Pernyataan Pengamat dan Praktisi Edukasi 4.0 dari CERDAS (Center for Education Regulations & Development Analysis) Indra Charismiadji dinilai merendahkan jutaan guru di Indonesia.
Indra sebelumnya menuding mayoritas guru baik PNS maupun honorer gagap teknologi alias gaptek, sehingga anak-anak stres menjalani program belajar dari rumah selama pandemi Covid-19.
Dia juga menyebut kebanyakan guru berkualitas rendah tetapi meminta gaji besar.
"Saya tidak terima guru honorer dibilang Gaptek," ucap Nor Ismi, guru honorer di SDN Pangtonggal 1 Pamekasan, Madura saat merespons pemberitaan soal pernyataan Indra Charismiadji, Kamis (14/5).
Ismi yang juga ketua forum Guru dan Tenaga Kependidikan Honorer Non-Kategori 35 Tahun ke Atas (GTKHNK35+) Pamekasan, itu menyebutkan bahwa para guru di era teknologi saat ini juga telah menggunakan IT dalam proses belajar mengajar.
"Padahal kami ngajar sudah pakai IT, dan saya pribadi kebetulan sudah lulus PPG, yang pre test-nya saja sudah sistem CAT (Computer Assistad Test), dan proses PPG tugasnya menggunakan IT semua," jelas Ismi.
Oleh karena itu, dirinya tidak terima dengan tudingan yang menyatakan mayoritas guru itu gaptek dan tidak berkualitas.
Dia juga meminta Indra meminta maaf kepada semua guru karena pernyataan itu melukai perasaan jutaan guru di seluruh tanah air.
"Minta maaf kepada semua guru, karena Bapak Indra bisa seperti sekarang karena berkat seorang guru. Ngajar saja sekarang sudah daring. Dan siswa stres belajar di rumah mungkin faktor suasana KBM tidak seperti di sekolah," tambahnya. (Sumber; JPNN.com)