Showing posts with label Guru Zaman Dulu. Show all posts
Showing posts with label Guru Zaman Dulu. Show all posts

Berapa Gaji Guru Dimasa Pendudukan Jepang dan Sejarahnya

Berapa Gaji Guru Dimasa Pendudukan Jepang dan Sejarahnya

BlogPendidikan.net
- Sedikit menoleh kebelakang tentang bagaimana perkembangan pendidikan dari zaman penjajahan jepang termasuk kebijakan kependudukan jepang terhadap pendidikan dan guru dimasa itu.

Sekilas Sejarah Pendidikan dimasa Pendudukan Jepang dan Gaji Guru di Masa Itu!

Sesudah tentara pendudukan militer Jepang mulai berkuasa, terdapat beberapa kebijakan yang diberlakukan terhadap bekas jajahan Hindia Belanda. Pertama, Jepang ingin menghapuskan semua pengaruh Barat di dalam masyarakat Indonesia, dan kedua, segala kekuatan dimobilisasi untuk mencapai kemenangan perang Asia Timur Raya. 

Dengan demikian, pendidikan pun diarahkan kepada tujuan yang dianggapnya suci, yaitu untuk mencapai kemakmuran bersama Asia Timur Raya dengan Jepang sebagai pemimpinnya.

Oleh sebab itu segala kekuatan dan sumber-sumber yang ada diarahkan kepada peperangan dan tujuan perang Jepang, termasuk pendidikan seluruhnya dijadikan alat untuk kepantingan perang Jepang. Dasar pendidikan di sekolah-sekolah adalah pengabdian kepada pemerintah pendudukan Jepang. 

Apabila zaman kolonial Belanda isi pendidikan diarahkan kepada kebudayaan Barat, maka pada zaman Jepang diarahkan pada kebudayaan Jepang. Kita lihat misalnya apa yang terjadi di berbagai tingkatan pendidikan: setiap pagi dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan Jepang “Kimigayo”. Upacara pagi dengan  pengibaran bendera Hinomaru dan membungkukkan badan sembilan puluh derajat untuk menghormati Kaisar Tenno Heika.

Seterusnya diadakan upacara sumpah setia dalam memelihara semangat untuk mencapai cita-cita perang suci demi kemakmuran bersama Asia Timur Raya. Untuk mendukung ke arah sana, setiap anak harus kuat jasmaninya sehingga
diadakanlah senam setiap pagi (taiso) dan kerja bakti (kinrohoshi). Kegiatan-kegiatan tersebut sesuai dengan suasana perang sehinggga banyak nyanyian, semboyan, dan latihan-latihan yang dihubungkan dengan persiapan
menghadapi perang.

Usaha penanaman ideologi Hakko Ichiu melalui sekolah-sekolah dan supaya terdapat keseragaman dalam maksud-maksud pemerintah pendudukan Jepang, maka diadakan latihan guru-guru di Jakarta. Tiap-tiap kabupaten/daerah
mengirimkan beberapa orang guru untuk dilatih selama 3 bulan. 

Setelah selesai mengikuti latihan tersebut, mereka kembali ke daerahnya masing-masing untuk kemudian melatih guru-guru lainnya mengenai hal-hal yang mereka peroleh dari Jakarta. 

Bahan-bahan pokok yang mereka dapatkan dari latihan itu adalah:
  1. Indoktrinasi mental ideologi mengenai “Hakko Ichiu” dalam rangka kemakmuran bersama di “Asia Raya”.
  2. Latihan kemiliteran dan semangat Jepang (Nippon Seisyini).
  3. Bahasa dan Sejarah Jepang dengan adat-istiadatnya.
  4. Ilmu bumi ditinjau dari segi geopolitis
  5. Olahraga, lagu-lagu, dan nyanyian-nyanyian Jepang.
Diluar dugaan, seakan-akan pada masa tersebut pendidikan formal berkembang dengan pesat sehubungan dengan beberapa kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah pendudukan Jepang. 

Kebijakan di bidang pendidikan itu antara lain: pendidikan untuk kebutuhan perang Asia Timur Raya, hilangnya sistem dualisme dalam pendidikan, perubahan sistem pendidikan yang lebih merakyat, dan perubahan-perubahan di dalam kurikulum. 

Kebijakan itu sebenarnya berbeda dengan kenyataan, karena pada zaman Jepang terjadi penurunan jumlah Sekolah Dasar, murid, dan gurunya dibandingkan dengan keadaan pada akhir masa penjajahan Belanda.

Untuk menutupi kekurangan guru, pemerintah pendudukan Jepang membuka jenis-jenis pendidikan guru. Pendidikan guru ini tidak bersifat dualistik sebagaimana terjadi  pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Jenis pendidikan
guru tersebut ada tiga jenis sekolah, yaitu :
  1. Sekolah Guru (SG) 2 tahun, yang dinamakan Sjootoo Sihan Gakko
  2. Sekolah Guru Menengah (SGM) 4 tahun, yang dinamakan Guutoo Sihan Gakko
  3. Sekolah Guru Tinggi (SGT) 6 tahun, yang dinamakan Kootoo Sihan Gakkoo.
Pada sekolah guru yang lebih rendah, terdapat aturan-aturan yang menjalankan Kentei Siken (Ujian Pengakuan) untuk menjadi guru Sekolah Rakyat. Syarat-syarat untuk mengikuti ujian itu antara lain penduduk di Jawa, harus sudah tamat dari sekolah menengah atau sekolah yang sepadan dengan itu, berbadan sehat dan bersemangat untuk membantu pemerintah balatentara Jepang.

Kepada yang lulus ujian pengakuan diberikan surat ijazah Sekolah Rakyat sesuai jenis ujian yang diikuti. Orang yang mempunyai ijazah Kokumin Gakko Seikyooin ( guru biasa di Sekolah Rakyat) diakui sah berpengetahuan sama dengan orang yang tamat Sekolah Guru Negeri dan boleh mengajar di Sekolah Rakyat. 

Adapun gajinya yang diterima oleh mereka yang lulus ujian tersebut sebesar Rp.16,- sampai Rp. 38,- rupiah sebulan. 55 rupiah untuk gaji guru.

Bagi Jepang, guru dipandang sebagai orang yang sangat dihormati. Sang guru mendapat kehormatan dengan julukan Sensei yang mempunyai kedudukan sosial yang sangat dihormati. Begitu pula oleh murid-muridnya di sekolah yang berbeda dengan sekarang (kurang penghargaan). 

Jepang mungkin sangat berterima kasih kepada guru yang telah berjuang untuk mempropagandakan misinya pada masyarakat luas, khususnya para siswa. Siswa sendiri begitu tunduk, sopan, hormat, dan segan pada guru sehingga kedudukan guru pada waktu itu lebih terpandang secara jabatan ketimbang moral.

Tulisan ini dikutip dari Artikel "Guru Tiga Zaman" dalam tulisan ini mungkin tidak mewakili semua sejarah tentang pendidikan dimasa kependudukan jepang.

Inilah 5 Perbedaan Guru Zaman Dulu dan Zaman Sekarang

Inilah 5 Perbedaan Guru Zaman Dulu dan Zaman Sekarang

BlogPendidikan.net
- Dahulu seorang guru di hormati seperti seorang penyanyi. Waktu itu penghasilan guru memang masih sangat rendah. Secara psikologis, harga diri ( self esteem ) dan wibawa mereka juga tinggi, sehingga para orang tua pun berterima kasih bila anak-anaknya di hajar guru kalau berbuat kurang ajar. Posisi guru pada waktu itu sangat tinggi dan terhormat.

Namun sekarang para guru telah berubah drastis. Profesi guru adalah profesi yang kering, dalam arti kerja keras para guru membangun sumber daya manusia hanya sekedar untuk mempertahankan kepulan asap dapur mereka saja. 
Bahkan harkat dan derajat mereka di mata masyarakat merosot, seolah-olah menjadi warga negara second class ( kelas ke dua) . Kemerosotan ini terkesan hanya karena mereka berpenghasilan jauh di bawah rata-rata dari kalangan profesional lainya.

Wibawa gurupun kian jatuh di mata murid, khususnya murid-murid sekolah menengah, di kota-kota pada umumnya cenderung menghormati guru karena ada sesuatu. Mereka ingin mendapatkan nilai tinggi dan naik kelas dengan peringkat tinggi tanpa kerja keras. 
Berikut 5 Perbedaan Guru Zaman Dulu dan Zaman Sekarang yaitu :

1. Cara Mengajar

Cara mengajar yang diterapkan oleh guru zaman dulu umumnya adalah dengan menggunakan penjelasan yang bertele-tele, yang sepertinya setiap kata yang ada di buku itu dibaca. Dengan metode ini, pengetahuan yang diterima siswa hanya bersumber dari sang guru saja. 

Sedangkan guru zaman sekarang lebih sering hanya menjelaskan secara singkat materinya, lalu mempersilahkan para siswa untuk bertanya apabila ada kesulitan. Dengan cara ini, siswa jadi terpacu untuk mengembangkan pengetahuannya di luar sekolah. Misalnya dengan browsing di Internet, mengikuti kursus, dan lain sebagainya. Pengetahuan yang didapat pun akan semakin banyak

2. Cara Menasihati Siswa

Cara menasihati siswa yang dilakukan oleh guru-guru zaman dulu adalah dengan kalimat- kalimat yang biasanya kasar. Seperti menyinggung kondisi ekonomi keluarganya, penampilannya, dan lain sebagainya. Hal ini akan membuat para siswa saat itu menjadi berfikir keras agar tidak akan diledek oleh guru-guru mereka. 

Baca Juga : 6 Variasi Gaya Guru Mengajar Yang Bisa Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Perlakuan berbeda dilakukan guru zaman sekarang. Mereka biasanya menasihati para murid hanya dengan nasihat-nasihat yang halus dan tidak sampai menyinggung perasaan murid tersebut. Cara ini kurang efektif karena murid kadang-kadang hanya mendengarkan di telinga kanan dan keluar di telinga kiri.

3. Cara Berinteraksi Diluar Kelas

Guru-guru zaman dulu dengan gaya mengajarnya kaku, diluar kelas apabila disapa oleh murid nya, mereka hanya tersenyum lalu berlalu begitu saja. Karena dalam diri mereka, ada suatu doktrin yang menjelaskan bahwa ada garis pemisah antara guru dan murid. Jadi, sang murid harus sangat menghormati gurunya. Sedangkan guru zaman sekarang lebih luwes dalam berinteraksi diluar kelas. 

Baca Juga : Format Analisis Keterkaitan SKL, KI dan KD Kurikulum 2013

Misalkan saja ada murid-muridnya yang menyapa, mereka akan tersenyum lepas dan kadang-kadang justru bercanda dengan murid-muridnya itu. Seakan akan tidak ada garis batas antara murid dan guru. Guru pun bisa dijadikan tempat untuk mencurahkan segala isi hati kita (curhat) tentang sekolah maupun kehidupan sehari-hari kita.

4. Penggunaan Teknologi

Ketika zaman dulu, yang mana saat itu teknologi belum secanggih sekarang ini, seorang guru apabila ingin menjelaskan materinya, hanya dengan menggunakan kapur dan papan tulis kayu saja. Atau bila dengan alat bantu, paling jauh hanya menggunakan peta untuk pelajaran geografi. Hal yang sangat berbeda dilakukan oleh guru zaman sekarang. 

Baca Juga : Contoh Instrumen Penilaian Praktik, Projek dan Portofolio

Guru sekarang lebih senang menuliskan materi ajarnya di sebuah file presentasi yang nanti hasilnya bisa ditampilkan di layar menggunakan LCD proyektor. Disamping lebih praktis, cara ini bisa membantu para siswa untuk mengetahui lebih detail suatu gambar/objek/benda.

5. Pemberian Nilai

Pemberian nilai yang dilakukan oleh guru zaman dulu adalah selain nilai asli, ada nilai yang diambil secara subyektif oleh guru tersebut. Hal-hal yang dinilai antara lain adalah kesopanan, etika, dan keantusiasan siswa tersebut dalam mendalami materi yang diajarkan guru tersebut. 

Sehingga dengan cara itu, nilai siswa benar-benar asli sesuai dengan kenyataan yang ada pada siswa tersebut. Berbeda dengan guru zaman sekarang. Kebanyakan guru zaman sekarang hanya mengisi kolom nilai seorang murid hanya dari hasil rata-rata ulangan ditambah tugas, dan keaktifannya dalam bertanya ataupun menjawab. Sehingga tidak jarang nilai yang muncul di rapor tidak mencerminkan kemampuan sebenarnya dari murid tersebut.