Curhatan Bunda: Dari Belajar Daring Menjadi Darting Akhirnya Pusing

Curhatan Bunda: Dari Belajar Daring Menjadi Darting Akhinrnya Pusing

BlogPendidikan.net
- Belajar daring tahun tahun ajaran baru 2020/2021 dimulai, orang tua mulai berkeluh kesah. Bahkan tidak sedikit jadi darting alias darah tinggi dan pusing kepala. Apalagi punya anak lebih dari satu orang. Mana tahan!  Mendampingi satu anak saja bikin gigi rapat dan mata melotot. Syukur-syukur tangan bukan ahli cubit. Kalau enggak apes bener nasib jadi anak sekolah musim virus corona dicubitin melulu.

Para ibu mulai menorehkan emosi jiwanya di media sosial. Dari mulai merasa keteteran, tidak bisa mengikuti pelajaran anak, hingga mengeluh harus beli ekstra pulsa untuk belajar online. Tadinya guru yang bertanggung jawab lebih besar untuk pendidikan anak, berubah menjadi butuh peran penting orang tua. Mau tidak mau orang tua tidak hanya beradaptasi sama protokol kesehatan, tetapi juga membiasakan diri sekaligus menjadi guru.

Belajar Daring Kok Malah Bikin Darting

Belajar secara daring dari rumah itu mejadi tidak mudah, karena orang tua harus ikut juga. Orang tua harus mengetahui apa yang diajarkan kepada anak-anaknya. Ayah dan Bunda harus bisa menjadi pengganti guru di sekolah. Jika sebelum masa Pandemi COVID-19 cukup menanyakan bagaimana pembelajaran di sekolah, kini harus ikut memikirkan jawaban dari tugas yang diberikan oleh para guru.

Enggak kebayang kan harus ikut membaca buku dan belajar semua pelajaran anak-anak. Iya kalau anaknya bisa mengerti, ini malah ngambek enggak mau belajar atau malah menangis sesegukan. Ibunya lebih galak dari guru di sekolah Ujung-ujungnya kepala menjadi pusing dan mulai darting. Enggak kuat rasanya ingin memarahi anak.

Belum lagi, orang tua harus mengingatkan berkali-kali agar anak mau belajar dan menyelesaikan tugas sekolah. Meski, itu sama saja menyuruh diri sendiri mengerjakan PR. Jadi deh, orang tua harus lebih pintar dan bisa memahami materi pembelajaran daring. Bertanya kepada guru rasanya sama saja dengan bohong, toh orang tua juga yang harus menyelesaikan tugas.

Metode pembelajaran yang berubah membuat anak-anak seolah belajar satu arah. Tidak ada komunikasi dengan guru yang intens seperti di sekolah, malah terkesan terus-menerus diberikan tugas. Guru menjadi tidak bisa membangun kedekatan dengan siswanya. Bukan hanya metode belajarnya saja jarak jauh, anak pun semakain jauh secara emosional dengan pengajar mereka.

Kalau bulan pertama belajar daring, pemerintah bilang masa pandemi adalah waktu yang tepat bagi orang tua semakin dekat dengan anak-anak. Faktanya tidak seperti itu, orang tua semakin darah tinggi dan pasrah sama keadaan. Tahun ajaran baru sebulan sudah bikin stres sendiri, bagaimana kalau sampai enam bulan kedepan.

Sementara itu, Pak Menteri terus mengingatkan agar belajar dari rumah dilakukan dengan penuh kegembiaraan. Nah, apakah Ayah dan Bunda merasa gembira selama mendampingi anak-anak belajar dari rumah?

Share this

Artikel Terkait

Previous
Next Post »
Comments