Panduan Bagi Guru dan Siswa Saat Sekolah Dibuka Kembali di Zona Hijau

Panduan Bagi Guru dan Siswa Saat Sekolah Dibuka Kembali di Zona Hijau

Epidemiolog dr Dicky Budiman M.Sc.PH, PhD (Cand) Global Health Security CEPH Griffith University mengatakan, pelaksanaan pola hidup baru dan pola kehidupan lainnya di berbagai sektor dan tingkatan selama pandemi Covid-19 harus mulai disosialisasikan.

Hal tersebut penting mengingat potensi besar bahwa pandemi ini akan berlangsung lama, bahkan cenderung menjadi endemik.

"Sekaligus saya tidak sependapat dengan adanya pernyataan salah satu lembaga survey pemilu yang menyatakan pandemi ini akan selesai Juni," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Senin (18/5/2020).

Dicky yang telah terlibat dalam penanganan pandemi hampir 18 tahun sejak wabah SARS, HIV, dan flu burung ini menuturkan, penerapan pola kerja baru dan sekolah baru haruslah dipersiapkan dengan matang.

Dia menambahkan, pelaksanaannya baru bisa atau boleh dilakukan jika kesiapan perangkat dan prosedur skrining telah dipenuhi.

"Bila belum dilakukan skrining maka sangat tidak dianjurkan untuk dipaksakan karena berbahaya," ujar dia.

Dicky mengungkapkan, potensi penularan Covid-19 dapat terjadi baik pada orang dewasa muda dan anak-anak. Bahkan, hal ini dapat berakibat fatal atau kematian. Dicky pun memberikan panduan umum pelaksanaan pola sekolah baru dan kerja baru di tengah pandemi yang saat ini terjadi.

Panduan umum pelaksanaan pola sekolah baru:

1. Proses skrining kesehatan bagi guru dan karyawan sekolah
Karyawan dengan obesitas, diabetes, penyakit jantung, paru dan pembuluh darah, kehamilan, kanker, atau daya tahan tubuh lemah atau menurun, tidak disarankan untuk mengajar atau bekerja di sekolah.
Golongan-golongan tersebut dapat diberikan opsi work from home (WFH) 

2. Skrining zona lokasi tempat tinggal 
Melakukan identifikasi zona tempat tinggal guru dan karyawan. Jika tinggal di zona merah disarankan bekerja di lokasi sekolah dekat tempat tinggalnya.

3. Lakukan test Covid-19
Test disarankan dengan metode RT-PCR sesuai standar WHO. Jika secara teknis terdapat keterbatasan biaya atau reagen maka dapat dilakukan opsi pooling test dengan jumlah sampel kurang dari 30.

4. Guru dan karyawan yang telah lolos tahapan skrining diberi tanda
Bagi guru dan karyawan yang telah lolos tahapan skrining untuk Covid-19, maka dapat diberikan tanda.

5. Sosialisasi virtual
Seminggu sebelum kegiatan belajar mengajar diberlakukan, lakukan sosialisasi virtual pola baru ke orang tua, siswa, guru, dan staf sekolah.

6. Atur waktu kegiatan belajar mengajar
Waktu kegiatan belajar diatur agar tidak bersamaan dengan waktu padat lalu lintas dan dikurangi durasi di sekolah.

7. Data dan cek kondisi
Guru kelas terpilih wajib mendata dan cek kondisi siswa dan orang tua siswa secara virtual sebagai skrining awal. Siswa atau orang tua siswa yang sakit diberikan keringanan tetap belajar di rumah hingga dokter menentukan sehat.

8. Posisi duduk
Pengaturan posisi duduk di ruang kelas dan ruang guru minimal berjarak 1,5 meter. Bila memungkinkan pakai pembatas plastik.

9. Guru tidak berpindah kelas
Guru kelas diupayakan tetap atau tidak berpindah kelas.

10. Menjaga jarak
Guru tetap menjaga jarak dari siswa dan tidak mobile.

11. Skrining harian
Skrining harian sebelum berangkat untuk guru, siswa dan karyawan lewat handphone.Jika suhu di atas 38 derajat, batuk, pilek, gangguan kulit, mata, muntah, diare, tidak selera makan atau keluhan  lain, maka jangan ke sekolah. Fasilitasi kontak puskesmas, klinik, atau RS terdekat.

12. Tidak berkumpul
Pengantar atau penjemput berhenti di lokasi yang ditentukan dan di luar lingkungan sekolah, serta dilarang menunggu atau berkumpul. Hanya berhenti, turunkan, kemudian pergi tinggalkan sekolah.

13. Skrining fisik
Di pintu masuk sekolah, lakukan skrining fisik untuk guru, siswa, atau karyawan yang meliputi suhu, harus bermasker kain dan tidak tampak sakit.

14. Penerapan aturan pola sekolah baru
Penerapan aturan pola sekolah baru yang mengadopsi upaya pencegahan Covid-19. Aturan pola baru meliputi selalu wajib bermasker, pengaturan jarak, tidak menyentuh, membiasakan cuci tangan, penyediaan wastafel dan hand sanitizer pada beberapa lokasi sekolah. Selain itu, tidak ada pedagang luar atau kantin dan siswa dapat membawa bekal sendiri dari rumah.

15. Informasi pencegahan corona
Pemasangan informasi pencegahan Covid seperti di gerbang sekolah dan kelas.

16. Disinfektan
Menjaga kebersihan kelas, meja dan kursi belajar dengan disinfektan setiap hari

17. Tutup tempat bermain
Meniadakan atau menutup tempat bermain atau berkumpul

18. WFH bagi yang bepergian
Guru, karyawan atau siswa yang pulang bepergian ke luar kota dan luar negeri, diberi waktu WHF atau belajar dari rumah selama 14 hari

19. Disiapkan dukungan UKS dan psikologis harian di sekolah
Pemerintah daerah wajib menurunkan petugas medis secara berkala ke sekolah, juga secara reguler dilakukan pemeriksaan secara sampling di sekolah.

Sementara itu, aturan spesifik lain disesuaiakan dengan lokasi dan kondisi "Kegiatan belajar mengajar relatif aman dilakukan jika seluruh tahapan ini dilakukan. Jika belum siap maka tidak boleh dipaksakan," tegas Dicky.

Syarat dan Panduan Buka Sekolah Dari UNICEF

Badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk kesejahteraan anak (UNICEF) sudah mengeluarkan panduan bagi negara yang ingin membuka kembali kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Panduan tersebut terdiri dari tiga tahap yaitu sebelum pembukaan, memasuki proses pembukaan, dan ketika pembukaan sudah dilakukan.

Pada masa pra-pembukaan, berikut hal-hal yang harus disiapkan:

1. Menyusun panduan yang jelas mengenai indikator pembukaan sekolah. Pembukaan bisa dimulai dari daerah dengan risiko paling rendah. Pembukaan juga bisa dilakukan secara bertahap, dari mulai pembatasan hari masuk sekolah atau tingkat-tingkat tertentu terlebih dulu.
2. Menyusun panduan yang jelas mengenai penegakan social distancing di sekolah.
3. Menyusun panduan yang jelas mengenai protokol kesehatan dan kebersihan yang tetap harus dijaga di sekolah.
4. Merevisi porsi kehadiran dalam penentuan nilai pelajaran.
5. Perlindungan terhadap staf pengajar yang berisiko tinggi karena faktor usia dan kondisi kesehatan, serta menyusun rencana untuk menggantikan guru yang belum bisa mengajar.
6. Menyusun kebutuhan pendanaan untuk peningkatan kualitas kebersihan sekolah.
7. Membangun fasilitas tanggap darurat seperti shelter, unit kesehatan, lokasi karantina, dan sebagainya.
8. Menyediakan pelatihan bagi guru untuk mendukung proses belajar dari jarak jauh.
9. Menyusun perubahan kalender akademik yang memasukkan berbagai skenario di bidang kesehatan.
10. Memastikan pembayaran gaji para guru tetap utuh dan mampu menopang hidup layak.
11. Memberi bantuan dana kepada sekolah yang terdampak pandemi virus corona.
12. Anak-anak dari kelompok termajinalkan layak mendapatkan mendapatkan prioritas akses pendidikan.

Sementara ketika memasuki proses pembukaan kembali, panduan yang ditekankan oleh UNICEF adalah:

1. Meningkatkan komunikasi dan koordinasi dari sekolah kepada siswa, orang tua murid, dan masyarakat.
2. Meningkatkan pasokan air bersih ke sekolah, termasuk peningkatan kualitas sanitasi.
3. Memberi pelatihan kepada guru dan staf sekolah untuk menegakkan social distancing dan praktik hidup bersih.
4. Menyusun prosedur apabila siswa, guru, atau staf sekolah merasa kurang sehat dengan meningkatkan koordinasi dengan otoritas kesehatan setempat.
5. Merevisi biaya sekolah.
6. Melengkapi pengetahuan guru untuk membimbing siswa dalam aspek kesehatan mental dan psikososial.
7. Menerapkan pembelajaran skala besar untuk meningkatkan tingkat literasi anak-anak usia dini dan anak-anak berkebutuhan khusus.
8. Menyusun asesmen risiko untuk guru yang dengan kondisi tertentu (lanjut usia atau memiliki kondisi medis).
9. Memberi keringanan biaya sekolah jika dimungkinkan.
10. Menyusun langkah spesifik untuk mendukung siswa perempuan.

Kemudian ketika sekolah sudah dibuka lagi, UNICEF memberi panduan sebagai berikut:

1. Menyusun model pembuatan keputusan kapan sekolah bisa ditutup dan dibuka kembali.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembersihan sekolah.
3. Meningkatkan penggunaan pembersih tangan dan masker kain.
4. Meningkatkan investasi di bidang pembelajaran jarak jauh untuk mempersiapkan diri jika nantinya sekolah perlu ditutup kembali.
5. Mempertimbangkan untuk menunda ujian dan jika memungkinkan seluruh siswa boleh naik kelas.
6. Mengembangkan metode pembelajaran inovatif misalnya metode belajar online.
7. Menginformasikan segala hal mengenai pandemi virus corona kepada siswa secara jelas, akurat, dan mudah dipahami. Hindari siswa dari ketakutan yang berlebihan.
8. Prioritaskan dukungan kepada anak-anak dengan kebutuhan khusus.
9. Pastikan materi pembelajaran dapat diakses oleh siswa dengan keterbatasan.

Share this

Artikel Terkait

Previous
Next Post »
Comments