Gerakan Sumbang Handphone Bekas Untuk Belajar Online

Gerakan Sumbang Handphone Bekas Untuk Belajar Online

BlogPendidikan.net
- Siang itu tampak sekelompok anak muda tengah mengumpulkan sejumlah ponsel bekas di salah satu tempat di Jalan Cigadung, Kota Bandung. Rumah kayu menjadi tempat bagi para pemuda dan pemudi itu untuk membungkus ponsel bekas tersebut. 

Meski bekas, ponsel itu masih layak digunakan. Akan tetapi, puluhan ponsel yang dikumpulkan itu bukan untuk mereka jual, melainkan akan diberikan kepada siswa-siswi yang membutuhkan untuk meringankan pembelajaran jarak jauh (PJJ) siswa yang tidak memiliki ponsel.

Program sosial menyumbang ponsel bekas untuk membantu meringankan PJJ siswa-siswi ini digagas oleh pegiat bisnis angkut sampah berbasis online bernama Kangasoi. 


Salah satu tim Kangasoi Syafira Pramesti mengatakan bahwa gerakan ini berangkat dari keprihatinan terhadap siswa-siswi yang terkendala gawai dalam melakukan PJJ selama pandemi Covid-19 ini. 

Gerakan ini awalnya ada di Jakarta, Syafira dan tim Kangasoi kemudian mencoba melakukan gerakan serupa di Kota Bandung dengan tujuan yang sama, yaitu meringankan siswa-siswi yang tak memiliki ponsel untuk kepentingan PJJ.

Gerakan mengumpulkan ponsel bekas pun mulai dilakukan pada tanggal 19 juli lalu. Melalui Instagram @kangasoi, wanita yang akrab disapa Fira ini, mulai mengunggah gerakan tersebut sebagai langkah awal sosialisasi.

Tentu syarat donasi ponsel bukanlah yang rusak, melainkan masih berfungsi dengan baik, memiliki jaringan 3G atau 4G, dan memiliki aplikasi penunjang belajar jarak jauh bagi siswa- siswi. Satu per satu respons dari para donatur pun berdatangan, sampai saat ini sudah ada sekitar 10 ponsel dan tab, serta satu laptop bekas. 

Memang jumlah itu belum semuanya, masih ada donatur yang berdonasi, tetapi barangnya belum ia terima. "Kami menargetkan 30 ponsel untuk diberikan kepada adik-adik yang membutuhkannya untuk belajar jarak jauh," kata Fira di Jalan Cigadung, Kota Bandung.

Program ini pun tak dilakukan sendiri, Kangasoi berkolaborasi dengan salah satu komunitas bernama Nuklea Movement yang berkonsentrasi terhadap pendidikan siswa. Para mahasiswa tingkat akhir yang pernah melakukan praktik pengalaman lapangan (PPL) itu memiliki keprihatinan yang sama.

Nuklea memiliki sejumlah program, di antaranya remote learning scholarship (RLS), di mana di dalamnya terdapat program bantuan berupa beasiswa bagi siswa-siswi terkendala PJJ. "Mereka fasilitasi (siswa-siswi) kayak ada uang bulanan, kuota, terus ponsel, tapi bentuknya beasiswa. 

Tadinya mereka mau beli ponsel baru gitu, daripada gitu ya kita bantu adik Nuklea ini," kata Fira saat ditemui di Jalan Cigadung, Kota Bandung. Sebagai awal pergerakan, ponsel bekas yang sudah terkumpul sementara akan dibagikan kepada siswa-siswi yang berdomisili di Bandung Raya. Para penerima manfaat ini telah dilakukan penyaringan melalui beberapa tahap seleksi. 

Penerima donasi disaring lebih dulu 

Pembagian ponsel bekas batch 1 ini fokus pada siswa-siswi yang telah dipilih secara matang oleh Nuklea Movement berdasarkan beberapa kategori. 

Menurut salah satu Inisiator Nuklea Movement, Alifia, ada dua tahap seleksi siswa yang berhak mendapatkan ponsel ini. "Ada dua tahap seleksi, berkas dan wawancara. Banyak aspek dari kelengkapan berkas, kondisi ekonomi, motivasi belajar bagaimana, setelah itu ada sesi wawancara juga melihat langsung rumah masing-masing," kata Alifia. 

Dari 54 orang pendaftar, Nuklea telah menyaring siswa yang berhak mendapat beasiswa sebanyak 15 orang. Selain bantuan ponsel, Nuklea juga mempertimbangkan kondisi siswa yang dipilihnya dari sisi kebutuhan primernya. Dengan begitu, pihaknya pun memberikan sembako dan sejumlah uang untuk membantu keluarganya. "Biasanya penerima ini tidak memiliki ponsel untuk PJJ dan orangtuanya di-PHK," ujar Alifia.

Senyum Nabila terima donasi ponsel 

Kompas.com berkesempatan mengikuti perjalanan mereka memberikan ponsel bekas itu kepada para penerima manfaat yang sebagian besar masih bersekolah. Berangkat dari Jalan Cigadung, Tim Kangasoi dan Nuklea Movement menggunakan kendaraan roda empat. 

Mereka berkendara menembus riuh kendaraan di jalanan Kota Bandung. Ada lima lokasi yang dikunjungi, salah satunya seorang siswa yang berdomisili di Jalan Jakarta, Kota Bandung. Sesampainya di lokasi, tim berjalan menyusuri gang menuju rumah salah satu penerima ponsel itu. 

Adalah Nabila, siswi kelas 9 di salah satu sekolah di Kota Bandung ini terpilih menjadi penerima manfaat. Saat itu, cuaca mulai mendung, hujan pun akhirnya turun rintik-rintik. Fira dan tim tiba di rumah Nabila, ia kemudian mengetuk pintu rumah tersebut. 

Nabila tampak kaget ketika tim itu tiba, senyumnya merekah, gadis berkerudung itu tampak bahagia. Sebelum memberikan ponsel, tim sempat berbincang sejenak. Sampai akhirnya ponsel pun diberikan. Nabila terlihat semringah, ia tersenyum malu tetapi bahagia. 

Kemudian, ia membuka kotak ponsel tersebut dan langsung melihat ponsel yang didapatkannya. Fira kemudian menjelaskan tentang aplikasi yang sudah ia unduh di ponsel untuk memudahkan Nabila belajar. Segera Nabila mencoba ponsel tersebut untuk belajar. 

Kepada Kompas.com, Nabila mengaku bahwa selama awal kebijakan PJJ dilakukan, Nabila terpaksa harus meminjam ponsel kakaknya yang saat ini masih duduk di bangku kuliah. "Biasanya pinjam kakak, ya gantian. Kalau misal aku mau PJJ, ya kakak ngalah. Kadang kalau kakak perlu, ya aku yang ngalah. Jadi saling pengertian saja," kata Nabila. Dengan adanya bantuan ponsel ini, kini Nabila tak perlu lagi harus meminjam ponsel kakaknya untuk PJJ. 

"Alhamdulilah sudah enggak beratin kakak lagi sekarang, punya sendiri," ucap Nabila. Meski begitu, gadis tersebut masih harus menghadapi rintangan lainnya, yakni berupa kuota dan jaringan yang kerap terganggu ketika PJJ. Meski begitu, semangat belajar Nabila tak pernah surut, segala rintangan pasti ada jalan keluar.

Artikel ini juga telah tayang di Kompas.com 

Share this

Artikel Terkait

Previous
Next Post »
Comments