen Eko Margiyono dalam konferensi pers yang digelar secara virtual melalui akun YouTube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Hasil analisis Forkopimda, simulasi tersebut bisa terjadi di wilayah DKI Jakarta. Apalagi, mayoritas kasus positif dari total kasus corona secara keseluruhan berada di wilayah Ibu Kota Negara.
Hingga jumat (27/3/2020), sebanyak 1046 orang teridentifikasi positif corona, di mana total yang meninggal mencapai 87 orang dan sudah sembuh 46 orang. Bukan tidak mungkin, angka ini akan semakin bertambah ke depannya.
Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, khususnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun sudah menyiapkan berbagai skenario, apabila jika skenario terburuk benar-benara terjadi. Lantas, seperti apa skenario maupun langkah yang akan dilakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran wabah virus corona?
Strategi Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya dalam rapat terbatas dengan topik pengarahan kepada seluruh gubernur menghadapi pandemik Covid-19 telah menyampaikan berbagai skenario yang disiapkan apabila wabah COVID-19 makin memburuk. "Beberapa skenario juga telah kita hitung, telah kita kalkulasi mengenai prediksi COVID-19 di Indonesia bulan April seperti apa, Mei seperti apa," kata Jokowi.
Berdasarkan kalkulasi yang telah dihitung pemerintah dengan mengukur daya tahan serta pendapatan masyarakat, ada beberapa sektor pekerjaan di sejumlah daerah yang akan terkena dampak dari virus corona.
"Saya berbicara skenario sedang saja misalnya untuk buruh, Nusa Tenggara Barat. Kalau skenario sedang, akan ada penurunan pendapatan kurang lebih 25% karena hitungan kita, kita mampu bertahan Juni - September," katanya.
Tak hanya buruh, para petani jika menggunakan skenario sedang akan mengalami penurunan pendapatan hingga 34% dengan daya tahan sampai November. Kondisi ini akan terjadi di Provinsi Kalimantan Barat.
"UMKM skenario sedang, yang berat di Kalimantan Utara dengan penurunan pendapatan sampai 36% dan kemampuan bertahan sampai Agustus - Oktober," katanya.
Khusus supir angkutan umum dan ojek, eks Gubernur DKI Jakarta itu menerangkan bahwa dengan skenario sedang akan terjadi penurunan pendapatan sampai 44%. Paling berat, akan terjadi di kepulauan Sumatera.
"Skenario buruk, sedang, ringan seperti apa dan saya kira kita ingin kita berada di skenario yang ringan dan kalau betul-betul sulit dibendung ya paling tidak kita masuk ke skenario sedang jangan sampai masuk ke skenario yang paling buruk," jelasnya
Berbagai langkah mitigasi pun telah dilakukan pemerintah pusat, seperti menjadikan Wisma Atlet Kemayoran sebagai rumah sakit darurat Covid-19. Tak hanya itu, hotel maupun asrama haji pun telah disiapkan jika rumah sakit tak lagi bisa menampung pasien positif. Pemerintah juga saat ini tengah menyiapkan rumah sakit khusus COVID-19 di Pulau Galang.
Strategi Anies Baswedan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku elah berkoordinasi dengan Presiden Jokowi dalam penanganan COVID-19. Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu telah melaporkan bahwa Jakarta telah memiliki skema penanganan kritis.
"DKI Jakarta sudah menyiapkan skenario untuk menangani ketika kasusnya berjumlah 500, 1.000, bahkan sampai dengan 8.000 orang terkonfirmasi positif," ucap Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti dalam keterangannya, Skenario yang disiapkan adalah dengan membagi 3 kelompok mereka yang terindikasi positif. Tiap kelompok dibedakan berdasarkan gejala yang dialami, dengan penanganan yang berbeda.
"Kelompok tersebut antara lain kelompok pertama, parah/kritis sebesar 8%. Kelompok kedua, berat sebesar 12%, dan kelompok ketiga, ringan sebesar 80%," ujarnya
"Dengan skenario itu, maka yang membutuhkan perawatan intensif adalah 20 persen pertama, yang 80 persen gejalanya ringan sehingga bisa menggunakan fasilitas yang relatif minim termasuk ke Wisma Atlet atau RS lain," jelasnya
"Tapi, yang 20 persen pertama akan membutuhkan fasilitas kesehatan lengkap (ventilator, bantuan oksigen, peralatan medis yang intensif) ini levelnya ICU dan IGD untuk 20 persen pasien yang masuk," ujarnya.
Perlukah Lockdown?
Ekonom dan Pendiri Indef Faisal Basri mengatakan, melihat kondisi seperti ini upaya social distancing yang digalakkan pemerintah masih kurang efektif. Covid 19 atau Corona ibarat musuh yang tidak terlihat.
"Dan satu-satunya cara hambat gerak musuh adalah membatasi ruang gerak musuh. Musuhnya kan kita tidak tahu, mudah-mudahan pemerintah ada data dan terbuka. Sebab kondisi amunisi kita rentan," ujar Faisal Basri dalam wawancara bersama podcast CNBC Indonesia.
Ia menerangkan, perang melawan corona yang dibutuhkan adalah ketersediaan tenaga medis, rumah sakit, APD, dan sarana medis lainnya. Namun melihat kondisi belakangan di mana dokter dan perawat mulai berguguran, akan kesulitan ke depan bagi pemerintah untuk mengobati. "Ini bukan kondisi normal, perlu lockdown terbatas," tegasnya.
Lockdown terbatas bisa disampaiken pemerintah dengan istilah lain yang tidak begitu menakuti publik, dengan definisi yang perlu juga dijelaskan secara rinci. Seperti apa-apa saja yang bisa dilakukan dan tidak bisa dilakukan warga selama lockdown terbatas ini berlangsung.
"Setidaknya satu bulan, awalnya dua minggu. Kalau selesai percayalah, gerak ekonomi bisa melonjak lagi. Karena dengan ini ada upaya isolasi musuh, dan musuh tidak bisa kemana-mana." Ia juga meyakini dengan kondisi geografis kepulauan, sangat menguntungkan pemerintah jika ingin lockdown karena sebagian besar wilayah Indonesia masih belum terdampak corona.
Berdasar data, pola yang kini terjadi di Indonesia juga dilihatnya mirip seperti Italia. Di mana sampai hari ke 20 masih belum ada penyebaran yang begitu luas, namun begitu masuk hari ke -50 karena tidak ada upaya lockdown langsung melonjak gila-gilaan. "Italia ekstrem, pemerintah tidak sanggup dan para dokter di sana juga mengobati dengan skala prioritas. Kita harus lebih waspada, karena masih jauh dari kondisi puncak tapi harus diantisipasi," jelasnya.
Indonesia, kata dia, masih punya waktu untuk mencegah terjadinya puncak kasus yang ekstrem.
"Yang kita bisa lakukan adalah lockdown terbatas, test kit sebanyak-banyaknya, persiapan logistik, APD untuk medis. Garda terdepan mesti paling dijaga karena paling utama hadang musuh."
Artikel ini telah tayang www.cnbcindonesia.com dengan judul; Jokowi-Anies & Skenario 8.000 Orang Positif Corona, Lockdown?
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200327125451-4-147942/jokowi-anies-skenario-8000-orang-positif-corona-lockdown
"Tapi, yang 20 persen pertama akan membutuhkan fasilitas kesehatan lengkap (ventilator, bantuan oksigen, peralatan medis yang intensif) ini levelnya ICU dan IGD untuk 20 persen pasien yang masuk," ujarnya.
Perlukah Lockdown?
Ekonom dan Pendiri Indef Faisal Basri mengatakan, melihat kondisi seperti ini upaya social distancing yang digalakkan pemerintah masih kurang efektif. Covid 19 atau Corona ibarat musuh yang tidak terlihat.
"Dan satu-satunya cara hambat gerak musuh adalah membatasi ruang gerak musuh. Musuhnya kan kita tidak tahu, mudah-mudahan pemerintah ada data dan terbuka. Sebab kondisi amunisi kita rentan," ujar Faisal Basri dalam wawancara bersama podcast CNBC Indonesia.
Ia menerangkan, perang melawan corona yang dibutuhkan adalah ketersediaan tenaga medis, rumah sakit, APD, dan sarana medis lainnya. Namun melihat kondisi belakangan di mana dokter dan perawat mulai berguguran, akan kesulitan ke depan bagi pemerintah untuk mengobati. "Ini bukan kondisi normal, perlu lockdown terbatas," tegasnya.
Lockdown terbatas bisa disampaiken pemerintah dengan istilah lain yang tidak begitu menakuti publik, dengan definisi yang perlu juga dijelaskan secara rinci. Seperti apa-apa saja yang bisa dilakukan dan tidak bisa dilakukan warga selama lockdown terbatas ini berlangsung.
"Setidaknya satu bulan, awalnya dua minggu. Kalau selesai percayalah, gerak ekonomi bisa melonjak lagi. Karena dengan ini ada upaya isolasi musuh, dan musuh tidak bisa kemana-mana." Ia juga meyakini dengan kondisi geografis kepulauan, sangat menguntungkan pemerintah jika ingin lockdown karena sebagian besar wilayah Indonesia masih belum terdampak corona.
Berdasar data, pola yang kini terjadi di Indonesia juga dilihatnya mirip seperti Italia. Di mana sampai hari ke 20 masih belum ada penyebaran yang begitu luas, namun begitu masuk hari ke -50 karena tidak ada upaya lockdown langsung melonjak gila-gilaan. "Italia ekstrem, pemerintah tidak sanggup dan para dokter di sana juga mengobati dengan skala prioritas. Kita harus lebih waspada, karena masih jauh dari kondisi puncak tapi harus diantisipasi," jelasnya.
Indonesia, kata dia, masih punya waktu untuk mencegah terjadinya puncak kasus yang ekstrem.
"Yang kita bisa lakukan adalah lockdown terbatas, test kit sebanyak-banyaknya, persiapan logistik, APD untuk medis. Garda terdepan mesti paling dijaga karena paling utama hadang musuh."
Artikel ini telah tayang www.cnbcindonesia.com dengan judul; Jokowi-Anies & Skenario 8.000 Orang Positif Corona, Lockdown?
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200327125451-4-147942/jokowi-anies-skenario-8000-orang-positif-corona-lockdown