Showing posts with label Pembelajaran. Show all posts
Showing posts with label Pembelajaran. Show all posts

Hal Apa Saja Yang Dapat Dilakukan Melalui Pembiasaan Kecil Namun Berdampak Baik di Awal Pembelajaran

Hal Apa Saja Yang Dapat Dilakukan Melalui Pembiasaan Kecil Namun Berdampak Baik di Awal Pembelajaran

BlogPendidikan.net
- Ada banyak hal kecil yang dapat kita lakukan di awal pembelajaran untuk menjadi kebiasaan baik bagi siswa kita. Hal-hal kecil tersebut terkadang tidak kita sadari dan malah terkadang terlewatkan karena beberapa alasan. 

Padahal, dampak yang dirasakan bila menjadi kebiasaan nantinya sangatlah besar manfaatnya. Penanaman karakter kepada siswa haruslah dimulai dari saat mereka datang di awal memulai pelajaran. 
Guru yang baik itu bukan hanya membagikan ilmu pengetahuan saja, namun dapat mendidik siswa. Ki Hajar Dewantara juga mengatakan kita harus dapat menuntun siswa sesuai kodratnya dan membentuk karakternya melalui penanaman sikap-sikap positif, motivasi, teladan serta pembiasaan kecil yang berdampak besar tersebut.

Lalu apa saja yang dapat dilakukan melalui pembiasaan kecil namun berdampak baik di awal pembelajaran tersebut?

1. Mulailah dari diri sendiri.

Perilaku guru menjadi faktor penentu kepribadian siswa. Guru bukan hanya terampil dalam mengajar atau berbicara di depan kelas. Namun lebih kepada menjadi teladan bagi siswa. Kita harus lebih hati-hati dalam bersikap, penampilan serta tutur kata kita menjadi “contekan” bagi siswa. 

Periksa dan perhatikan diri kita, bagaimana penampilan kita. Apakah sesuai dengan keadaan dan situasi. Gunakan pakaian rapi, sopan dan bersih. Aroma tubuh guru pun akan mempengaruhi mood siswa. Jangan pula berlebihan dalam penampilan atau riasan. Guru yang berpenampilan menarik akan membuat minat siswa antusias dalam mengikuti pelajaran kita. 

2. Membiasakan mengucap salam.

Saya menanamkan keyakinan kepada siswa, salam adalah doa. Jadi dengan mengucap salam dan menyahutinya, kita sudah mendoakan diri kita dan orang lain. Pembiasaan ini dapat dilakukan saat ada guru maupun tidak ada guru serta kepada siapapun. 
Sikap yang diteladani adalah sopan santun dan saling menghargai. Jadi, dengan terbiasa mengucap salam saat di kelas, akan muncul keyakinan bahwa salam dapat dipakai atau dipergunakan saat bertemu dengan orang lain baik kepada yang lebih muda dari mereka ataupun kepada orang yang lebih tua. 

Dengan harapan sikap sopan santun akan muncul dari dalam diri siswa dan mereka lebih menghargai kepada orang lain.

3. Membaca doa belajar

Pembiasaan baik ini dilakukan untuk kita selalu mengingat kepada tuhan yang maha esa bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari tuhan. Dengan membaca doa pula ada harapan mendapat ilmu yang barokah serta kebermanfaatan dalam belajar yang dilakukan. 

Ciri manusia beriman adalah selalu ingat dengan tuhan, maka dari itu sesuai pula dengan sila ke 1 pancasila, pembiasaan baik ini menurut saya wajib dan harus selalu dilakukan di awal pembelajaran bersama siswa. Keyakinan yang saya tanamkan kepada siswa adalah, tuhan maha pemberi. 

Lalu manusia adalah hamba yang penuh kekurangan, untuk itulah kita harus selalu berdoa meminta pertolongan kepada tuhan. Untuk pelaksanaannya mulailah dari doa-doa sederhana dan mudah diingat siswa. Jangan paksakan bila siswa belum mampu, pandulah dalam membaca doa. Pelan-pelan setelah mulai hafal doanya, tunjuklah pemimpin doa. 
Pemimpin dapat dipilih dari siswa yang lebih dulu datang sekolah atau yang paling semangat. Hal itu dilakukan untuk mengapresiasi siswa tersebut dan memotivasi siswa lain agar selalu berangkat sekolah penuh semangat dan lebih awal.

4. Mengucapkan pancasila

Saat ini banyak orang dewasa yang tidak hafal Pancasila, malah sebagian Pancasila acapkali dibuat “candaan”. Lalu bila tidak hafal dan tahu akan sila-silanya bagaimana kita dapat mengamalkan nilai-nilainya dalam kehidupan kita. Langkah mudah dalam pelaksanaannya adalah pemimpin kelas mengucapkan dan diikuti oleh seluruh siswa dikelas. 

Setelah selesai kegiatan ini, guru dapat memberikan contoh sikap-sikap pengamalan dari salah satu silanya, sebagai contoh adalah guru dapat mengapresiasi pembiasaan siswa yang rajin belajar dan semangat sekolah adalah bentuk dari pengamalan sila ke-2.

5. Menyanyikan lagu wajib

Selain dapat memupuk rasa nasionalisme kepada siswa, kebermanfaan dalam pembiasaan menyanyikan lagu-lagu wajib ini juga akan menambah semangat siswa dalam belajar. Kaitkan materi ajar dengan isi kandungan lagu wajib yang dinyanyikan. Semisal kita akan mempelajari geografi negara Indonesia, maka kita bisa menyanyikan lagu “Dari Sabang Sampai Merauke”. 

Dengan dipimpin oleh guru atau bisa juga oleh siswa yang berada di depan, diiringi oleh tepukan tentunya siswa akan bersemangat dalam memulai pembelajaran serta tertarik dalam mengikuti pelajaran yang kita lakukan bersama mereka. Dampak jangka panjang pun siswa akan terbiasa dengan semangat-semangat kebangsaan, cinta tanah air dan menghargai kemerdekaan dengan belajar.

6. Menghafalkan Materi Ajar

Pada kegiatan ini, siswa kita biasakan untuk melakukan pengulangan materi dengan cara menghafalkan materi yang berkaitan dengan pelajaran kita. Saya ambil contoh saat kita belajar tentang matematika, kita dapat meminta siswa bersama-sama menghafalkan perkalian, rumus- rumus matematika, atau mengenai ciri-ciri bangun datar/ruang. Dengan perilaku yang berulang harapannya siswa dapat mengingat materi tersebut hingga lama. 
Dengan adanya pembiasaan-pembiasaan kecil di atas, seyogyanya guru dapat menerapkan dan membiasakan di kelas sejak awal pembelajaran, tidak mesti sama atau harus seperti penerapan saya di atas. 

Kita dapat memodifikasi berbagai pembiasaan baik yang ada menyesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa kita. Pada hakikatnya pula, masa-masa awal pembelajaran adalah masa dimana siswa semangat tinggi dalam belajar. 

Mereka tak sabar ingin tahu apa materi dan cara belajar yang bagaimana akan dilakukannya hari ini. Sehingga tugas guru memberi motivasi dan semangat diawal pelajaran tersebut dengan melakukan pembiasaan baik yang berdampak besar.

Terimakasih telah berkunjung, jika artikel ini bermanfaat jangan lupa berbagi.

Ikuti dan baca artikel lainnya BlogPendidikan.net di GOOGLE NEWS

4 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penilaian Pengetahuan Mengukur Kompetensi Siswa

4 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penilaian Pengetahuan Mengukur Kompetensi Siswa

BlogPendidikan.net
- Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merujuka pada Bloom Taxonomy yang pertama kali  dikenalkan oleh sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956 dan dikembangkan lebih lanjut oleh Anderson and Krathwol pada tahun 2001. 

Bloom Taxonomy mengkategorikan capaian pembelajaran menjadi tiga domain, yaitu dimensi pengetahuan yang terkait dengan penguasaan pengetahuan, dimensi sikap yang terkait dengan penguasaan sikap dan perilaku, serta dimensi ketrampilan yang terkait dengan penguasaan ketrampilan. 
Dimensi pengetahuan diklasifikasikan menjadi faktual, konseptual, prosedural, serta metakognitif. Diimensi proses kognitif ini tersusun secara hirarkis mulai dari mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), menilai (evaluating), dan mengkreasi (creating).

Penilaian pengetahuan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur proses dan hasil pencapaian kompetensi peserta didik yang berupa kombinasi penguasaan proses kognitif (kecakapan berpikir) mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi dengan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.
Berikut 7 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penilaian Pengetahuan Mengukur Kompetensi Siswa:

1. PENGETAHUAN FAKTUAL

Elemen-elemen dasar yang harus diketahui peserta didik untuk mempelajari suatu ilmu atau menyelesaikan masalah di dalamnya.
- Pengetahuan tentang terminologi
- Pengetahuan tentang detail elemen yang spesifik
Contoh:
Kosakata teknis, simbol-simbol, musik, legenda peta, sumber daya alam pokok,
sumber-sumber informasi yang reliabel

2. PENGETAHUAN KONSEPTUAL

Hubungan-hubungan antar elemen dalam struktur besar yang memungkinkan
elemennya berfungsi secara bersama-sama.
1. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori
2. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi
3. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur
Contoh: 
Bentuk-bentuk badan usaha; periode waktu geologi, Rumus Pythagoras, hukum
permintaan dan penawaran, Teori Evolusi, struktur pemerintahan desa.

3. PENGETAHUAN PROSEDURAL

Pengetahuan tentang bagaimana (cara) melakukan sesuatu, mempraktekkan
metode-metode penelitian, dan kriteria-kriteria untuk menggunakan keterampilan, algoritma, dan metode.
1. Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma
2. Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu
3. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat
Contoh:
Keterampilan melukis dengan cat air, algoritma pembagian seluruh bilangan, teknik wawancara, penerapan metode ilmiah dalam pembelajaran, kriteria untuk menentukan kapan harus menerapkan prosedur hukum newton, kriteria yang digunakan untuk menilai fisibilitas metode.

4. PENGETAHUAN METAKOGNITIF

Metakognitif merupakan kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar,
kemampuan untuk menilai kesukaran sesuatu masalah, kemampuan untuk
mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan berbagai
informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan menilai kemajuan belajar sendiri.  
Metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif kita sendiri, bagaimana kognitif kita bekerja serta bagaimana mengaturnya. Kemampuan ini sangat penting terutama untuk keperluan efisiensi penggunaan kognitif kita dalam menyelesaikan masalah. Secara ringkas metakognitif dapat diistilahkan sebagai “thinking about thinking

Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan strategi, pengetahuan tugas-tugas berpikir (kognitif) dan pengetahuan pribadi.
1. Pengetahuan strategis
2. Pengetahuan tentang tugas-tugas
3. Pengetahuan diri
Contoh:
Pengetahuan tentang suatu skema untuk mengetahui struktur suatu pokok bahasan dalam buku teks, pengetahuan tentang penggunaan metode penemuan atau pemecahan masalah. 

Pengetahuan tentang berbagai tes kognitif yang dibuat oleh pendidik, pengetahuan tentang beragam tugas kognitif Pengetahuan bahwa diri sendri kuat dalam mengkritis esay namun lemah dalam menulis esay, Pengetahuan tentang tingkat pengetahuan yang dimiliki diri sendiri.

Demikian artikel tentang 4 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penilaian Pengetahuan Mengukur Kompetensi Siswa, semoga bermanfaat.

Ikuti dan baca artikel lainnya BlogPendidikan.net di GOOGLE NEWS

5 Metode Membaca dan Menulis Permulaan Pada Kelas Rendah

5 Metode Membaca dan Menulis Permulaan Pada Kelas Rendah

BlogPendidikan.net
- Keterampilan menulis dan membaca merupakan keterampilan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Keterampilan ini menjadi sarana untuk merekam atau mengungkapkan pikiran, perasaan atau informasi yang ada. 

Menulis merupakan ekspresi/ungkapan dari bahasa lisan ke dalam suatu bentuk goresan/coretan. Pada setiap manusia, kepemilikan keterampilan dasar ini diawali dari ketika anak pura-pura menulis di atas kertas, pasir atau media lainnya dalam bentuk coretan-coretan sampai anak mampu menirukan bentuk tulisan yang sesungguhnya.

Berikut Metode pembelajaran bahasa Membaca dan menulis Permulaan di kelas rendah adalah sebagai berikut:

1. Metode Eja/Abjad 

Metode ini merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelajaran pertama dimulai dengan pengenalan abjad “a”, “be”, “ce”, “de”, dan seterusnya. Guru sering mengajarkannya melalui lagu ABC.
Penggunaan metode ini kerap kali menimbulkan kecenderungan mengeja, yaitu membaca huruf demi huruf. Kecenderungan ini menghambat proses penguasaan kemampuan membaca permulaan.

2. Metode Bunyi

Metode ini juga merupakan metode yang sudah sangat tua. Pelaksanaannya hampir sama dengan metode abjad. Namun, huruf-huruf tidak disebut dengan nama abjadnya, melainkan nama bunyinya. 

Jadi, huruf “m” tidak diucapkan sebagai [em] atau [em] melainkan [m]. Bunyi-bunyi konsonan dirangkai dengan bunyi vokal sehingga membentuk suku kata

3. Metode suku kata dan metode kata

Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bo, ca, ci, cu, ce, co, dan seterusnya. Suku kata tersebut kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna

4. Metode Global

Global memiliki arti secara utuh atau bulat. Yang disajikan pertama kali dalam metode global kepada murid adalah kalimat seutuhnya. Kalimat tersebut dituliskan di bawah gambar yang sesuai dengan isi kalimatnya. 
Gambar itu ditujukkan untuk mengingatkan siswa kepada kalimat yang ada di bawahnya. Setelah berkali-kali membaca, murid dapat membaca kalimat-kalimat itu secara global tanpa gambar.

5. Metode Struktural Analisis Sintesis (SAS)

Metode SAS diawali dengan perkenalan struktur kalimat pada anak. Kemudian anak diajak untuk melakukan proses analitik untuk mengenal konsep kata.

Kalimat utuh yang diperkenalkan pada anak untuk pertama kali akan diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil di sebut kata hingga sampai pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi yakni huruf.

Bagaimana Mengetahui Pembelajaran Berdiferensiasi, Berikut 7 Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

Bagaimana Mengetahui Pembelajaran Berdiferensiasi, Berikut 7 Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

BlogPendidikan.net
- Dengan semakin banyaknya keberagaman peserta didik di sekolah maka kurikulum yang fleksibel sangat diperlukan. Cheong (2013) mengatakan bahwa fleksibilitas dari kurikulum biasanya terjadi di seputaran peserta didik yaitu tentang apa pilihan yang tersedia bagi peserta didik dan bagaimana pilhan tersebut mempengaruhi pembelajaran mereka.

Kurikulum yang fleksibel ini peserta didik dapat mengelola sendiri proses pembelajaran dan lingkungan belajarnya. Oleh karena itu, kurikulum fleksibel yang dimaksud dalam tulisan ini adalah seperangkat rencana atau program yang bersifat lentur, luwes, dan dapat disesuaikan dengan keadaan, kapasitas, dan kebutuhan peserta didik yang beragam sebagai pedoman dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dengan diterapkannya kurikulum yang fleksibel, terciptanya iklim pembelajaran berdiferensiasi.

Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Keragaman layanan dari tinjauan perbedaan karakteristik peserta didik disebut dengan diferensiasi pembelajaran. 

Ketika peserta didik datang ke sekolah, mereka memiliki berbagai macam perbedaan baik secara kemampuan, pengalaman, bakat, minat, bahasa, kebudayaan, cara belajar, dan masih banyak lagi perbedaan lainnya. 

Oleh karena itu, tidak adil rasanya jika guru yang mengajar di kelas hanya memberikan materi pelajaran dan juga menilai peserta didik dengan cara yang sama untuk semua peserta didik yang ada di kelasnya. 

Guru perlu memperhatikan perbedaan para peserta didik dan memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya. 

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan satu cara untuk guru memenuhi kebutuhan setiap peserta didik karena pembelajaran berdiferensiasi adalah proses belajar mengajar dimana peserta didik dapat mempelajari materi pelajaran sesuai dengan kemampuan, apa yang disukai, dan kebutuhannya masing-masing sehingga mereka tidak frustasi dan merasa gagal dalam pengalaman belajarnya.

Ciri-ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

Carol Tomlinson sebagai pionir dari pembelajaran berdiferensiasi dengan menuliskan bahwa ada beberapa karakteristik dasar yang menjadi ciri khas dari pembelajaran berdiferensiasi ini.

Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bersifat proaktif

Guru secara proaktif dari awal sudah mengantisipasi kelas yang akan diajarnya
dengan merencanakan pembelajaran untuk peserta didik yang berbeda-beda. Jadi
bukan menyesuaikan pembelajarannya dengan peserta didik sebagai reaksi dari evaluasi tentang ketidakberhasilan pelajaran sebelumnya.

2. Menekankan kualitas daripada kuantitas

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, kualitas dari tugas lebih disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Jadi bukan berarti anak yang pandai setelah selesai mengerjakan tugasnya akan diberi lagi tugas tambahan yang sama, namun ia diberikan tugas lain yang dapat menambah keterampilannya. 

3. Berakar pada asesmen 

Guru selalu mengases para peserta didik dengan berbagai cara untuk mengetahui
keadaan mereka dalam setiap pembelajaran sehingga berdasarkan hasil asesmen tersebut, guru dapat menyesuaikan pembelajarannya dengan kebutuhan mereka. 

4. Menyediakan berbagai pendekatan dalam konten, proses pembelajaran, produk yang dihasilkan, dan juga lingkungan belajar. 

Dalam pembelajaran berdiferensiasi ada 4 unsur yang dapat disesuaikan dengan tingkat kesiapan peserta didik dalam mempelajari materi, minat, dan gaya belajar mereka. Ke empat unsur yang disesuaikan adalah konten (apa yang dipelajari), proses (bagaimana mempelajarinya), produk (apa yang dihasilkan setelah mempelajarinya), dan lingkungan belajar (iklim belajarnya)

5. Berorientasi pada peserta didik

Tugas diberikan berdasarkan tingkat pengetahuan awal peserta didik terhadap
materi yang akan diajarkan sehingga guru merancang pembelajaran sesuai dengan level kebutuhan peserta didik. Guru lebih banyak mengatur waktu, ruang, dan kegiatan yang akan dilakukan peserta didik daripada menyajikan informasi kepada peserta didik.

6. Merupakan campuran dari pembelajaran individu dan klasikal

Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk kadang-kadang belajar bersamasama secara klasikal dan dapat juga belajar secara individu.

7. Bersifat hidup

Guru berkolaborasi dengan peserta didik terus menerus termasuk untuk menyusun tujuan kelas maupun individu dari para peserta didik. Guru memonitor bagaimana pelajaran dapat cocok dengan para peserta didik dan bagaimana penyesuaiannya.

Rujukan : Buku PRINSIP PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI (DIFFERENTIATED INSTRUCTION) KemendikbudRistek, dan Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan.

4 Contoh Angket Siswa : Motivasi Belajar, Minat Belajar, Kemandirian Belajar dan Respon Terhadap Pembelajaran

4 Contoh Angket Siswa : Motivasi Belajar, Minat Belajar, Kemandirian Belajar dan Respon Terhadap Pembelajaran

BlogPendidikan.net
 - Dalam proses pembelajaran terkadang guru tidak mengetahui sampai sejauh mana minat, motivasi, kemandirian dan respon siswa terhadap pelajaran yang telah diberikan. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memberikan angket penilaian siswa terhadap mata pelajaran yang telah diberikan.

Angket Adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya. Melalui angket, hal-hal tentang diri responden dapat diketahui. 

Baca Juga:
Misalnya tentang keadaan, atau data dirinya seperti pengalaman, sikap, minat, kebiasaan belajar dan sebagainya. Isi angket dapat berupa pertanyaan-pertanyaan tentang responden. 

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh jawaban yang objektif. Juga perlu dijalin kerjasama antara pemberi angket dan responden melalui pengantar angket yang simpatik, sehingga responden terdorong bekerja sama dan rela mengisinya secara jujur.

Baca Juga:
Berikut BlogPendidikan.net akan memberikan beberapa contoh angket siswa yang terdiri dari: Motivasi Belajar, Minat Belajar, Kemandirian Belajar dan Respon Terhadap Pembelajaran. Yang bisa Anda download pada tautan dibawah ini.

Angket Motivasi Belajar >>> UNDUH
Angket Minat Belajar >>> UNDUH
Angket Kemandirian Belajar >>> UNDUH
Angket Respon Terhadap Pembelajaran >>> UNDUH

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan). Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.

Menjadi Guru SD Itu Berat Tapi Menyenangkan, Berikut 9 Suka Duka Menjadi Guru SD

Menjadi Guru SD Itu Berat Tapi Mengasyikan, Awet Muda, Selalu Belajar dan Diingat Murid

BlogPendidikan.net
- Menentukan pilihan dan cita-cita menjadi seorang guru SD membutuhkan komitmen yang tegas, bukan asal ikut-ikutan saja demi mengejar rupiah.

Menjadi guru SD itu pilihan dan benar-benar membutuhkan komitmen yang kuat. Kenapa? karena guru itu harus mengajar di depan murid yang notabenenya adalah anak orang lain yang harus kita didik. 

Guru harus memberikan contoh-contoh dan pengajaran yang baik pula kepada para muridnya untuk menghasilkan murid-murid yang baik secara akademik dan karakter.
karena guru harus memiliki banyak topeng, di mana ketika guru ada masalah keluarga ataupun masalah lainnya, mereka harus tetap tegar, tersenyum dan sepenuhnya mengajar para murid di sekolah. 

Namun menjadi seorang guru SD itu memang berat tapi juga asyik. 

Berikut 9 suka duka menjadi seorang guru SD:

1. Memiliki banyak relasi

Menjadi seorang guru atau pendidik, tentunya kita akan berhubungan dengan banyak murid dan juga orang tua murid, dan hal itu merupakan hal yang baik karena akan menambahkan relasi bagi seorang guru. 

2. Menghadapi hal-hal lucu dengan para murid

Banyak hal lucu yang akan terjadi di kelas, hal ini akan dialami bagi guru TK, SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Terlebih anak-anak playgroup hingga SD, mereka sering kali melakukan hal lucu seperti memberikan hadiah kepada guru, memberikan perhatian kepada guru dengan hal-hal yang lucu dan lain sebagainya. Bagi guru SMP dan SMA hal lucu yang akan mereka jumpai adalah ketika si murid mulai curhat menganai masalah pribadi mereka, terlebih mengenai masalah cinta mereka yang complicated. 

3. Awet muda

Kalian sadar ngga sih kalau guru kalian, terutama guru TK, SD kalian itu keliatannya kaya waktu kalian TK dan SD dulu? mereka kaya ngga berubah gitu…nah, itu menjadi salah salah satu hal positif buat guru yang akan selalu keliatan muda.
4. Kreatifitas terasah

Sebagai guru, terutama di era saat ini kreatifitas sangat dijunjung tinggi, karena siswa saat ini sudah beda dengan jaman dulu yang cukup dengan penjelasan di papan tulis saja. Sekarang dengan adanya teknologi yang semakin maju maka guru pun harus kreatif mengolah pembelajarannya baik dengan e-learning ataupun dengan games supaya siswa senang, dan happy tapi pelajaran tetap mereka terima. 

5. Selalu belajar

Ilmu pengetahuan saat ini semakin maju dan sebagai guru juga harus terus belajar dan hal itu akan mengasah otak guru untuk tetap pintar dan cerdas. 

6. Selalu diingat siswa

Nah, sebagai guru akan selalu diingat oleh muridnya. Guru mungkin saja melupakan muridnya tapi seorang murid tidak akan melupakan gurunya. Kalian juga pasti masih ingat sama guru-guru kalian kan?

7. Siap-siap stress dan memiliki topeng banyak

Setiap anak memiliki keunikannya masing-masing dan karakter yang berbeda satu sama lain di dalam kelas, sehingga seorang guru harus memiliki mental dan jiwa yang kuat untuk menghadapi kelakuan setiap muridnya. Siap stres dan harus tetap setia dengan pekerjaannya. Selain itu, guru harus memiliki topeng yang banyak, misalkan saja ketika guru ada masalah pribadi, guru harus tetap terlihat tegar di hadapan para murid, guru harus terlihat semangat dan ceria. 
8. Administrasi banyak

Guru tidak hanya mengajar di dalam kelas, namun guru juga harus menyelesaikan administrasinya seperti membuat RPP, Prota, Promes dan lain sebagainya, belum lagi guru harus membuat soal ulangan dan mengkoreksinya. Pekerjaan tersebut bisa saja sampai dibawa pulang.

9. Selalu ceria bila bertemu siswa

Setibanya disekolah penat, beban yang dirasakan dari rumah hilang seketika bertemu siswa yang selalu ceria memberi suasana yang gembira dan ceria dalam proses pembelajaran. Guru akan merasakan kenyamanan disaat berada ditengah-tengah siswa yang penuh keceriaan.

Menjadi guru SD memang berat dan penuh tantangan, tapi asyik juga lho menjadi guru karena menjadi guru sama dengan membantu anak untuk mencapai cita-cita mereka dan sebagai guru juga ikut serta dalam mencerdaskan anak bangsa. 

Guru harus sayang terhadap muridnya, dan bagi kamu yang memiliki pasangan seorang guru, kalian harus bangga karena mereka saja menyayangi murid-murid mereka, apalagi kamu sebagai pasangannya.

Ikuti BlogPendidikan.net pada Aplikasi GOOGLE NEWS : FOLLOW (Dapatkan berita terupdate tentang guru dan pendidikan) Klik tanda  (bintang) pada aplikasi GOOGLE NEWS.