7 Kemampuan Awal Siswa Yang Harus Dikenali Oleh Guru

7 Kemampuan Awal Siswa

BlogPendidikan.net
- Kemampuan awal adalah kemampuan yang telah diperoleh siswa sebelum dia memperoleh kemampuan terminal tertentu yang baru. 

Kemampuan awal menunjukkan status pengetahuan dan keterampilan siswa sekarang untuk menuju ke status yang akan datang yang diinginkan guru agar tercapai hasil belajar oleh siswa.

Dengan kemampuan ini dapat ditentukan dari mana proses pembelajaran harus dimulai. Kemampuan terminal merupakan arah tujuan pembelajaran diakhiri.
Jadi, pembelajaran berlangsung dari kemampuan awal sampai ke kemampuan terminal itulah yang menjadi tanggung jawab guru.

Berikut 7 Kemampuan Awal Siswa : 

1. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbittarily meaningful knowledge)

Pada pengetahuan ini, sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hapalan (yang tak bermakna) untuk memudahkan retensi. Pengetahuan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Sebagai kemampuan awal, pengetahuan ini akan sangat berguna untuk mengingat pengetahuan-pengetahuan hafalan dan pengetahuan yang tak bermakna. 

Penggunaan pengetahuan ini dalam bentuk mnemonic atau jembatan keledai, seperti “ADEK” untuk mengingat jenis-jenis vitamin yang larut dalam lemak, “MEJIKUHIBININGU” untuk menghafalkan warna pelangi, dan sebagainya.
Pengetahuan ini akan memudahkan belajar jika telah dikuasai benar atau telah siap pakai. Jika tidak, maka proses perolehan, pengorganisasian, dan pengungkapan kembali pengetahuan baru justru akan terganggu

2. Pengetahuan analogis (analogic knowledge)

Pengetahuan analogis yang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan lain yang serupa, yang berada di luar isi yang sedang dipelajari. Antara pengetahuan analogis dan pengetahuan baru yang sedang dipelajari terdapat kaitan seperti :
a) berada pada tingkat keumuman yang sama
b) memiliki keserupaan dalam hal-hal pokok
c) contoh-contoh pengetahuan analogis saling tidak termasuk dalam contoh-contoh pengetahuan baru.

Jika pengetahuan yang dipelajari adalah konsep, maka konsep analogisnya adalah konsep serupa yang berada di luar konsep yang dipelajari. Demikian juga jika yang dipelajari adalah prinsip atau prosedur, maka prinsip ataupun prosedur analogisnya adalah yang serupa dan berada di luar dari yang dipelajari.
Mengaitkan atau membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan analogisnya yang telah dimiliki siswa akan dapat memudahkan perolehan pengetahuan baru. 
Agar benar-benar bermanfaat, pengetahuan analogis yang digunakan hendaknya dipilih yang semirip mungkin dengan pengetahuan yang sedang dipelajari. Jika tidak, maka penggunaan analogi justru akan membingungkan siswa.

Sebagai contoh, untuk menggambarkan suatu persaudaraan yang erat dapat digambarkan sebagai sapu lidi. Seseorang akan dapat lebih berfungsi dengan baik jika dalam suatu ikatan yang kokoh, dari pada individu per individu. 

3. Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (superordinate knowledge)

Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi yang dapat berfungsi sebagai kerangka untuk mengaitkan sengetahuan baru. Ausabel mengatakan bahwa pengetahuan superordinate yang telah dimiliki siswa dapat menjadi “kerangka cantolan” bagi pengetahuan baru yang dipelajari, sehingga pengetahuan baru
tersebut bermakna.

Gagne mengaitkan pengetahuan superordinate dengan hubungan prasyarat belajar antara jenis-jenis
ketrampilan intelektual. Ketrampilan sebagai kapabilitas belajar oleh Gagne dibedakan menjadi 5, yaitu;
a) diskriminasi
b) konsep konkrit
c) konsep abstrak
d) kaidah (rule)
e) kaidah tingkat lebih tinggi (higher order rule)

Dalam pengertian ini, kaidah tingakat lebih tinggi menjadi pengetahuan superordinate dari kaidah.
Kaidah menjadi pengetahuan superordinate konsep abstrak, konsep abstrak menjadi pengetahuan superordinate konsep konkrit, dan konsep konkrit menjadi pengetahuan superordinate diskriminasi. 
Dengan pengertian demikian maka suatu kapabilitas belajar akan menjadi prasyarat bagi belajar kapabilitas lainnya. Ini berarti, kapabilitas prasyarat harus dikuasai lebih dahulu sebelum mempelajari kapabilitas lainnya.

Misalnya, konsep konkrit sebagai superordinat dari diskriminasi, hanya dapat dipelajari jika diskriminasi sebagai kapabilitas prasyarat telah dikuasai lebih dahulu. Begitu seterusnya, dengan
kapabilitas-kapabilitas lainnya. 

4. Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge)

Pengetahuan setingkat yang dapat memenuhi fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan/atau komparatif. Pengetahuan ini memiliki tingkat keumuman atau tingkat kekhususan yang sama dengan pengetahuan yang sedang dipelajari. Contoh-contoh pengetahuan koordinate harus berbeda atau tidak saling termasuk pada contoh-contoh pengetahuan yang baru dipelajari. 

Namun, pengetahuan superordinate bagi pengetahuan coordinate dengan pengetahuan superordinate bagi pengetahuan yang sedang dipelajari harus sama. Jika pengetahuan yang sedang dipelajari adalah konsep, maka konsep yang menjadi coordinatenya adalah konsep lain yang memiliki konsep superordinate yang sama. 
Misalnya, konsep tentang “hewan berkaki ruas” pengetahuan koordinatenya dapat “hewan bertulang belakang” keduanya memiliki konsep superordinate yaitu “hewan”. Contoh lain, konsep tentang “kalimat induktif” pengetahuan coordinatenya adalah konsep tentang “kalimat induktif”. 

Keduanya memiliki kedudukan yang sejajar, dan keduanya memiliki konsep pengetahuan superordinate yang sama yaitu “kalimat”. Mengaitkan dan membandingkan pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan coordinatenya yang telah dikuasai siswa, akan mempermudah pemahaman pengetahuan baru tersebut dan memudahkan siswa mengorganisasi struktur ingatannya.

5. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah ( subordinate knowledge)

Pengetahuan tingkat yang lebih rendah yang berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh-contoh. Ada dua jenis pengetahuan subordinate, yaitu :

1) pengetahuan subordinate yang merupakan “jenis” dari pengetahuan yang sedang dipelajari
2) pengetahuan subordinate yang merupakan “bagian” dari pengetahuan yang sedang dipelajari.
Artinya, pengetahuan yang sedang dipelajari adalah superordinate, sedangkan kemampuan awal yang telah dimiliki siswa adalah sebagai pengetahuan subordinate. Misalnya, konsep “hewan bertulang belakang” dan konsep “hewan berkaki ruas” merupakan subordinate dari konsep “hewan”. Contoh lain, konsep “mata” dan “telinga”, merupakan pengetahuan subordinate bagian dari konsep “organ manusia”. 

6. Pengetahuan pengalaman (experiential knowledge)

Pengetahuan pengalaman yang memiliki fungsi sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah, yaitu untuk mengkonkritkan dan menyediakan contoh-contoh bagi pengetahuan baru. Pengetahuan pengalaman mengacu kepada ingatan seseorang pada peristiwa-peristiwa atau obyek-obyek khusus atau contoh-contoh, yang disimpan di dalam experiential data base. Pengetahuan seseorang tentang berbagai jenis burung, membuat “burung” menjadi konsep yang bermakna baginya.

7. Strategi kognitif (cognitive strategy)

Strategi kognitif yang menyediakan cara-cara memperoleh pengetahuan baru, mulai dari penyandian, penyimpanan sampai pada pengungkapan kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan. Di antara semua kemampuan awal di atas, strategi kognitif memiliki mekanisme kerja yang paling tinggi.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

Share this

Artikel Terkait

Previous
Next Post »
Comments